Ceklek.
Gelap.
Hal pertama yang Sehun lihat adalah gelap. Apa istrinya itu belum juga pulang kuliah? Sekarang padahal sudah pukul tujuh malam.
"Ada apa sebenarnya?" Gumam Sehun. Melonggarkan ikatan dasinya, lalu menggulung kemeja yang ia kenakan hingga batas siku. Melangkah pelan menuju tangga yang akan menghubungkannya dengan kamar mewah yang ia miliki.
Kamar utama.
Wajar jika mewah bukan? Orang kaya!
Ceklek.
Sehun memasuki kamarnya seraya berjalan santai. Meletakan jas yang ia bawa pada lengan sofa tak jauh dari ranjangnya. Ia tak menghidupkan lampu kamar, maka dari itu ia langsung saja merebahkan tubuhnya pada ranjang empuk dan membiarkan kakinya menggantung pada ujung ranjang. Terlalu malas untuk membuka sepatu, bahkan untuk melepas jam tangan sekalipun.
"Eungh." Sehun kaget bukan main, dengan segera menghidupkan lampu tidur yang tak jauh darinya dengan wajah horor. Sumpah demi apa pun, baik dalam keadaan sadar maupun tidak, ia tidak pernah mengundang seorang pun wanita untuk datang ke kamarnya, apa lagi keranjang. Mengundang kerumah saja itu mustahil. Dan ini? Ranjang?! Oh man!
"Hah.. hah.. hah.." Sehun meneguk salivanya yang entah kenapa terasa begitu pahit. Bisa mati ia jika Suzy tau hal ini, bisa langsung di gugat cerai pada detik yang sama Sehun bung! Ingat! Sehun masih belum punya anak, dan ia begitu ingin sekarang.
"Suzy?!" Pekikan tertahan Sehun keluarkan, bagaimana tidak kaget? Yang ia dapati adalah wajah penuh keringat istrinya dengan dahi yang mengeryit. Apa dia mimpi buruk? Bathin Sehun.
"Suzy?" Panggil Sehun. Menggenggam tangan Suzy lalu mengusap pipinya lembut.
"Bangunlah hei." Lagi, Sehun berujar pelan. Membawa tubuh lemah itu pada pelukan hangatnya dan mengusap pelan punggung yang masih bergetar ketakutan itu. Entah apa yang wanita itu mimpikan hanya Sehun merasa tak tega juga, baru kali ini ia melihat Suzy ketakutan seperti ini.
"Arrrghh." Suzy berteriak keras. Memegang kemeja bagian depan Sehun dengan erat disertai tarikan nafasnya yang tak beraturan. "Sehun?" Gumam Suzy.
"Ya. Kenapa? Kau mimpi apa?" Tanya Sehun. Mengusap peluh yang turun dari dahi istrinya dan mengusap pipi itu pelan. Sangat lembut.
"S.. Sehun? Kau tidak apa-apa?" Tanya Suzy dengan tangan yang sudah mengalung erat pada leher Sehun. Meremas kemeja bagian belakang Sehun lalu menarik nafas dalam-dalam.
Mimpi itu serasa nyata.
Sungguh.
"Aku baik-baik saja." Bisik Sehun. Membalas pelukan Suzy dan menenangkan gadisnya itu. Dari yang Suzy tanyakan Sehun dapat memastikan bahwa objek mimpi buruk Suzy adalah dirinya. Oh man!
**
Mereka saling terdiam. Merasakan detak jantung masing-masing dengan pelukan hangat dari bawah selimut tebal yang mencegah atmosfer dingin sampai hingga ke tulang-tulang mereka.
"Sehun, maaf." Ujar Suzy pertama kalinya dari sekian lama mereka diam.
"Maaf? Untuk apa?" Tanya Sehun pelan. Mengeratkan pelukannya pada pinggang Suzy dan mengusap kepala gadis itu pelan. Bukan apa-apa, tapi jika jujur Sehun sudah sangat lelah hari ini. Maka dari itu yang ia lakukan hanya menjawab tanpa mau repot-repot membuka matanya. Rasanya sudah sangat berat.
"Hanya ingin minta maaf." Gumam Suzy. Menghembuskan nafasnya pelan lalu mendongak untuk melihat rupa lelah suaminya itu.
Suzy benar-benar merasa bersalah. Ia benar-benar seperti mengabaikan Sehun akhir-akhir ini. Membiarkan suaminya pulang tanpa sambutan hangat darinya. Egois? Sangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher My Husband : My [CEO] Husband
FanfictionKelanjutan dari kisah hidup Nyonya Oh yang terhormat, Oh Suzy. Sequel dari My Teacher My Husband. . . "Harvard? Oxford? Atau tetap di korea?" -Sehun. "Tetap korea." -Suzy. "Kenapa?" -Sehun. "Kau bisa saja mencari istri baru kalau begitu."