[37]

1.3K 91 9
                                    

Demi Tuhan, rasanya sakit sekali.

Brian ingin menjeritkan rasa sakit yang sudah menumpuk di ujung bibirnya.

Tetapi ia menahannya.

Tidak, lebih tepatnya, ia berusaha mengabaikan rasa sakit itu.

Brian tidak peduli jika tulang kakinya patah lagi.

Brian tidak peduli seandainya ia kembali mendapat pengobatan yang lebih intens atau kembali memasuki ruang operasi setelah ini.

Yang ia pedulikan sekarang adalah sosok gadis kini tengah terbaring lemah di atas pangkuannya.

Tubuh gadis itu menindih sebagian kecil kaki kanan Brian yang terluka, kala Brian secara refleks melompat dari kursi rodanya hanya demi menggapai tubuh gadis itu agar tidak jatuh dan membentur lantai ruangan.

Demi Tuhan...

Wajah gadis itu pucat.

Dan, ketika Brian tak sengaja menyentuh tangan Theresa yang ada di dada kirinya, Brian merasakan... bahwa jantung gadis itu berdebar cepat. Teramat cepat. Sangat cepat.

Dengan tidak sabaran, Brian berteriak meminta tolong pada siapa pun yang ada di luar ruangannya. Sampai tak lebih dari sepuluh detik, dua orang perawat wanita dan laki-laki datang menghambur ke arahnya, kemudian mengangkat tubuh gadis dengan kondisi jantungnya yang malang itu kembali ke tempat tidur.

Brian tidak tahu apa yang harus ia lakukan di saat sang perawat laki-laki turut menaikkannya kembali ke kursi roda.

Yang ia tahu, sesaat setelah kejadian tak terduga itu tampak di penglihatannya, seorang dokter langsung datang. Memeriksakan kondisi Theresa yang terbaring lemah di atas tempat tidur. Dan, ia melihat dokter itu menggelengkan kepalanya.

Entah karena sesuatu yang buruk memang sudah terjadi pada Theresa.

Atau karena sesuatu yang lebih buruk menimpa sang gadis.

Brian tidak berani memikirkan kedua kemungkinan itu.

Bahkan, rasa sakit yang seharusnya ia pikirkan pun, ia abaikan sepenuhnya.



-

------

Jangan lupa tinggalkan jejak sehabis membaca, ya. Biar aku lebih semangat lagi ngelanjutinnya 😉😉

Stay with Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang