"Yak Oh Suzy! Kau yakin Sehun akan baik-baik saja dengan ini?" Untuk ke sekian kalinya Suzy mengangguk. Memandang lelah pada teman-temannya yang tak henti-hentinya bertanya pertanyaan yang sama untuknya.
"Aku sudah bilang tak apa-apa. Sehun akan mengerti nanti." Bosan Suzy. Menyenderkan kepalanya pada bahu Kai yang sedari tadi hanya sibuk dengan ponselnya. Tak terlalu mempedulikan Suzy yang saat ini tengah menganggu waktu tenangnya.
"Ini sudah masuk hari ketiga Oh Suzy." Sungut Jiyeon. Membuang penanya begitu saja lalu menatap Suzy yang bahkan tak menggubris ucapannya.
Ya, ini sudah masuk hari ketiga semenjak Suzy pulang larut dari kampusnya. Memang Sehun tak mempermasalahkan itu, hanya saja Jiyeon tentu tak enak juga pada Sehun. Bagaimana perasaan laki-laki itu jika istrinya pulang larut akhira-khir ini?!
"Terserah padamu. Aku tak mau ikut campur lagi." Gumam Jiyeon yang masih bisa di dengar oleh Suzy.
**
Sehun duduk terdiam seraya bersandar pada kursi kebesarannya itu. Menatap keluar jendela ruangannya dengan pikiran yang mulai mengambang kemana-mana. Sehun heran, tentu saja. Akhir-akhir Suzy sering pulang larut. Bahkan kemarin Sehun mendapati Suzy pulang jam sebelas malam. Catat! Jam sebelas. Kuliah macam apa itu?! Sehun yang lulusan Harvard saja tidak sebegitu dalam kuliah.
Bukan tidak percaya, hanya saja itu aneh untuk Sehun. Apa Suzy mulai lupa pada posisi dirinya yang merupakan seorang istri? Apa gadis itu lupa jika ada suami yang harus ia layani di rumah?
Sehun duduk diam di ruang santai, menatap televisi dengan mata tajamnya dan juga tangan kanan yang ia gunakan untuk memegang gelas kopinya. Melirik pada jam dinding yang tak jauh darinya, jarum pendek sudah menunjukan pukul sembilan malam. Mengecek ponselnya. Kosong. Tak ada pemberitahuan apa pun dari istrinya.
Sehun mulai cemas tentu saja, seingatnya tak ada jadwal kuliah Suzy yang lewat dari jam lima sore. Jika pun ada, Suzy sudah pasti akan mengabarinya.
Batlow? Itu bukan alasan, Suzy bahkan pernah meminjam ponsel teman-temannya hanya untuk menelfon Sehun jika ia telat pulang. Itu hanya telat tiga pulih menit. Dan sekarang?
Sehun melirik kembali jam dinding, "ini sudah lewat empat jam." Bathin Sehun gusar.
Ceklek.
Suzy.
Istrinya pulang dengan setumpuk berkas yang entah apa itu di dekapan dadanya. Membuat Sehun dengan reflek berjalan mendekati Suzy. Mengusap kepala gadis itu dan memindahkan kertas-kertas HVS itu pada meja kecil di samping mereka.
Memeluk tubuh yang nampaknya sangat kelelahan itu dan mengecup puncak kepala sang gadis. "Kau sudah makan?" Anggukan Sehun dapatkan. "Waktunya istirahat." Ujar Sehun. Membawa Suzy masuk kedalam kamar mereka dan memeluk gadis itu hingga masuk dalam mimpinya.
Itu hari pertama dimana Suzy terlambat, bahkan sangat terlambat untuk pulang. Dan Sehun masih bisa memakluminya, mungkin tugas mahasiswa mulai menjerat istri mungilnya.
Sehun makin tak karuan, ini malam kedua. Dan Suzy bahkan belum pulang saat jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Sehun mulai heran, tugas macam apa yang di dapat Suzy? Sehun bisa membantu istri mungilnya itu tentu saja.
Sekali lagi Sehun melirik jam dinding. Sepuluh lewat tiga puluh menit. Sehun mulai geram. Apa Suzy mulai lupa diri?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher My Husband : My [CEO] Husband
FanficKelanjutan dari kisah hidup Nyonya Oh yang terhormat, Oh Suzy. Sequel dari My Teacher My Husband. . . "Harvard? Oxford? Atau tetap di korea?" -Sehun. "Tetap korea." -Suzy. "Kenapa?" -Sehun. "Kau bisa saja mencari istri baru kalau begitu."