[73]

923 45 3
                                    

Brian sudah kembali ke ruangannya bersama dengan Jennifer. Kedatangan mereka berdua disambut tatapan dari Theresa dan Andy yang masih berada di posisinya yang sama, juga dengan tangan Andy yang menggenggam lembut tangan Theresa. Brian yang melihat hal itu hanya bisa diam, sementara Theresa lekas menjauhkan tangannya dari Andy seraya mengukir senyuman kaku.

"Oh, maaf, kami mengganggu..."

"Tidak, tentu saja," sela Andy cepat sambil berdiri. Ia mengulas senyuman kecil pada Jennifer yang tadi berbicara, lalu mengalihkan pandangan pada Brian yang menatapnya dingin. "Lagi pula, aku juga akan pulang sekarang," lanjutnya ramah.

Andy menoleh menatap Theresa yang menundukkan kepala, menatap kedua tangannya yang saling bertautan, lalu, "Sampai bertemu besok, Theresa," katanya, kemudian ia beranjak meninggalkan ruangan rawat itu dan menatap sejenak pada Brian, ketika ia melangkah melewati laki-laki itu.

Sepeninggal Andy, Brian kembali menatap pada Theresa yang terlihat termenung di tempat, entah sedang memikirkan apa.

"Brian?" panggil Jennifer. "Maaf, aku tidak bisa berlama-lama karena harus mengikuti jam pelajaran tambahan. Cepatlah sembuh, agar kita bisa kembali berkumpul lagi." Jennifer menatapnya penuh harap, menepuk bahunya sebentar, kemudian ia menoleh menatap pada Theresa yang entah sejak kapan menatap pula kepadanya.

Lalu, Jennifer pergi meninggalkan ruangan rawat mereka, menyusul Andy.

Kini, hanya tinggal mereka berdua di dalam ruangan itu, seraya ditemani keheningan dan juga atmosfer yang terasa canggung.

Theresa mencoba melirikkan matanya pada Brian yang mulai melangkah ke arah ranjang rawatnya menggunakan kruk dengan sangat hati-hati. Gadis itu membuka bibirnya, hendak mengatakan sesuatu, tetapi ia bingung dan lekas membungkamnya lagi, hingga pada akhirnya, Theresa berhasil menemukan kalimat apa yang tepat untuk ia lontarkan saat ini.

"Brian?"

Laki-laki itu menatap Theresa seraya memosisikan duduknya di atas ranjang rawat.

"Bagaimana perasaanmu ketika kau berada di taman? Apa kau... sudah merasa jauh lebih baik?" Theresa tersenyum lebar, berusaha menepis perasaan aneh yang terus bercokol di hatinya setiap kali ia memikirkan Brian dan Jennifer bersama-sama.

Ditanya begitu, Brian terdiam untuk berpikir selama sesaat. Theresa terlihat menantikan jawaban laki-laki itu. Dan, beberapa saat kemudian, Theresa mendengar jawaban Brian. "Pemandangan di taman terasa semakin enak dipandang, omong-omong," katanya.

"Benarkah?" mata gadis itu berbinar. Oh, sudah berapa lama ia tidak mengunjungi taman yang selalu membuatnya merasa jauh lebih tenang itu?

"Mm." Brian menggumam samar. "Perasaanku memang membaik ketika aku berada di taman, dan aku merasa senang. Tetapi... perasaanku akan jauh lebih baik lagi, jika kaulah yang ada di sana, untuk menemaniku." Dia kini menatap Theresa lekat-lekat. "Bukan Jennifer."

Ucapan Brian, membuat pupil matanya melebar sesaat, sementara rasa panas segera menjalari seluruh permukaan wajah Theresa, sehingga ia berusaha agar lengkungan senyuman lebar di bibirnya tidak terlihat di mata laki-laki itu.

Stay with Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang