Suzy menghentak kaki kesal. Membuka koper dengan kasar dan memasukan baju Sehun dengan tak kalah kasar kedalamnya. Pria terkutuk dengan ide laknat itu harus di pecat menjadi ayah mertuanya, tapi jika Siwon di pecat dari jabatan ayah mertua otomatis Sehun juga akan mangundurkan diri menjadi suaminya.
"Aku membencimu Sehuuuuun!" Pekik Suzy heboh. Menggelepar bagai cacing kepanasan di atas lantai sana. Berguling-guling seraya memeluk baju kemeja hitam milik Sehun.
"Hitam?" Gumam Suzy. "Tidak! Tidak boleh ada kemeja hitam di koper tembok berjalan itu!" Desis Suzy. Membayangkan Sehun dengan kemeja hitam yang membuat suaminya begitu tampan dan makin tampan, membuat Suzy tak rela jika orang di luar sana mendapat kesempatan untuk melihat ketampanan suaminya. Tidak akan!
"Dia akan terlihat makin tampan dengan kemeja hitam itu. Tidak!" Gumam Suzy. "Putih?" Kepala Suzy menengadah membayangkan bagaimana Sehun dengan kemeja putihnya itu. Kotak enam yang terbentuk sempurna pada perut suaminya pasti akan menerawang dan para manusia di luar sana akan dapat melihatnya dengan bebas. Tidak! Kotak enam itu hanya milik Suzy. Aset untuk sisa hidupnya itu.
"Tidak! Putih juga tidak! Sehun itu mudah berkeringat dan pasti akan mencetak nantinya." Ujar Suzy. Membuang semua kemeja putih Sehun dan kembali memilih warna yang lain.
"Jangan pernah berfikir untuk memasukan warna pink dalam koperku!" Desis Sehun yang sebenarnya mendengar dan melihat apa yang Suzy lakukan dari tadi. Mulai dari kemeja hitam yang harus berakhir di depan pintu kamar mandi lalu kemeja putih harus rela menjadi alas duduk Suzy. Sehun yakin kemejanya itu sudah panas sekarang. Bokong Suzy itu panas ngomong-ngomong, apa lag-
"Awas jika kau membayangkan yang aneh-aneh Sehun." Ancam Suzy. Menuding Sehun dengan jemari lentiknya yang entah sejak kapan ada dalaman Sehun tersangkut di sana.
"Kau tidak menggoda untuk aku jadikan bahan imajinasi 'ia-ia' milikku!" Dengus Sehun seraya menggelengkan kepalanya pelan. "Tubuh seperti anak pensil itu apa bagusnya." Gumam Sehun pelan.
Suzy mengatur nafasnya yang memburu, sumpah demi apa ingin sekali Suzy mencekik pria sialan yang menjabat sebagai suaminya itu. Syukur saja tampan, jika tidak Suzy pastikan akan membuang manusia itu dalam kolam penuh ikan piranha miliknya.
"Tidak menggoda katamu? Lihat apa yang akan ada dalam kopermu! Akan aku masukan bra ping milikku! Lihat saja kau!" Geram Suzy. Melempar dalaman Sehun yang entah kenapa tak mau lepas dari tangannya itu. Menempel seperti lem.
"Jangan coba-coba! Tapi bagus juga akan aku berikan pada Miranda Kerr." Goda Sehun. Merebahkan tubuhnya di ranjang dan menunjuk Suzy dengan kakinya. "Kau itu berbeda jauh dari Miranda Kerr, sangat malahan. Aku bisa berkencan dengan wanita seksi selama disana. Jadi nikmati malam dinginmu selama seminggu! Night!" Dengus Sehun. Menarik selimut dan meninggalksn istrinya yang masih sibuk dengan urusan 'kemeja warna apa yang akan Sehun bawa esok hari'.
Jujur saja Sehun masih kesal, dari di restoran tadi siang hingga kedatangan ayahnya itu, Suzy selalu melakukan hal yang aneh-aneh dan Sehun sungguh tak suka itu. Apa tadi itu? Peluk-peluk? Apa pesona duda tua itu belum juga hilang-hilang?
Brak.
Sret.
"Apa katamu?! Kencan?! Kau cari mati?!" Geram Suzy. Menarik kerah piyama tidur Sehun hingga pria itu terpaksa bangkit dari rebahannya.
"Ada masalah?" Sehun tak mau kalah. Bagaimanapun rasa kesalnya tak akan hilang begitu saja.
