Jennifer langsung pamit pulang, setelah ia menuruti keinginan Brian―membelikan satu bubur ayam lagi untuknya.
Brian melihat Theresa masih pulas dalam tidurnya. Brian lantas mulai memberanikan diri untuk turun dari ranjang tanpa bantuan siapa pun ke atas kursi roda di sampingnya. Dengan sangat hati-hati, juga dengan ringisan tertahan yang keluar, akhirnya Brian berhasil duduk di atas kursi rodanya.
Semangkuk bubur ayam sudah ada di atas pangkuan. Brian melajukan kursi rodanya ke arah Theresa, hendak menyimpan bubur itu untuknya. Namun, baru saja Brian meletakkan bubur itu di atas nakas, ia mendapati Theresa menggeliat kecil dan langsung melirikkan pandangan padanya.
Mereka lantas bersitatap.
Brian mengedipkan matanya cepat, sementara tubuhnya terasa sulit untuk digerakkan. Sungguh, Brian tidak berbohong!
Apa mungkin... semua itu karena tatapan Theresa yang terasa menusuknya?
Oh, ya, sepertinya begitu.
"Brian?" suara Theresa masih terdengar parau, namun tidak separau sebelumnya.
"Uhm... hai," sapa Brian, canggung. Oh, ini sangat-bukan-Brian-sekali, berujar canggung pada seorang gadis.
"Apa yang sedang kaulakukan..." Theresa mengalihkan matanya dari Brian pada semangkuk bubur yang mengepulkan asap tipis, lalu kembali menatap Brian. "Kau... bagaimana bisa kau... kakimu..."
"Uh, ya... aku hanya ingin mencoba turun dari ranjang ke kursi roda tanpa bantuan siapa pun." Brian mengangkat sebelah bahunya singkat. "Karena aku ingin memberimu bubur ayam ini. Rasanya enak, omong-omong." Mata gadis itu memicing padanya. "Oh, tidak, aku tidak memberi racun atau hal apa pun yang sedang kaupikirkan sekarang. Sungguh. Aku juga tadi sudah memakannya, dan rasanya memang enak."
"Brian?"
"Eh... ya?"
Theresa terkekeh pelan. "Berhentilah terlihat salah tingkah seperti itu," katanya jenaka.
"A-apa?" Brian tergagap, dan pipinya terasa panas.
Theresa semakin terkekeh. "Kau kelihatan salah tingkah, Brian. Dan, apa itu karena aku?"
"H-huh? A-apa ma-ksud-mu..."
Lantas, tawa ringan Theresa mengudara. "Oh, ayolah, Brian. Kau tampak lucu di saat salah tingkah seperti ini."
Brian terdiam selama beberapa jenak.
Akhirnya... akhirnya...
Brian tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tersenyum.
Akhirnya, ia berhasil memunculkan tawa gadis itu. Akhirnya, ia berhasil melihat senyuman lebar dan binar cerah di mata gadis itu. Akhirnya... semua hal yang dianggap mustahil terkabulkan itu, dapat dilihat olehnya.
Rasanya sungguh melegakan.
Dan, Brian menggunakan kesempatan ini untuk mengatakan sesuatu pada Theresa.
"Theresa?"
"Hm?"
Brian tersenyum menyesal. "Aku... minta maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay with Me ✔
Short Story#54 in Short Story (11-11-17) Brian Rowen terpaksa dibawa ke rumah sakit akibat patah tulang yang dialaminya. Kaki kanannya patah karena sebuah kecurangan yang dilakukan oleh lawannya dalam kompetisi sepak bola di sekolah, dan ia terpaksa harus menj...