Brian tenggelam ke alam lamunannya, sesaat setelah ia kembali duduk di atas ranjang rawatnya dengan bantuan si perawat laki-laki tadi. Wajahnya terlihat gamang, sementara seluruh tubuhnya seakan mati rasa.
Peristiwa tak terduga yang harus ia lihat tadi benar-benar membuatnya tak bisa berkata apa-apa. Lidahnya mendadak kelu. Padahal, jauh di dalam lubuk hatinya, ia sangat mengkhawatirkan kondisi Theresa Joyce. Bahkan, untuk berteriak meminta tolong saja rasanya sulit. Semuanya terasa sulit karena dirinya kalut bukan main.
Wajah pucat pasi gadis itu... ringisan tertahannya... jantungnya... demi apa pun! Tidak bisakah Brian tenang sebentar saja? Kenapa ia merasa begitu sulit hanya untuk mendapatkan ketenangan itu?
Beruntung, kakinya tidak mendapat cedera yang lebih besar lagi setelah ia berusaha menolong Theresa. Dokter hanya memberinya obat injeksi pereda nyeri, sebelum ia akan diperiksa lebih lanjut.
Dalam diam, Brian mendesahkan napas panjang.
Dan, beberapa detik setelahnya, Brian melihat ada sepasang paruh baya yang masuk ke dalam ruang rawatnya yang langsung mengarahkan pandangan pada ranjang milik Theresa yang tak diisi oleh pemiliknya.
Mereka berdua tampak sangat khawatir.
Brian yakin, kedua paruh baya itu adalah orang tua dari Theresa Joyce.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay with Me ✔
Conto#54 in Short Story (11-11-17) Brian Rowen terpaksa dibawa ke rumah sakit akibat patah tulang yang dialaminya. Kaki kanannya patah karena sebuah kecurangan yang dilakukan oleh lawannya dalam kompetisi sepak bola di sekolah, dan ia terpaksa harus menj...