"Mengidam apa orang tua kalian hah?! Kenapa bisa menjodohkan kalian berdua?!" Pekik Jiyeon lagi. Mengepalkan tangannya dengan sendok yang masih berada dalam genggamannya.
**
"Ah,, aku ingin makan pizza apel dicampur kiwi dan taburan keju lalu ada buah ceri yang sudah diasinkan." Nyonya Oh mengusap perutnya yang sudah mulai membuncit. Kandungannya sudah mulai memasuki bulan ke tujuh saat ini.
"Kau yakin? Tak ada pizza seperti itu sayang." Tuan Oh mulai mendekat. Mengusap perut buncit yang sudah berisi dengan calon bayi itu.
"Ya, ini keinginan Oh kecil." Nyonya Oh kembali merajuk. Memajukan bibirnya tanpa melepas usapan pada perutnya. Membuat Tuan Oh menghela nafas dan dengan segala kekuatan yang ia punya, alias kekuasaan dan ketenarannya dan juga koneksinya yang bisa menelfon koki kelas atas. Maka dengan segala permohonan ia meminta pada temannya untuk membuatkan pesanan istri 'gila'nya itu.
"Aku tidak mau. Aku mau ramyeon ekstra keju." Ini yang Tuan Oh kesalkan, sudah lelah-lelah memohon agar permintaan konyol itu dikabulkan. Dan lihat sekarang, istri tercintanya itu malah meminta yang lain saat pizza entah berantah itu sudah ada di depan matanya.
"Apa tidak bisa besok? Aku benar-benar lelah sayang." Pinta Tuan Oh. Memasang wajah memelasnya berharap sang istri mengerti tapi lihat lagi, apa yang ia dapatkan. Sang istri tercijta malah membuang muka dan berlalu pergi ke kamarnya.
Bayangkan saja, Oh Siwon yang terkenal berwibawa dengan wajah tampan kelas atasnya itu sekarang menggelepar tak terima di atas lantai karena ulah istrinya itu. "Wu Yi Fan!" Panggil Siwon.
"What dad?" Kris menyahut dengan sebuah tablet di tangannya.
"Daddy membawakan pizza, makanlah." Ujar Siwon. Membuat mata Kris berbinar dan menyambar kotak merah di atas meja.
"Uwaahh, thank yo- dad? Ini apa?" Wajah Kris berubah datar seketika.
"Makan saja."
"No. Ini menjijikan Dad."
"Yah, ini permintaan calon adikmu." Ujar Siwon lelah.
**
"Aku tak peduli." Jengah Sehun. Dia saja malu mengingat masa lalu dari zaman-zaman mengidam ibunya. Sehun tidak yakin jika ia yang meminta itu, atau hanya karangan ibunya saja?
"Kalau aku.."
**
"Uwaaah.. aku mau makan ikan panggang rebus." Nyonya Bae mengoceh keras. Menyandar pada sofa dengan kaki yang bersilang bagai bangsawan. Membuat Tuan Bae membesarkan matanya kaget. Ikan panggang rebus? Apa itu?
"Bagaimana kalau kita buat cumi panggang saja?" Tawar Tuan Bae, hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang. Setidaknya bisa mengulur waktu. Begitu.
"Aku tidak mau. Mau ikan panggang rebus, minimal lobster rica-rica pedas asin."
"Ini lebih gila lagi." Bathin Tuan Bae menjerit frustasi. Kenapa setiap yang namanya mengidam itu yah, selalu itu lah,, kalian tau bukan?
"Apa tak ada yang lebih mudah di cari sayang?" Tuan Byun memelas. Mau kemana ia cari makanan seperti itu? Lubang hidung gorilla? Heol!
"Tidak. Hanya antara dua itu." Pasrah. Hanya itu yang bisa Tuan Byun lakukan. Mengambil kunci mobil lalu menjelajahi Seoul hanya untuk mencari restoran 24 jam.
