Sehun dan Suzy sedang duduk bersandar pada head bed mereka. Masing-masing memegang laptop dan membaca novel.
Suzy membaca novel seraya bersandar pada dada bidang Sehun, sedangkan Sehun hanya melingkari lengan kanannya pada bahu Suzy dan sibuk mengetik entah apa lah itu. Suzy tidak peduli.
"Mm Sehun." Panggil Suzy pelan. Membuat sang pria menoleh sebentar seraya mengecup puncak kepalanya.
"Hm?"
"Apa aku harus mengambil jurusan management business saja sama seperti Kai?" Tanya Suzy yang masih fokus pada novel di tangannya, meski satu tangannya kini sedang memukul-mukul pelan lengan kanan Sehun.
Dahi Sehun berkerut, dapat bisikan dari mana istri mungilnya ini. Setaunya Suzy tak pernah ingin peduli dengan urusan perusahaan. "Kenapa tiba-tiba? Bukannya kau ingin masuk jurusan seni?" Tanya Sehun balik. Menutup laptopnya lalu memeluk Suzy sepenuhnya.
"Aku hanya ingin membantumu? Selama ini bukan kah aku selalu saja menyusahkanmu?" Tanya Suzy lagi. Menutup novelnya lalu menyamankan posisinya di pelukan Sehun.
Kekehan Sehun terdengar pelan. Mengusak rambut Suzy lalu tersenyum kecil. Cukup bangga dengan pemikiran bocah kesayangannya. "Sama sekali tidak. Lakukan apa yang kau mau dan kau suka. Aku lebih senang melihatmu tertawa dari pada harus tersiksa karena ingin menyenangkanku." Jelas Sehun. Mencubit hidung Suzy lalu menciumnya sekilas.
"Aww.. kau romantis sekali Huni~" goda Suzy, niatnya hanya menggoda Sehun tapi lihatlah, malah pipinya yang memerah sempurna.
Lucu.
"Ngomong-ngomong Sehun," Suzy mengambil nafas. Ia belum siap dengan pertanyaan ini. Ia yang akan bertanya malah ia yang gugup tak karuan. "Bagaimana dengan Irene? Aku tidak pernah melihatnya lagi." Aku Suzy, ia sedikit khawatir. Entah rivalnya itu mati tertimba tikus entah mati tertabrak semut. Siapa tau bukan?
"Apa kau mengkhawatirkannya?" Sehun bertanya, jarang-jarangkan, atau malah tidak pernah. Istrinya ini tak sekalipun bertanya tentang Irene. Tapi kenapa tiba-tiba? Kenapa semuanya terasa tiba-tiba untuk Sehun?
"Tidak. Hanya penasaran saja." Jawab Suzy asal. Memainkan jemari Sehun yang hanya diam di belakangnya.
"Dia ke Amerika. Pengobatan mungkin?" Suzy menoleh kebelakang. Kenapa suaminya ini tau? Atau jangan-jangan Sehun masih terus mencari informasi tentang bagaimana keadaan mantan calon istrinya itu?
"Pengobatan? Kenapa kau tau detail?" Tanya Suzy lagi, bahkan ia sekarang makin penasaran. Suaminya ini mencurigakan.
"Entahlah, gangguan jiwa mungkin. Kau bertanya, wajar aku menjawab setauku bukan?" Sehun balik bertanya, sedikit heran dengan tatapan tajam yang diberikan Suzy padanya.
"Kau tau banyak ternyata. Apa kau ma-"
"Lalu bagaimana dengan DaehyunMu?" Sela Sehun. Melempar pertanyaan serupa lalu melonggarkan pelukannya. Membuat Suzy berdecih sebal dan kembali mengeratkan pelukan Sehun di perut ratanya.
"Jangan dilepas!" Sungut Suzy. "Entahlah, aku tidak tau. Dia di Belanda. Kuliah disana." Jawab Suzy pada akhirnya.
Dahi Sehun berkerut dalam, "kau bilang tidak tau, tapi kenapa kau menjawab rinci sekali?" Tanya Sehun lagi, membalikan umpan sang istri yang hanya gelagapan di depannya.
"Kan kau bertanya, jadi wajar kalau aku menjawab setauku bukan?" Suzy kembali berujar, membalikan kata-kata Sehun padanya tadi.
"Kau sudah pintar sekarang ya." Sinis Sehun. Menarik kedua pipi Suzy lalu tersenyum mengejek. Bisa apa istrinya itu saat ini? Membalas? Bahkan tinggi mereka beda jauh, tak terkecuali saat duduk seperti ini. Maka makin jelaslah kependekan istrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher My Husband : My [CEO] Husband
FanfictionKelanjutan dari kisah hidup Nyonya Oh yang terhormat, Oh Suzy. Sequel dari My Teacher My Husband. . . "Harvard? Oxford? Atau tetap di korea?" -Sehun. "Tetap korea." -Suzy. "Kenapa?" -Sehun. "Kau bisa saja mencari istri baru kalau begitu."