Sehun merasa ada yang aneh dengan Suzy. Entah kenapa perasaannya tidak enak saja akhir-akhir ini. Ditambah wajah pucat milik Suzy yang tak hilang semenjak minggu lalu. Entah perasaannya saja entah bagaimana, intinya Sehun sungguh cemas saat ini.
Sehun terdiam. Kembali mengamati wajah pucat Suzy yang sedang tertidur pulas di sampingnya. Berasalkan lengan Sehun sebagai bantalan dan berselimutkan lengan Sehun yang lain melingkari pinggangnya. "Benar-benar pucat." Gumam Sehun. Bahkan seingat Sehun Suzy sering mengatakan tentang perutnya yang tiba-tiba keram dan tidak mau minum obat dengan alasan tak mau si bayi terlalu banyak mengkonsumsi zat kimia. Dan yah, Sehun hanya mampu mengangguk lemah seraya mencekcoki Suzy dengan minum susu dan makan buah.
"Nghh."
"Si Anabel sudah bangun?"
Duk.
"Aku bukan Anabel!"
Suzy bersungut kesal. Baru membuka mata dan kalian dengar? Sehun sudah mengucapkan kata-kata mesra padanya. Jika ingin mencari ribut langsung bilang saja!
"Ungh! Sorry sorry honey." Bisik Sehun disertai kekehan mautnya. Jangankan tertawa! Kekehan mautnya saja sudah membuat semua wanita melting saat itu juga.
"Enyah kau pangeran buruk rupa!" Hardik Suzy geram. Sudah salah malah tertawa lagi. Ya tuhaan, dimana lagi mencari suami macam Sehun ini? The one and only pemirsa. Percayalah.
"Eyyy. Aku lupa ingatan saja kau sudah menangis pilu. Apalagi jika aku mati." Goda Sehun. Jangan berharap jika Sehun itu lupa ingatan maka kenangan menggelikan yang ia simpan juga akan hilang. Terkhusus untuk Suzy. Ingatan memalukan itu mempunyai file tersendiri ditambah dengan lambang emoticon hati.
"Diam kau tembok berjalan!" Suzy bersungut-sungut. Tak lupa menggigit lengan Sehun dengan gigi kelinci kebanggaannya. Jika bukan karena gigi kelinci itu Sehun, Daehyun, dan Myungsoo tak akan jatuh cinta padanya. Mungkin ini yang disebut dengan oleh-oleh dari rahim ibu. Berbicara tentang ibu, Suzy jadi teringat dengan mamanya. Apa kedua orang tuanya sibuk berbuan madu hingga melupakan anak mereka? Keterlaluan!
"Apa lagi yang otak kecilmu itu pikirkan?" Tanya Sehun tak heran. Sehun seringkali mendapati Suzy terdiam dengan tatapan kosong atau dengan kepala yang mengangguk-angguk tak karuan.
"Nama bayi kita nanti?" Gumam Suzy saat ia tau Sehun menatap tak berkedip padanya. Itu pertanda bahwa di bungsu Oh itu sedang penasaran dan butuh jawaban pasti tanpa kata bertele-tele.
"Oh Haowen. Bagaimana?" Usul Sehun. Entah mendapat pencerahan dari mana intinya Sehun hanya menyebutkan apa yang melintasi kepalanya barusan. Dan, ajaibnya, Haowen langsung muncul kepermukaan dan boom itu adalah usul yang briliant bukan?
"Haowen? Nama yang bagus!" Pekik Suzy senang. Mengusap perut buncitnya dan tersenyum saat Sehun juga mengusap perut serta kepalanya. Haaah, Suzy nyaman sekali. "Ah, atau Bae Haowen saja?"
Ctak.
"Aaishh."
"Kau pikir siapa yang tulang punggung keluarga disini? Kau dan otak bodohmu itu?" Sinis Sehun dengan bonus jitakan cinta di dahi istri mungilnya.
"Otak bodoh ini juga berguna untuk negara kau tau!" Sungut Suzy. Menimpali Sehun dengan bantal yang entah sejak kapan berada di genggaman tangannya.
Duk.
Duk.
Duk.
"Dasar sialan!" Maki Suzy.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher My Husband : My [CEO] Husband
FanfictionKelanjutan dari kisah hidup Nyonya Oh yang terhormat, Oh Suzy. Sequel dari My Teacher My Husband. . . "Harvard? Oxford? Atau tetap di korea?" -Sehun. "Tetap korea." -Suzy. "Kenapa?" -Sehun. "Kau bisa saja mencari istri baru kalau begitu."