"Aku akan kuliah di.."
**
"Seoul National University." Ujar Jiyeon dengan senyum manis dan juga penekanan yang mantap. Mengibaskan rambutnya dan tersenyum manis.
"Dengan otak batu itu?" Tanya Suzy ragu-ragu. Tadi Sehun juga mengatainya otak batu bukan.
"Otak batu apa maksudmu Suzy?" Jiyeon mulai mengeryit tak suka, menyipitkan matanya lalu menunjuk Suzy tepat di wajahnya.
"Ya, kau tau lah. Siswi siswa seperti kita ini, apa kau yakin jika kau bisa lulus tes disana?" Jelas Suzy, yang ujung-ujungnya juga sebuah pertanyaan. Tentu saja ia sedikit ragu bukan.
"Kau? Bukan kau. Tapi kita! Aku yakin kita bisa! Kau lupa jika kita ini murid-murid dari kelas unggul?" Jiyeon balik bertanya. Melipat kedua tangannya di depan dada lalu mengerdip-ngerdip.
"Tapi.."
"Tak ada tapi-tapi Baek! Kita harus lulus tes disana. Kita akan belajar giat mulai dari besok." Putus Jiyeon final, tak bisa diganggu-gugat.
"Itu universitas nomor satu di Korea Ji. Pasti juga banyak anak-anak jenius yang akan mendaftar di sana." Chanyeol angkat suara. Tak biasanya makhluk bertelinga peri itu jadi pesimis begitu. Aneh.
"Mereka juga pasti ada orang dalam." Gumam Suzy.
"Kita juga ada!" Seru Jiyeon. Melirik semua temannya lalu tersenyum manis.
"Siapa?"
"Oh Sehun!" Jawab Jiyeon tanpa basa-basi. "Jika mereka ada secuil api untuk membuat perapian. Maka kita ada setongkat obor untuk membuat unggun! Simpel bukan." Ujar Jiyeon. Entah dari mana ia dapat kata-kata seperti itu.
"Kenapa suamiku?!" Pekikan tertahan Suzy terdengar. Tentu saja ia tak rela dan tak mau jika suaminya harus dimanfaatkan. Bagaimanapun Sehun itu tulang rusuknya. Belahan jiwanya juga.
"Suamimu punya koneksi yang luar biasa Suzy." Kata Baekhyun santai.
Tentu saja itu makin membuat wajah Suzy merah padam karna menahan marah. Bisa-bisanya teman brengseknya itu.
"Apa maksudmu?! Kau memanfaatkan suamiku?!" Nada penuh penekanan itu terucap begitu saja.
"Kita tidak memanfaatkan Sehun alias suamimu itu. Kita tetap ikut tes dengan usaha kita. Kita lihat hasil akhir, jika itu memungkinkan maka kita akan meminta bantuan Sehun." Simpul Chanyel. Otak udangnya itu sedang bisa dimanfaatkan sekarang. Luar biasa!
"Akhirnya.. ada juga yang bisa menerjemahkan bahasaku kedalam bahasa yang lebih mudah dipahami." Helaan nafas lega Jiyeon dan memeluk Chanyeol dengan mesra. Bahkan duduk di pangkuannya, romantis bukan? Tentu saja.
Jiyeon itu mukanya banyak, kalau tidak banyak ya tebal. Itu saja.
**
Sehun memasuki rumahnya dengan langkah pelan, melonggarkan ikatan dasinya lalu menaruh jasnya di kursi ruang tamu. Itu selanjutnya tugas Suzy sebagai istri bukan?
"Apa anak kelinci itu sudah pulang?" Gumam Sehun heran. Pasalnya rumah mereka sangat sunyi.
Memilih mengabaikan kesunyian entah kerna apa itu, lalu berjalan menuju kamarnya di lantai dua. Kris sialan itu benar-benar menghancurkan moodnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher My Husband : My [CEO] Husband
FanfictionKelanjutan dari kisah hidup Nyonya Oh yang terhormat, Oh Suzy. Sequel dari My Teacher My Husband. . . "Harvard? Oxford? Atau tetap di korea?" -Sehun. "Tetap korea." -Suzy. "Kenapa?" -Sehun. "Kau bisa saja mencari istri baru kalau begitu."