Ceklek.
Pintu ruangan Suzy terbuka, menampilkan tubuh proporsional suaminya yang tengah tersenyum padanya. Ntah kenapa Sehun makin terlihat tampan bagi Suzy. Sangaaat tampan.
"Sudah baikan?" Tanya Sehun, menggenggam tangan Suzy lalu mengecup punggung tangannya.
Anggukan Suzy berikan, merubah posisinya menjadi duduk dan menggigit kecil bibir bawahnya. Entah kenapa ia jadi gugup begini.
"Sehun." Suzy memanggil.
"Mm?"
"Apa aku baik-baik saja? Maksudku, apa aku..." Suzy tak mampu lagi melanjutkan kata-katanya. Matanya bergerak gelisah kesana-kemari, ada rasa cemas juga yang ia rasakan. Entah kenapa, tapi rasanya entahlah. Suzy juga tak mengerti.
"Tak ada yang salah, istrimu baik-baik saja." Sejenak Sehun merasa lega, dan detik berikutnya tatapannya berubah kembali menjadi tatapan penuh harap. Terlihat jelas di sana.
"Apa istriku,, mm.." Sehun kesusahan sendiri mencari kata-kata yang pas untuk ia ucapkan, ia tidak ingin terlihat bodoh saat ini. Namun tanpa ia sadari ia memang sudah berbuat bodoh sedari tadi.
"Ekhem,, tak ada masalah, istrimu hanya masuk angin." Tatapan minta maaf dokter muda itu berikan. Ia tau kemana arah pertanyaan Sehun.
"Baiklah. Terima kasih." Ujar Sehun. Tersenyum kecil lalu berbalik untuk menuju ruangan inap Suzy. Tentunya setelah memalsukan senyuman tampannya.
"... hun."
"... ehun."
"Sehun!" Suzy sedikit berteriak saat Sehun tak juga menyahuti panggilannya.
"Ya? Oh, kau tak apa-apa." Ujar Sehun, mengusap punggung tangan Suzy lalu tersenyum kecil. Mengangkat tangannya untuk mengusap kecil pipi berisi milik wanita di depannya ini dan bangkit berdiri. "Pulang?" Ajak Sehun.
Suzy menunduk, menarik kecil ujung jas mahal Sehun lalu menggigit kecil bibirnya lagi. Rasa bersalah itu muncul lagi.
"Ada yang sakit?" Tanya Sehun.
Suzy menggeleng, mengangkat tangannya lalu memeluk pinggang Sehun. Setiap kali rasa bersalah itu datang, pasti hatinya terasa terimpit batu besar yang membuatnya sulit bernafas. Menyesakan. "Maafkan aku." Lirih Suzy.
Tak ada yang bisa Sehun lakukan, dia juga tidak baik-baik saja.
**
Ceklek.
"Istirahatlah, aku akan mandi." Suruh Sehun, mengusap kepala Suzy lalu menarik selimut hingga batas dagu gadis itu. Tersenyum sekilas sebelum ia berbalik menuju kamar mandi.
"Sehun, maaf." Cicit Suzy, menggenggam ujung kemeja Sehun dengan mata yang terus menatap ujung kakinya yang saat ini terbalut selimut tebal miliknya.
Cup.
"Tak apa. Tidurlah, besok kau masih harus kuliah bukan?" Ujar Sehun. Mengusap pipi Suzy lalu benar-benar berbalik menuju kamar mandi. Dia butuh berendam air hangat dengan aroma lavender rasanya. Kepalanya benar-benar pusing sekarang!
"Dokter sialan! Aku yakin dia tau jika aku bertanya tadi itu tentang sesuatu yang disebut calon bayi mungil yang bergelung nyaman di dalam rahim istriku! Jika hanya masuk angin kenapa dia harus tersenyum padaku?!" Omel Sehun, menenggelamkan kepalanya di dalam bath up dan menghembuskan nafas kasar disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher My Husband : My [CEO] Husband
FanfictionKelanjutan dari kisah hidup Nyonya Oh yang terhormat, Oh Suzy. Sequel dari My Teacher My Husband. . . "Harvard? Oxford? Atau tetap di korea?" -Sehun. "Tetap korea." -Suzy. "Kenapa?" -Sehun. "Kau bisa saja mencari istri baru kalau begitu."