Ch. 24

19.4K 1.4K 84
                                    

Sehun terdiam di meja makan, menatap malas pada Suzy yang hanya menatap lesu berpil-pil obat di tangannya. Sehun tak habis pikir, apa susahnya hanya menelan pil itu? Tak ada!

"Astaga Nyonya Oh! Kau hanya perlu meminumnya dan habis! Apa susahnya?" Kesal Sehun, sudah setengah jam mereka hanya dalam posisi membosankan seperti ini. Bahkan jika boleh jujur, pantat Sehun rasanya sudah kebas.

"Ini terlalu besar dan terlalu banyak!" Dengus Suzy, menunjuk tiga pil yang saat ini berada pada telapak tangan kanannya. Menatap Sehun dengan mata berkedip-kedip lucu, meminta belas kasihan.

"Minum saja! Matamu itu tidak berpengaruh padaku!" Sehun tetap saja kesal tak tertahankan. Bagaimana bisa gadis yang akan menginjak usia sembilan belas tahun, tiga bulan lagi begitu susahnya minum obat?

Sret.

"Sehun. Apa yang kau lakuka- hmppp." Suzy membelalakan matanya tak percaya. Awalnya ia begitu kaget saat Sehun mengambil alih obatnya dan makin kaget lagi saat Sehun meminumnya, dan tambah kaget lagi saat Sehun, detik ini mencium telak bibirnya.

Oh tuhan, berasa ada beribu kupu-kupu yang saat ini terbang di perutku. Bathin Suzy tak karuan. Detak jantungnya entah kenapa begitu berdetak cepat. Tidak nyaman tapi menyenangkan.

"Ng!" Suzy memekik tertahan saat Sehun entah bagaimana caranya memindahkan obat laknat itu kedalam mulutnya dan berakhir berlayar di tenggorokannya. Aku benci obat, Ya Tuhaaan. Jerit Suzy dalam hati. Ia sungguh-sungguh tak suka, demi apa pun itu.

Sehun tersenyum tipis, seperti biasa bahkan sangat tipis. Melepas ciumannya lalu mengusap bibir Suzy dengan ibu jarinya. Memperhatikan bagaimana ekspresi wajah gadis itu, antara malu karena ada semburat merah muda di pipinya dan jijik karena berkali-kali ia menelan salivanya.

Hap.

"Ah!" Reflek. Suzy melingkarkan tangannya ke leher Sehun saat pemuda itu menggendongnya ala bridal style, tersenyum kecil seraya berucap, "waktunya istirahat."

Dan demi semua koleksi celana dalam hello kitty pink milik Jong In, Suzy benar-benad merasa istimewa. Padahal dia hanya damam biasa saja, ayolah!

"Aku bisa jalan sendiri Sehun." Ujar Suzy, meskipun begitu ia tetap saja menyenderkan kepalanya pada perpotongan leher Sehun. Menghirup aroma maskulin yang menguar dari tubuh sang suami.

"Kau memang bisa berjalan sendiri, hanya saja. Aku tidak ingin ke rumah sakit karena harus menemani yang terbaring sehabis jatuh dari tangga." Jawab Sehun kalem. Menghiraukan tatapan tidak percaya yang Suzy berikan untuknya.

"Kau memang tidak ada romantis-romantisnya Sehun." Puji Suzy tulus. Menepuk-nepuk pipi Sehun lembut lalu tersenyum lebar. Sungguh sangat terharu.

"Ya. Dan kau tau itu dengan sangat jelas." Balas Sehun dengan senyum manisnya.

Ceklek.

Membuka pintu kamar dan berjalan masuk lebih jauh. Membaringkan lagi Suzy dan menyelimutinya.

"Tapi aku sangat mencintaimu." Cicit Suzy pelan, menggulirkan matanya ke segala arah lalu menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Dia malu. Bagaimanapun Sehun pas-

"Aku tau. Aku juga mencintaimu." Sehun ikut merebahkan tubuhnya, memeluk Suzy yang saat ini bagaikan kepompong hidup dengan seluruh selimut yang membungkus tubuhnya.

**

Suzy melenguh dalam tidurnya, bergerak gelisah saat ia rasa matahari mulai menyapa dan menyilaukan wajahnya.

My Teacher My Husband : My [CEO] HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang