Sehun hanya tersenyum lembut saat mendapati Suzy yang sudah terpental jauh masuk kedalam dunia mimpinya. Mungkin karena efek menyemangatinya tadi, melompat-lompat, berteriak-teriak, bahkan berputar-putar tak jelas di dalam ruangannya. Bersyukur ruangan Sehun itu kedap suara. Jika tidak? Habislah sudah dia.
"Apa harus aku bangunkan?" Gumam Sehun. Berjalan mendekati Suzy lalu mengelus surai panjang milik gadisnya itu, kembali tersenyum lembut saat ia rasa Suzy kembali memeluk tubuhnya manja. Entah hanya perasaannya saja entah bagaimana, akhir-akhir ini Suzy terlihat menjadi lebih manja padanya. Bukannya tidak suka, hanya saja.. apa boleh Sehun berharap?
Karena terlalu larut dalam khayalan yang ia buat sendiri, Sehun sampai tak sadar jika saat ini Suzy tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan, entah itu sedih, takut, frustasi, bersalah, dan lainnya.
"..hun."
"..ehun."
"Sehun!"
Suzy berteriak nyaring, melambaikan tangannya kedepan wajah Sehun yang hanya menggumam sebagai balasan dari teriakannya tadi. "Ada apa dengan suamiku ini?" Bathin Suzy heran, bangkit untuk duduk di samping Sehun dan meregangkan otot-ototnya.
"Lenganmu itu tolang ya, kondisikan." Peringat Sehun seraya menjauhkan tangan Suzy yang hampir menampar pipinya dengan lengan gadis itu.
"Kita jadi jalan-jalan?" Tanya Suzy antusias. Mengguncang bahu Sehun lalu kembali berdiri agar bisa berhadapan dengan sang suami tercinta.
"Hhh." Sehun menghela nafas, menggenggam jemari Suzy lalu mengecupnya perlahan. "Maafkan aku." Sorot mata Sehun menunjukan rasa bersalah yang mendalam. Dan Suzy cukup pintar untuk menyimpulkan bahwa itu adalah penolakan secara halus.
"Tak apa." Ujar Suzy, menyandang tasnya lalu kembali menatap Sehun yang juga sedang menatapnya. "Kau tidak pulang?" Tanya Suzy heran, masalahnya Sehun hanya diam seraya menatapnya.
"Ya, aku akan pulang. Setelah kita kencan." Sehun bangkit berdiri dan merangkul bahu Suzy yang hanya melongo menatapnya.
"Kau tidak rapat?" Tanya Suzy heran.
"Siapa mereka yang mengaturku?" Sehun balik bertanya, mencubit hidung Suzy gemas lalu memeluknya. "Jika pun ada, aku bisa saja membatalkannya untukmu." Bisik Sehun seraya terkekeh lembut.
"UWAAAAAAAAA! I LOVE YOU TEMBOK BERJALAAAAN!"
**
Suzy menarik Sehun kesana-kemari. Berseru kagum saat melihat sesuatu yang bisa membuatnya mulutnya tak tahan untuk tidak mengatkan 'woah'.
"Sehun! Permen kapas." Tunjuk Suzy bagai anak kecil yang meminta balon pada ayahnya.
"Tinggal beli." Ujar Sehun acuh, ia seperti membawa anak berumur lima tahun. Juga seperti membawa robot pencipta reaksi berlebihan.
"Sehun, selain tak berekspresi kau juga tak peka." Sindir Suzy seraya melangkahkan kakinya. Tak lupa menarik tangan Sehun, bisa-bisa gadis gila di sini mengerubungi suaminya dan menculiknya begitu saja.
Sehun mengerjapkan matanya tak percaya, bagaimana bisa Suzy membeli dua permen kapas? Jika yang ia beli hanya ukuran kecil tak apa, masalahnya, Suzy membeli dengan gulungan paling besar, bahkan hampir menutupi wajahnya. Jangan lupakan dia membeli dua!
"Sehun mau?" Tawar Suzy seraya menggigit satu permen kapasnya. Menyodorkan satu yang di tangan kanannya tepat kedepan wajah Sehun. Reflek saja Sehun memundurkan kepalanya dan menggeleng kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher My Husband : My [CEO] Husband
FanfictionKelanjutan dari kisah hidup Nyonya Oh yang terhormat, Oh Suzy. Sequel dari My Teacher My Husband. . . "Harvard? Oxford? Atau tetap di korea?" -Sehun. "Tetap korea." -Suzy. "Kenapa?" -Sehun. "Kau bisa saja mencari istri baru kalau begitu."