Theresa menatap bunga anyelir di tangannya dengan pandangan menerawang. Andy, yang duduk pada kursi di samping ranjang rawatnya, turut menatap gadis itu tanpa berniat mengucap kata.
Andy menghela napas. "Theresa?"
"Hm?"
"Apa kau merasa bosan?"
"Huh?" Theresa mengalihkan pandangannya dari bunga kepada laki-laki itu.
Andy terkekeh pelan. "Kau terlihat... mm... merasa bosan. Apa kau tidak suka dengan leluconku tadi?"
Theresa membuka bibir, hendak berbicara, namun ia kembali menutupnya dan tersenyum kecil.
"Atau... kau sedang memikirkan sesuatu?"
Theresa menatapnya, waswas.
"Yah, mungkin, kau sedang memikirkan... Brian?"
Theresa lantas melebarkan pandangannya tanpa sadar. Dia terlihat gelagapan tatkala mencoba menjawab atau membantah ucapan Andy. Jantungnya bahkan mulai berdetak di atas normal.
"A-apa maksudmu? A-aku tidak... tidak memikir-kannya," jawab Theresa kikuk, seraya memalingkan wajahnya ke arah jendela.
Memang benar jika Theresa berkata kalau dirinya tidak sedang memikirkan Brian, tetapi hatinya malah berkata sebaliknya. Dia sedang memikirkan Brian. Dia ingin tahu, apa yang Brian lakukan bersama Jennifer di taman rumah sakit. Dia ingin tahu, apakah di sana Jennifer benar-benar berhasil membuat Brian tertawa setiap saat, atau setidaknya berhasil mengukir senyuman lebar di bibirnya. Sungguh, Theresa ingin tahu semua itu. Namun, di sisi lain, ia sama sekali tidak ingin memikirkannya. Ia benci membayangkannya jika itu semua memang terjadi.
Oh, Ya Tuhan. Ada apa dengan dirinya? Seharusnya, ia tidak boleh bersikap seperti itu.
Theresa harus ingat, bahwa ia bukanlah siapa-siapa bagi Brian, begitu pun sebaliknya.
Andy meraih sebelah tangan gadis itu dan menggenggamnya erat, membuatnya menoleh dan bersitatap dengan manik cokelat milik Andy.
"Theresa, jawab pertanyaanku." Andy menatapnya lurus-lurus, dan tanpa sadar, Theresa menahan napas. "Apa kau... menyukai Brian?" Nada bicaranya terdengar dalam dan serius, serta penuh penekanan.
Untuk sesaat, Theresa merasakan jantungnya berhenti berdetak.
Gadis itu bungkam, tidak menyiapkan frasa apa pun untuk ia lontarkan, sementara Andy masih menantikan jawabannya.
"Theresa?"
"...."
Apakah aku menyukainya?
Apakah aku menyukai Brian?
"A-aku..." Theresa menggigit bibir bawahnya keras-keras. Ia merasa gugup bukan main. "A-aku..."
"Theresa," Andy menunduk sebentar, menghela napas dan kembali menatap manik kelam gadis itu. "Bolehkah aku mengatakan sesuatu kepadamu?"
"...."
Lalu, Andy memberinya senyuman hangat.
"Sebenarnya, aku menyukaimu... tidak," Andy menunduk sejenak untuk menggeleng seraya terkekeh samar. "Aku mencintaimu, Theresa Joyce."
Dan, untuk yang kesekian kalinya, jantung gadis itu berdetak dua kali lebih cepat.
----------
AYOOOO GIMANA NIH, BRIAN, THERESA? KALIAN SALING SUKA SATU SAMA LAIN, NGGAK? AYOOO JUJUR PADA DIRI KALIAN SENDIRI X) XD
Coba, kalian pilih Brian-Theresa, Brian-Jennifer, Andy-Theresa, atau Andy-Jennifer, atau... nggak ada yang di-ship-in? xD xD
Makasih sudah baca x))))
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay with Me ✔
Short Story#54 in Short Story (11-11-17) Brian Rowen terpaksa dibawa ke rumah sakit akibat patah tulang yang dialaminya. Kaki kanannya patah karena sebuah kecurangan yang dilakukan oleh lawannya dalam kompetisi sepak bola di sekolah, dan ia terpaksa harus menj...