Ch. 39

16.6K 1.4K 138
                                    

Sehun berjalan santai saat ia rasa istrinya sudah terpojok. Sehun hanya ingin tau, apa yang istrinya lakukan jika orang-orang seperti manusia tak berharga di depan mereka ini menganggunya. Dan lihat? Rasanya Sehun benar-benar akan memindahkan Suzy dari kampus terkutuk itu. Hanya diam dengan kepala tertunduk? Tak sekalipun dalam daftar keluarga Oh ada yang seperti itu.

Byur.

"Kenapa kau hanya diam jalang?"

Sehun mendengarnya, mendengar dengan jelas apa yang sudah gerombolan tak berguna itu lakukan pada istrinya.

"Ayo bicara!"

Rasanya Sehun benar-benar muak, membawa Suzy lari dari sana lalu memeluk gadis kecil yang ia yakin saat ini tengah menangis tersedu dalam diam itu.

"Cepat jaw-"

"Apa masalah kalian?! Aku mengganggu kalian? Tidak! Kenapa kalian terus mengusikku? Kalian bebas menghinaku di kampus tapi tidak dengan di depan suamiku!! Kalian dengar?!"
Sehun dengar, ia mendengar bagaimana Suzy berteriak tak terima saat ia mulai terdesak. Meski saat ini Sehun yakin istrinya itu tengah menangis sekarang.

"Kalian sudah selesai dengan istriku?" Tanya Sehun. Melepas jaket mahalnya dan memelilitkan itu ke tubuh sang istri. "Perkenalkan Oh Sehun. Pria tua, gendut, dan jelek yang kalian maksud tadi. Jangan mengganggu istriku lagi, para jalang tidak seharusnya menyentuh istri suci milikku. Ah, dan lagi, jalang yang satunya masih terlihat shock di belakang sana. Sekian bitch." Ujar Sehun panjang lebar. Memeluk bahu Suzy lalu membawanya pergi. Entah kemana yang pasti pergi dari tempat terkutuk itu.

Suzy hanya diam, tak bergerak bahkan tak bersuara. Terlalu takut untuk bersuara dan terlalu malu untuk mengangkat wajahnya.

"Ada yang ingin kau katakan Nyonya Oh?" Tanya Sehun. Menghidupkan mesin mobilnya lalu mulai berjalan dengan kecepatan sedang.

Suzy masih diam. Memilin ujung bajunya lalu menundukan dalam. Tentu ada, hanya saja Suzy terlalu takut.

"Ok. Baiklah jika tak ada yang akan kau katakan. Apa kau hanya akan diam seperti itu, saat orang-orang mulai menghinamu?" Tanya Sehun. Melirik Suzy dari ujung matanya lalu kembali menghela nafas kasar saat ia tau ia tak akan dapat jawaban dari Suzy.

"Jawab Oh Suzy!" Desak Sehun. Kesabarannya sudah cukup menipis saat ini.

"Untuk apa aku marah jika aku tidak seperti yang mereka katakan?" Cicit Suzy.

Sehun menghela nafas kasar lalu menepikan mobilnya, memutar tubuh untuk menghadap gadis kecil. "Marah bukan selalu berarti kau seperti yang mereka katakan bodoh. Dan lihat?! Kau dipermalukan sedemikian rupa di depan suamimu dan kau hanya diam? Bagus!" Sehun bertepuk tangan. Memutar lagi tubuhnya dan kembali menjalankan mobil. Kemana pun.

"Pindah kampus akan lebih baik." Ujar Sehun.

"Tidak Sehun. Jangan! Ku mohon. Jangan!" Suzy menggenggam tangan Sehun, meremasnya pelan dengan mata yang mulai berkabut.

"Jangan memohon padaku!" Desis Sehun. Menyentak tangan Suzy lalu menambah kecepatan laju mobilnya. Tak mempedulikan tangisan ketakutan Suzy karena ia membawa mobil tak beraturan.

