Sudah dua minggu lamanya, Brian menghuni ruang rawat itu.
Dan, sudah dua hari lamanya, Brian menantikan Theresa membuka matanya, walau hanya sesaat.
Brian kini tengah duduk di kursi rodanya―dibantu oleh seorang perawat yang ia panggil, di samping ranjang rawat milik Theresa. Ia memerhatikan raut wajah gadis itu yang tampak tenang, napasnya yang teratur, serta bibirnya yang pucat pasi.
Tidak ada alasan lain bagi Brian untuk berada di samping sang gadis, selain dari rasa khawatir yang terus menggelayut dalam hati dan pikirannya.
Di samping perasaan khawatir yang dirasakannya, Brian juga berharap, semoga gadis itu cepat membuka matanya, lalu memenuhi janjinya untuk menemaninya pergi ke taman rumah sakit.
Terdengar kejam, memang, melihat dari bagaimana kondisi gadis itu saat ini. Akan tetapi, Brian tidak pernah lelah menggumamkan kalimat, "Cepatlah buka matamu, dan temani aku ke taman rumah sakit." Berulang kali.
Berharap, gadis itu mendengarnya.
Berharap, gadis itu teringat akan janjinya.
Berharap, Theresa membuka matanya, lalu mengiakan ucapan Brian. Lalu... mereka pergi bersama-sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay with Me ✔
Short Story#54 in Short Story (11-11-17) Brian Rowen terpaksa dibawa ke rumah sakit akibat patah tulang yang dialaminya. Kaki kanannya patah karena sebuah kecurangan yang dilakukan oleh lawannya dalam kompetisi sepak bola di sekolah, dan ia terpaksa harus menj...