"Oh aku mohon. Istriku sedang mengidam. Tolong buatkan, akan aku bayar berapa pun." Tuan Byun memohon. Tak masalah jika uang dalam kartu kreditnya habis terkuras. Nanti juga bisa minta ganti pada istri teladannya itu.
"Hhhh, silahkan tunggu."
**
Wajah Jiyeon memerah padam, mengeluarkan asap imajiner dari hidung dan telinganya. Sungguh pasangan aneh pembuat onar!
"Aku tak minta di ceritakan!" Desis Jiyeon.
"Oo.. oo.. ayo kita nonton train to Busan." Ajak Baekhyun.
"Halaaah, kau saja penakut. Yang cocok untukmu itu ya film-film barbie." Ujar Chanyeol.
Ctak.
Dug.
"Akh." Ringis Chanyeol, kepalanya sakit setelah mendapat jitakan cinta dari Baekhyun. Sepupu sehidup semati lagi sepupu tersayangnya itu.
"Kenapa kalian kemari?" Tanya Sehun pada akhirnya.
"Wooah woaah,, apa itu pengusiran halus dengan pelantara kode?" Tanya Baekhyun heboh.
"Yak, Baekyonce! Tak usah berteriak! Suaramu itu memekakan telinga!" Dengus Kai. Menunjuk Baekhyun dengan paha ayam yang sedang ia kunyah.
"Hanya ingin, kami merindukannya." Ucap Jiyeon. Menerawang pada masa-masa mereka belajar keras hanya untuk masuk Universitas dan mereka harus menginap di rumah Sehun.
Ralat.
Istana Sehun maksudnya.
Mau tak mau, Sehun hanya tersenyum tipis. Ia juga ingat bagaimana ributnya bocah-bocah itu saat ia menerangkan.
"Kalian bisa menginap lagi jika mau." Sehun dalam suasana hati yang baik ternyata, lihatlah! Bagaimana pria tembok itu menawarkan pada bocah-bocah berisik itu untuk kembali menginap di rumahnya. Waktu itu saja bocah-bocah itu harus memohon-mohon pada Sehun, sekarang? Pria itu dengan senyuman langka malah menawarkan duluan. Luar biasa!
"Serius Sehun." Pekik Suzy bahagia. Pasti akan seru nanti.
"Aku tidak bicara denganmu!" Sinis Sehun, menjitak kepala Suzy, dan mengabaikan ringisan gadis itu.
"Aish,, kau benar-benar!" Suzy balas berdesis.
Apa ini kontes desisan ular?
**
"Hei nona Park. Mau kemana kau?" Tanya Sehun saat ia baru saja keluar dari kamar, dan mendapati Jiyeon mengendap-ngendap dengan membawa sebuah bantal.
"Aku mau mengambil ponselku si kamar tetangga." Jawab Jiyeon dengan senyum manisnya.
"Kenapa mengendap-ngendap?" Penyelidikan berlangsung lama ternyata.
"Hanya tak ingin membangunkan kalian." Senyum Jiyeon masih tak pudar-pudar ternyata.
"Ponsel? Kamar tetangga? Lalu yang di tanganmu itu apa?" Sehun menunjuk tangan Jiyeon dengan dagu runcingnya.
"Ehehehehe."
"Kembali ke kamarmu! Jika kau ingin ke kamar mereka malam-malam begini. Ubah dulu melonmu itu menjadi batang." Sungut Sehun. Menarik kerah belakang baju Jiyeon dan menyeretnya ke kamar gadis itu untuk masuk ke kamarnya.
"Yak! Apa maksudmu!? Yak! Heiiiii."
See u next chap. Maaf bru up, slesai ujian bru, blum lagi ngurus segala tetek bengeknya
Thank u ya..
DAP
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher My Husband : My [CEO] Husband
FanfictionKelanjutan dari kisah hidup Nyonya Oh yang terhormat, Oh Suzy. Sequel dari My Teacher My Husband. . . "Harvard? Oxford? Atau tetap di korea?" -Sehun. "Tetap korea." -Suzy. "Kenapa?" -Sehun. "Kau bisa saja mencari istri baru kalau begitu."