Calon ayah?Calon ayah?
Calon ayah?
Sehun menatap dokter itu dengan pandangan yang entah apa, sangat sulit diartikan. Senang, sedih, sakit, khawatir, takut, dan kecewa. Sehun bahkan tak mengerti kenapa responnya bisa begitu.
Senang karena akhirnya ia bisa mendapatkan gelar ayah yang selama ini ia impi-impikan.
Sedih, sakit, khawatir, takut, dan kecewa karena ia mendapat kabar bahagia ini saat hubungannya dengan Suzy berada dalam masa yang tak baik-baik saja. Ada perasaan bersalah yang berkumpul dalam hatinya, membuatnya merasa tak enak karena pernah bahkan hampir melukai gadis yang saat ini tengah membawa darah dagingnya itu.
"Hamil? Kau serius?" Sehun memastikan, menatap istri kecilnya dari jauh dengan pandangan menerawang entah kemana.
"Ya Tuan. Usianya dua minggu." Dokter itu kembali kembali tersenyum, menuliskan beberapa resep obat dan vitamin untuk ditebus oleh pria tampan di depannya ini.
"Tuan bisa menebusnya di luar." Ujar Dokter itu dan berlalu pergi dari ruangannya. Sehun masih terdiam hingga dengan segera ia mengambil ponsel yang bersemayam dalam jas hitam mahalnya.
"Ini bukan april moop." Guman Sehun. Berjalan mendekati Suzy dengan langkah pelan. Entah kenapa jantungnya menjadi seberdebar ini sekarang. Menyadari jika dalam perut istrinya itu ada segumpal darah miliknya, aahh.. itu membuat Sehun merona bahagia. Impiannya selama ini akhirnya bisa tercapai.
Tak.
"Gadis sialan!" Umpat Sehun setelah melayangkan jentikan jarinya pada dahi Suzy. Bagaimanapun ia masih marah pada gadis itu. Tak mau tau apa pun penyebabnya, ia masih tetap marah.
"Hei adik kecil. Baik-baik di dalam sana ok!" Bisik Sehun tepat di depan perut Suzy. Hatinya menghangat sekarang, kurang lebih sembilan bulan lagi maka ia akan menggendong malaikat mungilnya. Oh apa sekarang ia harus mulai membeli peralatan bayi? Belajar bagaimana merawat bayi? Atau bagaimana? Ah jujur saja Sehun sudah tak sabar menantikan hari itu.
"Ugh Sehun." Suzy melenguh. Mencoba untuk duduk tapi Sehun sudah terlebih dahulu menahannya. Membaringkan lagi tubuh dengan wajah pucat pasi itu.
"Diam saja. Bagaimanapun aku masih marah padamu!" Sungut Sehun bersedekap dada. Ia tak akan pernah lupa dengan insiden 'kelupaan diri' Suzy dengan tugas dan kewajibannya.
"Aku minta maaf." Cicit Suzy.
"Ck diam saja. Mulai sekarang perhatikan apa yang kau makan, apa yang kau kerjakan, waktu tidur, dan aku akan mengantar jemputmu ke kampus mulai detik ini." Jelas Sehun panjang lebar. Menatap Suzy dengan alis terangkat meminta jawaban. Bagaimanapun Sehun tak berbicara dengan patung bukan?
"Kenapa?" Tanya Suzy heran.
"Tentu saja. Little Oh harus mendapat perhatian ekstra." Jawab Sehun asal. Tanpa ia sadar ucapannya barusan membuat Suzy membolakan matanya pada ukuran yang paling besar. Oh kecil?
"Maksudmu? Ada Oh kecil?" Mata Suzy mulai berkaca-kaca. Apa di dalam perutnya sudah ada detak jantung yang lain, apa beberapa bulan lagi perutnya akan membesar? Apa tubuhnya akan seperti melon? Bulat?
"Jaga dia. Aku akan sangat murka jika terjadi sesuatu pada malaikat kecilku." Ujar Sehun dengan nada tegasnya, menatap kedalam mata Suzy yang masih berkaca-kaca.
Jauh dalam hatinya, Suzy merasa sedih saat Sehun hanya mengucapkan jaga malaikat kecil mereka dan jangan sampai ada sesuatu yang terjadi pada dedek bayi itu. Apa jika Suzy yang kenapa-napa Sehun tak masalah dengan itu? Suzy sedikit banyak merasa cemburu dengan itu. Apa Sehun tidak akan mencintainya lagi? Suzy ingin bunuh dir mendengar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher My Husband : My [CEO] Husband
FanfictionKelanjutan dari kisah hidup Nyonya Oh yang terhormat, Oh Suzy. Sequel dari My Teacher My Husband. . . "Harvard? Oxford? Atau tetap di korea?" -Sehun. "Tetap korea." -Suzy. "Kenapa?" -Sehun. "Kau bisa saja mencari istri baru kalau begitu."