"Lusa?! Kau serius?" Pekik Suzy tak percaya. Yang benar saja. Penundaan kemarin lalu tak ada persiapan dan sekarang? Percepatan juga tak ada persiapan? Yang benar saja! "Si naga tonggos tak tau diri itu benar-benar!" Ujar Suzy.
"Yeah, seperti yang kau baca." Dan lagi, respon Sehun sungguh sialan! Bukan kata-katanya yang terdengar seperti tidak peduli, tapi cara pria sialan itu menjawabnya. Tangan bersedekap di dada, pandangan mata lurus ke layar televisi di depannya, dan kaki yang terjulur hingga ke atas meja.
Tuk.
"Kakimu Tuan Oh yang terhormat! Kau pikir membersihkan itu hanya tinggal memejamkan mata!" Sinis Suzy setelah menyingkirkan kaki Sehun dengan tendangan kecil dari kakinya yang terlihat semakin membengkak. Maklum, kandungan bulan ketujuh.
"Aku tidak menyuruhmu!" Balas Sehun tak mau kalah. Padahal posisinya tadi sudah benar-benar posisi terenak. Dan kelinci hutan ini mengganggunya!
"Kapan kita membeli perlengkapan bayi?!" Sehun heran sendiri, tadi membahas betapa sulitnya membersihkan meja dan sekarang kapan membeli perlengkapan bayi? Ah Sehun lupa, mereka belum membeli apapun, kecuali yang dihadiahi oleh para paman dan bibi si little Oh beberapa bulan lalu.
"Benar! Tapi melihat perut buncitmu itu! Akan lebih aman jika kita membelinya secara online." Usul Sehun mengambil jalan tengah.
"Apa tidak sebaiknya jika kita langsung yang membeli? Kita bisa melihat barangnya kuat atau tidak." Untuk urusan si calon pangeran kecil Oh yang selalu dinantikan dan sangat berharga, Suzy tak ingin barang yang sembarang.
"Jika untuk bayi aku jamin kuat! Tapi jika yang naik itu Kingkong hutan seperti dirimu! Aku ragu!" Sehun kembali mengibar bendera perang. Memandang Suzy dengan tatapan datarnya seperti biasa.
"Memang dasar sialan!" Gumam Suzy.
"Oh, halo Johny!"
"Yoo, what's up bro?"
"Bibimu masih memiliki toko perlengkapan bayi?"
"Tentu. Kau ingin melahirkan?"
"Bukan aku, tapi istriku."
"Aku tau bodoh! Itu maksudku."
"Aku pesan satu set lengkap. Tempat tidur, sepatu, baju, topi, sarung tangan, kaos kaki, peralatan makan, intinya semua harus lengkap. Aku ingin yang berkualitas dan terjamin!"
"Oou dude, kau tau barang di toko bibiku selalu terjamin. Kau ingin warna?"
"Merah."
"Ok, besok akan tiba di rumahmu."
"Aku ingin kau yang mengantar."
"Kenapa aku harus?"
"Karena wajahmu mendukung!"
"Ap-"
Sambungan Sehun putus sepihak. Selesai! Tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Beres.
"Itu tadi siapa?" Heran Suzy. Kenapa teman Sehun banyak sekali. Apa temannya tahan dengan sifat makhluk macam Sehun ini? Wooah daebak kalau iya.
"Teman." Apa aku bilang. Suzy membathin. Sungguh sebuah keajaiban saudara-saudara.
**
"Chan, Kai!" Baekhyun berseru dari dapur dengan sekotak buah Stoberry di tangan kirinya.
"Apa?" Yang dipanggil sedang bermalas-malasan dengan ponsel mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher My Husband : My [CEO] Husband
Fiksi PenggemarKelanjutan dari kisah hidup Nyonya Oh yang terhormat, Oh Suzy. Sequel dari My Teacher My Husband. . . "Harvard? Oxford? Atau tetap di korea?" -Sehun. "Tetap korea." -Suzy. "Kenapa?" -Sehun. "Kau bisa saja mencari istri baru kalau begitu."