"Kukira, berjalan menggunakan kruk itu semudah yang kubayangkan, semudah ketika aku menyaksikan film bertema medis yang sering ibuku saksikan. Nyatanya sangat sulit." Brian mengeluh ketika ia sedang mencoba berjalan menggunakan kruk di tangan kanannya, dibantu dengan Perawat Emily di sampingnya. Perawat Emily terkekeh pelan mendengar keluhan yang tak pernah berhenti terlontar dari bibir Brian, sementara Theresa hanya menyaksikan semua itu dengan pandangan geli, tak berkomentar apa pun.
"Semuanya memang membutuhkan proses, Brian. Bersabarlah. Sebentar lagi, kau pasti akan terbiasa menggunakannya," ujar Perawat Emily, yang tengah melihat Brian berjalan seorang diri mengitari ruangan rawatnya.
"Bukankah kau ingin segera bermain di taman, sembari menunggu pemeriksaan selanjutnya dan dinyatakan pulang? Untuk itu, kau harus terus berlatih di sini, Brian, supaya kau tidak terjatuh saat kau berjalan di luar," imbuh Theresa di ranjang rawatnya. Ia mendapati Brian menatap ke arahnya dan mengembuskan napas panjang.
"Ya, ya, baiklah." Brian tidak habis pikir, kenapa kodrat seorang perempuan tidak pernah jauh dari banyak bicara, atau banyak mengomel, atau banyak menasihatinya.
Tapi, apa yang dikatakan kedua perempuan itu memang benar. Brian harus banyak berlatih berjalan menggunakan kruk. Berlatih seperti ini tidak akan memakan waktu yang lama, bukan? Mungkin, sehari juga, ia sudah bisa menggunakannya dengan lancar.
Theresa tak henti tersenyum lebar melihat Brian yang menggumam tak jelas di hadapannya. Namun, ketika ada seseorang yang datang dan memberikan Brian senyuman lebar yang sama, senyuman yang terpatri di bibir Theresa perlahan sirna.
"Oh, Brian, kau sudah boleh berjalan menggunakan kruk?" adalah Jennifer, yang datang sembari membawa sekantung plastik berisi sesuatu dan meletakkannya di atas nakas. "Wow, aku senang melihatnya, Brian! Bukankah itu berarti, kau akan segera pulang?" celoteh Jennifer riang, membuat Brian menatapnya sejenak dan tersenyum seadanya.
"Ya... begitulah," sahut Brian ringkas. Dan secara perlahan, ia melirik ke arah Theresa yang kini sibuk mengalihkan perhatiannya ke arah jendela ruangan, sambil sesekali mengembuskan napas panjang.
"Oh, Suster, biar aku saja yang membantu Brian berjalan," kata Jennifer kepada Perawat Emily, dan perawat itu pun menuruti keinginannya, lalu pamit dan meninggalkan ruangan.
Seharusnya, Brian merasa senang, jika memang benar dirinya akan dinyatakan pulang dalam beberapa hari ke depan. Itu artinya, ia bisa kembali melakukan aktivitas kesukaannya di luar sana bersama dengan keluarga, atau pun teman-temannya di lingkungan rumah dan sekolah.
Tetapi... kenapa Brian malah merasakan hal yang sebaliknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay with Me ✔
Short Story#54 in Short Story (11-11-17) Brian Rowen terpaksa dibawa ke rumah sakit akibat patah tulang yang dialaminya. Kaki kanannya patah karena sebuah kecurangan yang dilakukan oleh lawannya dalam kompetisi sepak bola di sekolah, dan ia terpaksa harus menj...