"Hentikan Sehun, aku mohon hiks.. hentikan. Aku takut. Kau menakutiku hiks.. ku mohon hentikan Sehun." Isak Suzy. Menggelengkan kepalanya lalu memegang lengan Sehun kencang. Ini gila! Apa Sehun semarah itu? Sehun tidak pernah seperti ini sebelumnya.

"Sehun hiks.. hentikan!" Mohon Suzy sekali lagi.

Ckit.

Lampu merah.

Suzy masih bersyukur saat ini, setidaknya ia masih bisa bernafas sekarang. Menggenggam erat sabuk pengaman yang melilit tubuhnya saat ia tau sebentar lagi lampu akan kembali hijau. Sehun akan kembali menggila dengan ini.

"Sehun." Cicit Suzy.

**

Suzy terdorong ke depan saat Sehun menginjak pedal gas dengan brutal. Untung mereka menggunakan sabuk pengaman, jika tidak? Tamat sudah riwayat Suzy.

"Keluar." Suruh Sehun.

"Kau mau kemana?" Tanya Suzy. Berusaha memahan isakannya saat suara Sehun kembali dingin, datar, dan tak bersahabat.

"Keluar." Lagi. Sehun kembali memerintah.

"Kau kemana Sehun?" Tanya Suzy lagi. Tak dapat menahan isakannya walau ia sudah berusaha sekuat tenaga. Sehun begitu menakutkan sekarang.

"AKU BILANG KELUAR!" Sehun berteriak kencang, menghadapkan tubuhnya pada Suzy dan menunjuk pintu di sebelah istrinya itu.

Hkss.

Sumpah demi apa, itu adalah teriakan pertama Sehun padanya. Dan itu benar-benar menakutkan.

"Hiks.. kau boleh berteriak padaku, tapi hiks jangan tinggalkan aku." Isak Suzy. Meremas kecil lengan Sehun dengan kepala tertunduk dalam. Bahunya bergetar kuat, isakannya yang tak berhenti, dan juga matanya serta hidung yang memerah.

"Aku bilang keluar Oh Suzy." Lagi. Sehun tak juga luluh, melepas sabuk pengaman Suzy dan membuka pintunya. Jelas sekali ia ingin Suzy pergi dari mobil mewahnya.

"Aku akan menghitung hing-"

Greb.

"Jangan. Hiks.. jangan tinggalkan aku Sehun hiks." Isakan Suzy makin menjadi-jadi memeluk Sehun erat agar pria itu tak mendorongnya begitu saja. Tidak lagi!

"Jangan pergi, hukum aku saja sekarang. Hiks.. jangan pergi, jangan tinggalkan aku sendiri hiks." Menangis di bahu Sehun tanpa mau melepas pelukannya barang sedetik saja.

Sehun bergerak kecil, nampak hendak melepas pelukan Suzy yang membuatnya begitu sesak.

"Hiks."

Sehun heran, setelah beberapa menit berlalu ia tak lagi mendengar isakan Suzy. Isakan terakhir terdengar begitu halus dan kecil. Dengan gerakan pelan, Sehun melepas pelukan Suzy.

Hening.

Tak ada rengekan, tak ada isakan, dan tak ada lagi gerakan walaupun kecil.

Suzy benar-benar diam.

"Suzy." Panggil Sehun.

Hening.

"Suzy."

Hening.

Sehun menolehkan kepalanya kearah Suzy dan mendapati gadis itu tengah tak sadarkan diri. Wajahnya pucat, keringatnya benar-benar banyak, dan juga jangan lupakan suhu tubuhnya yang tiba-tiba naik.

"Astaga." Panik Sehun, mengangkat tubuh Suzy dan berjalan cepat menuju kamar mereka.

"Sialan!"








Tbc.

Gimana? Bagus? Seru? Sorry ending gaje bung..

Voment ya..

See u bye bye



DAP.



My Teacher My Husband : My [CEO] HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang