Big thanks to : EXO L.
MMA daebak ya,
Woaaah, daebak. Sebanyak itu fandom di korea dan big thanks just for we wahai exo l. Bangga nanet dong yaa,
Meskipun di mama exo cuman bawa 1 piala. Tapi gpp lh ya, intinya kita udah usaha vote, exo juga udah ngelakuin yang terbaik.
Tepuk tangan buat EXO dan buat kita semuaaaa wuhuuuu.
**
Suzy tersenyum dengan tangan yang terus mengusap perut buncitnya itu. Sejak terakhir mereka memakan kalkun, atau lebih tepatnya hanya Suzy, sekitar tiga bulan lalu. Dan sekitar tiga bulan lalu juga ia sudah tidak datang lagi ke kampus. Karena apa? Sehun yang melarangnya. Perutnya sudah semakin membuncit dan Sehun khawatir dengan kebodohan Suzy yang tak dapat diduga itu. Hanya sebulan lagi hingga bayinya lahir dan melihat bagaimana dunia yang akan ia tempati sebenarnya.
Elusan tangan Suzy pada perutnya berhenti ketika lintasan wajah muram Kris tiga bulan lalu saat makan Kalkun pilihannya, masih terbayang di kepala Suzy bagaimana mata tajam itu seolah tak lagi berminat memancarkan cahayanya. Karena apa? Entahlah, Suzy juga tak tau. Perasaannya tak enak saja.
"Apa yang kau pikirkan hmm?" Sehun bertanya serasa duduk disamping gadisnya itu. Melonggarkan ikatan dasi yang mencekik lehernya sejak tadi pagi.
"Tidakkah kau merasa aneh dengan Kris? Dia terlihat.. mm hidup tapi mati?" Tanya Suzy penasaran. Entahlah apa yang ia katakan yang jelas intinya, saudara Sehun itu seperti enggan hidup dan terlalu malas untuk mati. Begitulah.
"Memang dia sedikit berbeda. Kenapa?" Sehun balik bertanya. Apa istri dan kakaknya itu sudah sedekat itu hingga ia merasa bahwa Suzy lebih memperhatikan Kris dari pada memperhatikan suaminya sendiri? Sehun terbakar api cemburu rasanya.
"Tidak, hanya aneh saja melihat orang yang akan menikah muram suram seperti itu. Apa Kris memiliki banyak hutang?" Mungkin ini penyebab Kris bermuram durja, tapi tidak mungkin jugs rasanya. Kris itu anak dari pengusaha tersukses se-Korea dan apa masuk akal jika dia masih bisa memiliki hutang?
"Kau pikir Kris itu seperti Kai? Tentu tidak." Gemas Sehun menarik kedua pipi Suzy berlawanan arah. Yang benar saja. Mereka kaya dua belas turunan, sembilan tanjakan, dan delapan tikungan. Hutang dari mana?
"Kenapa kau membawa-bawa nama Kai? Jangan karena wajahnya yang melarat itu kau mengira dia memiliki setumpuk hutang." Sungut Suzy. Manis sekalai mulut suaminya ini.
"Ya bagaimana lagi, wajahnya meyakinkan." Acuh Sehun dengan bahu terangkat tak peduli.
'Pria ini benar-benar!' Bathin Suzy masih mencoba untuk sabar. Lihat saja jika sudah pada batasnya nanti. Vivi kesayangannya itu akan Suzy gantung di tiang bendera perempatan jalan. Mencari masalah saja.
**
"
Bagaimana persiapan pernikahanmu Kris?" Siwon bertanya dengan kaca mata baca yang bertengger di hidung mancung pria paruh baya itu.
"Kabarku baik dad. Terima kasih sudah bertanya." Sindir Kris. Baru bertemu apa salahnya berbasa-basi dulu. Bukan langsung to the point seperti tadi. Membuat naik darah saja.
"Kapan kalian akan berfoto?" Siwon kembali bertanya. Menganggap sindiran Kris tadi adalah ucapan selamat datang untuknya.
"Saat pernikahan Sinchan dengan Nobita." Kris makin naik darah. Sudah disindir tidak juga sadar? Dasar tua bangka!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher My Husband : My [CEO] Husband
FanfictionKelanjutan dari kisah hidup Nyonya Oh yang terhormat, Oh Suzy. Sequel dari My Teacher My Husband. . . "Harvard? Oxford? Atau tetap di korea?" -Sehun. "Tetap korea." -Suzy. "Kenapa?" -Sehun. "Kau bisa saja mencari istri baru kalau begitu."