Ch. 49

17.7K 1.4K 132
                                    

Minal aidin walfa idzin ya semuaa,, mohon maaf lahir bathin kalau slama ini mariposa ada yg ngk balas coment kalian, bkin prasaan kalian campur aduk bca ff ini, menguras air mata jika ada, hingga mengumpat-umpat tanpa sadar jika ia.

Oh ya ada yg mnta sequel? Sequel lagi? macam trilogi ff mariposa ya, kalau buat sequel lihat smpai mna dlu end kisah yg ini ok.

Ok! Buat para jones yg malming sendiri, atau yg ada pacar tpi pcarnya sibuk, atau yg lgi malam takbiran sendiri, nih mariposa temenin ya.

Happy reading baebih..

**

Suzy terus menunduk dalam, memilin ujung bajunya dengan mata melirik kemana-mana yang terpenting tidak kedalam mata Sehun. Bisa mati berdiri dia.

"Istirahatlah, aku yang akan memasak." Ujar Sehun. Mengusak rambut Suzy dengan senyuman sejuta watt miliknya.

"Sehun. Maaf." Cicit Suzy. Memegang pergelangan tangan Sehun dengan bibir bergetar ketakutan.

"Tak masalah. Ceritakan nanti padaku." Sehun tersenyum memeluk Suzy sekilas seraya mengusap pelan bahu gadis tercintanya itu. "Pergilah ke kamar. Aku yang akan memasak."

Suzy menggeleng ribut. Menempeli Sehun hingga ke dapur dan duduk manis di meja makan. Ingin membantu tapi Sehun pasti akan melarangnya. Apa yang harus dia lakukan? "Sehun." Suzy memanggil.

"Ya?"

"Aku ingin membantu."

"Tidak. Duduk saja."

Nah, benar kan? Sehun pasti akan menolaknya. Sedikit banyak Suzy menghangat di tempatnya. Sehun tak marah lagi? Anggap saja begitu.

"Sehun, biar aku yang memotong sayuran." Suzy menawarkan jasanya, memandang Sehun dengan puppy eyes yang biasanya akan mempan pada manusia batu yang satu itu. "Aku hanya akan duduk di sini, tak akan kemana-mana." Janji Suzy.

Sehun menghela nafas, menyerahkan sekantong sayur-sayuran pada Suzy agar gadis itu tak lagi merengek. Sehun duduk diam di depan Suzy, memandangi gadis itu lekat-lekat hingga tanpa sadar tangannya sudah terangkat untuk mengusap helaian rambut panjang miliknya.

"Sehun?"

Sehun diam, sibuk dengan pikirannya sendiri hingga ia tersadar saat tangan halus milik istrinya mengusap balik pipi tirusnya. "Apa kau masih marah?"

"Tidak. Hanya saja yah.." Sehun bahkan tak mengerti apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Sebagian dari dirinya masih marah, dan sebagian lagi sudah tak masalah. Sehun bingung, dia kacau akhir-akhir ini.

"Jangan ada yang kau tutup-tut-"

Ting tong.. ting tong..

Sehun menoleh kearah pintu, bangkit dari kursinya tentunya setelah mengecup sejenak dahi Suzy.

**

"Heiii yang ada di dalaaaam! Buka pintuuuuuu!" Baekhyun berteriak heboh, mengapit hadiah di depan dada dengan senyum cerah sejuta watt.

Ceklek.

"Bisakah kalian tid-"

"Selamaaat calon daddy Oh." Pekik Jiyeon tak kalah senang, memeluk Sehun sekilas lalu melenggang masuk begitu saja.

"Eiyoooo,, akhirnya ya. Selamat untuk dirimu, Mr. Datar." Ujar Baekhyun, menyalami Sehun dan berlalu masuk menyusul Jiyeon.

"Selamat Mr. Ohseh." Bisik Chanyeol dan terkekeh geli saat ia melihat bulu-bulu halus di tengkuk Sehun berdiri semua.

