Theresa tak mampu bertutur kata, pada detik Brian mengetahui kenyataan yang sebenarnya. Kenyataan kalau dia memiliki penyakit jantung bawaan yang diturunkan dari ibunya sejak ia lahir. Penyakit yang... selalu berusaha ia abaikan dengan cara terus bersikap ceria, hangat, dan sering menampilkan senyuman lebar kepada siapa pun, di balik rasa sakit yang ia derita.
Theresa lantas memalingkan wajahnya dari Brian, lalu mendesah sedih. "Jadi, kau sudah mengetahuinya, ya?"
Brian mendesah keras. "Theresa..."
"Tapi aku baik-baik saja," Theresa kembali menatap mata Brian sungguh-sungguh. "Aku baik-baik saja, Brian. Makanya, aku masih bisa kembali ke ruangan ini, untuk bertemu denganmu, untuk..."
"Aku mencemaskanmu!" potong Brian, setengah membentak. Ia sudah tidak tahan mendengar segala macam bantahan gadis itu mengenai kondisi kesehatannya.
Pada akhirnya, Theresa menatap Brian dalam diam, dengan jantung malangnya yang berdebar kencang.
"Kau tahu? Setiap hari, selama kau berada di ruang intensif, aku selalu menanyakan bagaimana keadaanmu pada suster Emily. Aku selalu bertanya ini-itu, tentang kenapa kau tidak ingin aku tahu di mana kau dirawat, lalu bagaimana perkembanganmu, apakah kau merasa kesakitan, apakah kau merasa lemah, atau... apakah kau membutuhkan seseorang untuk ada di sampingmu.
"Tapi, aku sadar, aku tidak boleh ke sana untuk menemuimu, karena statusku di sini adalah sebagai seorang pasien juga. Apalagi, kakiku tidak bisa kugerakkan karena nyeri yang kurasakan bukanlah main-main. Aku..."
"Sudah kukatakan, aku baik-baik saja, dan berhentilah mencemaskanku secara berlebihan seperti ini!" sahut Theresa, sama-sama tegas. Air mukanya tiba-tiba berubah keruh dan masam.
Keheningan segera berbaur ke dalam perseteruan yang terjadi di antara mereka.
Adalah Theresa, yang memutuskan kontak pandang mereka. Gadis itu kembali berpaling seraya memejamkan matanya rapat-rapat.
"Aku ingin istirahat," ujar Theresa, parau.
Sementara itu, Brian masih menatapnya dengan arti yang sama; kecemasan yang dalam.
"Baiklah..." Brian menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan. "Selamat beristirahat, Theresa."
Dan, sejak saat itu, mereka tak lagi bertukar sapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay with Me ✔
Short Story#54 in Short Story (11-11-17) Brian Rowen terpaksa dibawa ke rumah sakit akibat patah tulang yang dialaminya. Kaki kanannya patah karena sebuah kecurangan yang dilakukan oleh lawannya dalam kompetisi sepak bola di sekolah, dan ia terpaksa harus menj...