Malamnya, Brian merasakan kesegaran di tubuhnya, setelah dua orang perawat pria datang dan menyeka tubuhnya yang bisa diseka. Kaki kanannya tentu tidak boleh disentuh sedikit pun. Bisa fatal akibatnya kalau kakinya disentuh sembarangan.
Baiklah, tidak apa-apa ia tidak merasakan kesegaran sehabis mandi. Dalam keadaan seperti ini, ia tidak boleh banyak berharap dan menginginkan apa-apa. Lagi pula, Brian tidak bisa menggerakkan sebelah kakinya sesuka hati.
Begitu tirai di sekelilingnya kembali dibuka karena untuk menjaga privasinya, Brian melihat Theresa sedang berdiri bersandar di jendela ruangan yang tertutup. Gadis itu baru mengalihkan pandangan padanya setelah ia mendengar tirai dari arah ranjang rawat laki-laki itu dibuka.
Senyuman lebar adalah hal pertama yang Brian dapati, sebelum gadis itu berujar, "Hai, Brian! Sudah merasa lebih segar?"
Di tempatnya, Brian mengangkat bahu acuh tak acuh. "Lumayan."
"Kau tahu?"
"Apa?"
"Mmm... kau jadi kelihatan lebih tampan setelah diseka."
Hening.
Hening.
Brian mendengar Theresa tertawa kecil.
"Kenapa?" tanya Brian penasaran. "Memangnya, ada yang lucu di sini?"
"Ya," sahut Theresa singkat.
"Apa?"
"Ekspresimu."
Hening lagi.
Memangnya, apa yang lucu dari ekspresi wajahnya itu?
Brian menyuarakan pemikirannya.
"Entahlah. Tapi, kurasa ekspresimu tadi sungguh lucu."
Hening.
"Apa kau suka dengan pujianku tadi?"
Brian kontan mendengus sambil mengalihkan pandangannya.
Dan, Theresa kembali ke tempat tidur, bersiap untuk beristirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay with Me ✔
Short Story#54 in Short Story (11-11-17) Brian Rowen terpaksa dibawa ke rumah sakit akibat patah tulang yang dialaminya. Kaki kanannya patah karena sebuah kecurangan yang dilakukan oleh lawannya dalam kompetisi sepak bola di sekolah, dan ia terpaksa harus menj...