"Maafkan temanku, mereka memang gila. Kau tau bukan?" Ringis Kai sebagai manusia yang paling normal. Menggeser tubuh Sehun sedikit lalu masuk kedalam rumah tanpa menghiraukan Sehun yang masih mematung di sana.

"Huwaaaa Oh Suzy! Selamat ya! Akhirnya usaha kerasmu selama ini dengan olahraga rutin tiga kali seminggu membuahkan hasil ya!" Pekik Jiyeon heboh. Mencubit gemas pipi Suzy dan menariknya kekiri dab kekanan.

Tak tau apa jika yang diteriaki sudah meringis kesakitan.

"Apa kalian sedang membahas masalah ranjang?" Tanya Baekhyun polos. Meneguk segelas air mineral yang ia rampas dari kulkas besar milik si tuan rumah.

"Kenapa kalian jadi vulgar begini hah?" Jengah Kai. Ia heran kenapa semua temannya pada gila.

"Apa kau juga ingin? Kau terlihat iri!" Dengus Baekhyun seraya duduk di samping Suzy.

Kai mendecak malas, iri? Heol! Iri pada apa? Suatu saat ia juga akab seperti jadi ya, sekarang nikmati saja.

"Apa yang kalian bawa?" Tanya Sehun heran. Setelah sekian lama terdiak di depan pintu, akhirnya ia mendapatkan pencerahan dan segera menyusul istrinya ke dapur. Khawatir akan terjadi apa-apa, karena yah, seperti yang kalian tau. Para bocah itu gila semua!

"O, ini pakaian bayi dari paman Chanyeol." Menaruh bingkisan dengan ukuran sedang di atas meja lengkap dengan sebuah kelopak mawar yang entah ia dapat dari mana.

"Kelopak mawar itu kau curi dari mana?" Tanya Kai.

"Aku dapatkan di tepi jalan tadi." Jawab Chanyeol santai. Sekarang bulan puasa jadi Chanyeol tidak boleh berbohong.

"Ini peralatan makan dari Jong In." Kai menyerahkan bingkisan yang tak kalah besar dari punya Chanyeol, meletakan di atas meja lengkap dengan pita yang menghiasi bagian tutupnya.

"Intruksi. Paman Jong In. Tak usah malu begitu." Ujar Baekhyun seraya mencolek genit dagu Kai.

"Ini pakaian bayi dari paman Baekhyun." Tersenyum lima jari saat meletakan bingkisannya di atas meja lengkap dengan warna bungkusan seperti warna pelangi. Karakter Baekhyun sekali.

"Sepatu berbagai macam warna dari bibi Jiyeon." Jiyeon mendorong bingkisannya ke tengah meja agar bersanding dengan bingkisan yang lain. Masih ingat dengan perebutan warna sepatu tadi bukan? Dan Jiyeon benar-benar membungkus semuanya dalam bingkisan miliknya.

"Dia masih dua minggu Ya Tuhan." Heran Suzy tak percaya, beruntung sekali anaknya nanti. Belum apa-apa sudah mendapat berbagai macam hadiah, apa lagi jika sudah lahir. Woah! Luar biasa. Tanpa sadar, saat mengatakan 'anaknya' wajah Suzy memerah parah, membayangkan tentang anaknya dan juga Sehun membuat hatinya menghangat.

"Ya ya ya ya! Kenapa dengan wajahmu yang memerah itu? Kau memikirkan yang 'ia-ia'?" Tuding Baekhyun heboh, menunjuk Suzy dengan alis yang ia naik-turunkan berniat untuk menggoda.

"Kau memikirkan proses pembuatannya?" Jiyeon menambahkan, membuat wajah Suzy semakin merah tak karuan.

"Bagian mana yang kau bayangkan?" Tanya Chanyeol tak mau kalah.

"Ukuran?" Selidik Kai. Membuat Baekhyun tertawa terbahak-bahak saat melihat wajah Suzy. Taj lebih dari badut atau tomat busuk, yang lebih parah kepiting rebus. Ya ampun.

"Ti.. ti.. tidak! YA! KALIAN!!"















































See u next chap ya,

DAP.

My Teacher My Husband : My [CEO] HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang