Theresa berdeham seraya memalingkan wajahnya ke arah jendela. Senyuman kecil kini terukir di bibirnya. "Jadi, kau ingin aku yang menemanimu di taman?"
Brian mendengar nada menggoda gadis itu. Terdiam selama beberapa saat, Brian lantas menyahut, "Ya. Tapi, aku tahu, aku tidak bisa mengajakmu ke sana karena..."
"Karena kondisiku?" potong Theresa cepat, seraya menatap Brian. Senyumannya perlahan sirna. Entah mengapa, mendengar Brian membicarakan perihal kondisinya membuatnya tak suka.
Tidak ada jawaban. Dan, Theresa mengembuskan napas panjang.
"Sudah kuduga," sambungnya, lalu tersenyum muram. "Tapi, asal kau tahu saja, aku tidak selemah itu untuk bisa pergi ke taman..."
"Kaupikir, aku tidak tahu bagaimana kondisimu sekarang?" Kali ini Brian yang memotong ucapannya dengan nada tegas. "Theresa, dokter bahkan pernah mengatakan kepadamu untuk tidak terlalu banyak melakukan aktivitas selama kau berada di sini. Kau pun tidak diizinkan untuk pergi ke taman karena jantungmu tidak cukup kuat..."
"Ya! Aku tahu!" Theresa membentak laki-laki, lalu ia menangis, menumpahkan seluruh air mata kesedihannya. "Aku yang lebih tahu bagaimana tentang kondisiku saat ini. Dan kau..." ia kembali memalingkan wajah ke arah jendela, seraya mengusap kasar lelehan air mata di pipinya. "Kau tidak perlu mengkhawatirkanku seperti itu."
Brian seakan kehabisan kata untuk membalas ucapan Theresa. Dia mengerang kecil, menyandarkan tubuhnya sejenak pada dua tumpuk bantal di punggungnya, dengan kedua mata terpejam sesaat, sampai akhirnya, ia bersuara, "Kau memang terus menyuruhku untuk tidak terus mengkhawatirkanmu."
Theresa melirikkan matanya ke arah Brian.
"Kau terus memaksaku, meyakinkanku bahwa kau baik-baik saja, dan aku tidak perlu mencemaskanmu secara berlebihan seperti apa yang kau katakan." Brian menghela napas. "Tapi... kenapa? Kenapa aku tidak bisa melakukan apa yang kau minta, Theresa?"
Mereka kini saling bersitatap.
Brian tidak mendengar jawaban dari gadis itu.
Yang terdengar hanyalah isakan tangisnya yang berusaha diredam.
"Bagaimana mungkin aku bersikap tak acuh, sementara hatiku terus saja berkata, bahwa aku benar-benar mencemaskanmu?" Brian menegaskan setiap katanya untuk Theresa.
Lagi, ia sama sekali tidak mendengar jawaban apa-apa.
Theresa hanya menatapnya, sambil berusaha menahan agar air matanya tidak terus terjatuh menyusuri pipinya yang tirus.
----------
Stay with Me udah 5K viewers?
Terima kasih banyak yaaa.... Duh terharu gini ;""
Pokoknya... Happy 5K viewers! 🎉🎉🎉🎉
Aku tunggu vomment kalian x)))))
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay with Me ✔
Short Story#54 in Short Story (11-11-17) Brian Rowen terpaksa dibawa ke rumah sakit akibat patah tulang yang dialaminya. Kaki kanannya patah karena sebuah kecurangan yang dilakukan oleh lawannya dalam kompetisi sepak bola di sekolah, dan ia terpaksa harus menj...