"Baik! Silahkan! Aku akan kembali dengan Myungsoo dan Daehyun! Mereka itu masih mencintaiku kau tau?!" Balas Suzy dengan menyalak sengit. Meraih ponselnya dan menekan panggilan cepat untuk nomor L dan juga Daehyun. Yang jelas saja membuat Sehun kembali meradang.
"Daeh-"
Sret.
Brak.
Suzy melongo. Iphone mahalnya sudah tak berbentuk lagi sekarang. Hancur berkeping-keping dengan layar yang hancur.
"Aku tak suka! Dan tak akan pernah suka!" Desis Sehun, mencengkram lengan Suzy hingga gadis itu berjengit sakit saat ia rasa cengkraman Sehun akan meninggalkan bekas.
"Kenapa? Bukankah kau akan berkencan dengan wanita seksi yang menggoda?" Tanya Suzy sengit. Menatap mata Sehun yang menyalang tajam menusuk matanya.
Brak.
"Jangan coba-coba Oh Suzy!" Desis Sehun lagi. Menekan istri mungilnya hingga terbenam sepenuhnya pada permukaan kasur. Tidak ada Daehyun dan tidak akan ada Myungsoo. Sehun rela mengurung Suzy di rumah hanya agar gadis itu tidak bsa bertemu dengan dua cucurut sialan itu.
"Akh kau menyakitiku Sehun." Lirih Suzy. Mencoba mendorong bahu Sehun agar sedikit memberi jarak padanya, karena jujur saja, cengkraman Sehun itu menyakitkan.
Puk.
"Tidak! Jangan mendekati mereka lagi." Lirih Sehun setelah meletakan dahinya di bahu Suzy. Demi apa pun, Sehun benar-benar tidak ingin pergi sekarang. Bagaimana jika Suzy benar-benar mendekati atau didekati oleh para manusia tak jelas itu. Heol.
"Kau egois. Kau bisa mendekati yang lain tapi kenapa aku tidak?" Tanya Suzy. Memeluk tubuh Sehun yang sudah ambruk di bahunya dengan nafas yang memberat mengatur amarahnya.
"Aku tak ingin berbagi dengan yang lain sayang." Bisik Sehun. Menangkup pipi Suzy dan menyatukan dahi mereka berdua. "Jangan sebut mereka lagi ok." Sehun menatap mata Suzy. Entah kenapa Sehun sangat sensitif sekarang. Yang mengandung siapa yang mood swing siapa.
"Aku juga tak ingin berbagi. Kau tampan dengan baju apa pun dan aku tak mau mereka melihat itu." Rajuk Suzy. Menyembunyikan wajahnya di dada bidang Sehun. Memeluk erat prianya karena besok pagi adalah jadwal keberangkatan Sehun.
"Makan yang baik, istirahat yang cukup, jangan kelelehan, dan hati-hati." Ujar Suzy.
"Kau juga, jangan kelelahan karena si kecil akan kelelahan juga. Makan yang banyak karena aku tak mau anak kita nanti kurus kering seperti ibunya." Sehun menggesekan hidung mereka berdua, mengusap pipi berisi istrinya yang semakin berisi karena nafsu makannya yang naik dari hari ke hari, dan Sehun tak pernah masalah dengan itu.
"Eyy kau memikirkan apa hmm?" Goda Sehun saat ia lihat wajah memerah milik Suzy. Bagian mana dari kata-kata Sehun yang terdengar menggoda?
"Kau menyebut anak kita dan itu membuat ada sejuta kupu-kupu yang terbang di perutku." Bisik Suzy pelan. Kata-kata 'anak kita' yang Sehun ucapkan memberikan efek luar biasa bagi Suzy. Itu memang ucapan biasa tapi bagi Suzy itu adalah kunci kebahagiaan mereka.
Dari dulu Sehun selalu mengharapkan ada anak kecil yang akan menambah kehebohan di rumah mereka, membuat kepala mereka pusing dengan teriakan nyaring, dan juga tingkah aneh namun menggemaskan khas anak-anak. Dan itu baru terkabul beberapa hari yang lalu.
"Terima kasih sudah menunggu Sehun." Ujar Suzy.
"Terima kasih sudah berusaha sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher My Husband : My [CEO] Husband
FanfictionKelanjutan dari kisah hidup Nyonya Oh yang terhormat, Oh Suzy. Sequel dari My Teacher My Husband. . . "Harvard? Oxford? Atau tetap di korea?" -Sehun. "Tetap korea." -Suzy. "Kenapa?" -Sehun. "Kau bisa saja mencari istri baru kalau begitu."