Suzy mengerjapkan matanya pelan saat ia rasa pusing mendera kepala kecilnya, matanya berkunang-kunang, dan kepalanya memberat. Namun entah kenapa ia merasa nyaman. Usapan pada kepalanya membuatnya tenang, menelusupkan badannya lebih dekat pada tubuh hangat di depannya dan membawa sebelah tangannya pada pinggang Sehun. Ya, dia tau Sehun. Jika bukan pria itu siapa lagi?
"Hkss." Isaka itu keluar lagi, membuat kepalanya semakin pusing dan berdenyut hebat lagi. Mencengkram kemeja pada bagian pinggang Sehun kuat, berusaha agar pria itu sadar akan sesaknya saat ini.
Elusan di kepalanya semakin terasa, belum lagi kecupan singkat pada pucuk kepalanya. Membuat gadis itu semakin sesak dengan suara tangisnya sendiri.
"Tenanglah. Istirahat." Bisik Sehun. Mengangkat sedikit wajahnya lalu mencium dahi Suzy. Tatapannya masih datar, jelas ia masih marah. Setidaknya Sehun tidak berteriak marah seperti tadi, itu sudah cukup membuatnya lega.
"Hkss maafkan aku akh.. ak.. aku.. maafkan aku Sehun." Isak Suzy, mengeratkan pelukannya pada pinggang Sehun dan menelusupkan kepala pada dada bidang Sehun.
"Berhenti mengatakan itu, tak ada gunanya." Balas Sehun. Memberi jarak pada tubuh mereka sebelum Suzy makin terisak.
"Hkss jangan.. hkss sakit Sehun. Jangan hkss." Mohon Suzy, menggeleng ribut dan itu semakin memperparah sakit kepalanya yang sudah parah itu.
**
Suzy diam bersandar pada headboardnya, masih sesenggukan dengan kepala tertunduk dan jemarinya yang menggenggam kuat lengan kemeja Sehun.
Kepalanya bahkan masih berputar tak tentu arah, berdenyut sakit seperti ada yang menghantamnya. Dan Sehun yang hanya diam dengan tatapan tajamnya semakin memperburuk keadaan Suzy.
Lama dalam keterdiaman akhirnya Sehun mulai mendekat, meraih tangan Suzy dan menarik gadis itu agar masuk dalam pelukannya. Mengusap pelan punggung serta kepala gadis yang lebih kecil darinya itu.
"Sakit Sehun." Adu Suzy. Melingkarkan tangannya pada pinggang Sehun dan menggigil kecil disana.
"Berbaringlah, aku akan membeli obat." Ucap Sehun yang langsung mendapat gelengan ribut dari Suzy. Gadis ini benar-benar tak ingin lepas darinya.
"Aku hanya akan membeli obat ke apotek, tak akan lama ok." Bujuk Sehun, kali ini dengan suara yang lebih lembut. Bagaimanapun ia tak akan tega melihat kekasih kecilnya ini kesakitan seperti itu.
"Tidak. Jangan. Kau akan meninggalkanku lagi nanti." Cicit Suzy memelan. Ia tak sanggup jika harus menatap mata setajam elang milik Sehun. Jantungnya berdetak semakin cepat. Dan itu benar-benar gila.
"Kau tahan dengan sakitnya hmm?" Tanya Sehun pelan. Kembali duduk pada sisi ranjang yang saat ini masih di tempati istri kecilnya.
Anggukan ia terima.
"Kau tak akan tahan." Ujar Sehun, mendesah lelah dan beranjak lagi.
"Aku tahan. Asal jangan pergi." Balas Suzy, menatap mata Sehun yang saat ini juga tengah menatapnya.
**
"Makanlah." Sehun meletakan semangkuk bubur dengan warna oranye sebagai hiasan dan beberapa warna hijau yang sangat kecil.
"Ini terlalu banyak Sehun." Suzy menggeleng kecil, sedikit ragu jika Sehun akan marah lagi padanya.
"Habiskan semuanya." Perintah mutlak tak terbantahkan dari sang master dan dewa dari segala ekspresi datarnya itu.
Suzy menunjuk tenggorokannya, menggeleng kecil lalu menelan salivanya dengan susah payah. "Sakit." Bisiknya.
Dan Sehun cukup pintar untuk mengerti maksudnya. Bersyukur jika suaminya itu lulusan S2 Harvard University. Ck!
"Makan setengah kalau begitu." Tawaran Sehun berikan, mendorong lagi mangkuk itu ke depan Suzy dengan wajah datarnya. Tetap.
Suzy mengangguk lesu, selera makannya hilang, perutnya kenyang, dan Sehun membuatkan semangkuk besar bubur lembek untuknya. Ini sungguh!
"Sehun sudah." Suzy menyodorkan lagi mangkuknya. Meminum segelas air dan menelannya dengan perlahan. Perih.
"Apanya yang sudah? Kau baru makan 3 ujung sendok!" Sungut Sehun kesal. Memperlihatkan isi mangkuk Suzy yang masih terisi penuh, hanya cekungan yang membuat tampilannya sedikit berbeda.
"Perih." Keluh Suzy.
"Ingin makan dari mulut ke mulut?"
**
Dasar gila! Benar-benar gila! Kenapa dia semakin mesum saat aku sakit?! Aneh! Apa dia sedikit berbeda dari manusia biasanya? Ah! Terserah saja!
Suzy merengut kesal, mengerucutkan bibirnya saat ia tau Sehun tengah menertawakannya saat ini. Jelas saja dari tulang pipi pria itu yang sedikit bahkan sangat sedikit menaik.
"Tembok berjalan!" Sungut Suzy. Bersender pada sandaran kursi empuk lalu memperhatikan TV yang saat ini sedang menayangkan kartun Doraemon itu.
Tipikal bocah labil.
Sehun sebagai sang tersangka hanya diam dengan mata yang menatap layar ponselnya. Biasa, presdir selalu sibuk dimana pun ia berada.
"Kelinci liar?" Panggil Sehun pelan.
"Apa?"
"Ingin makan ice cream?"
Ice cream? Ini sungguhan?! Huwaaaa aku sudah sangat merindukan bagaimana rasanya ice cream itu masuk dalam mulutku dan melumer disana. Huwaaa! Pikir Suzy memekik girang. Menatap Sehun dengan mata berbinar lalu mengangguk semangat.
"Ayo! Ayo! Ayo!" Desak Suzy. Membuang bantal sofa yang sedang ia peluk dan berdiri dengan riang di depan Sehun.
"Ah, aku lupa jika kau sakit."
Jleb.
"Aku baik-baik saja. Ayo!" Setelah panah pertama menancap tepat di jantungnya, Suzy tak kehilangan akal. Bagaimanapun ice cream itu harus melumer di mulutnya saat ini juga! Titik!
"Ah aku juga lupa jika aku hanya bercanda."
"Sialan!"
Ok ending absurd.. gaje dan ah sudahlah. Icing terlalu syedih saat ini.
Jgn lpa voment eaaa wkwkwk..
See u next chap.
Eh ga ding,, icing mau ujian..
DAP.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher My Husband : My [CEO] Husband
FanfictionKelanjutan dari kisah hidup Nyonya Oh yang terhormat, Oh Suzy. Sequel dari My Teacher My Husband. . . "Harvard? Oxford? Atau tetap di korea?" -Sehun. "Tetap korea." -Suzy. "Kenapa?" -Sehun. "Kau bisa saja mencari istri baru kalau begitu."