Ini adalah pertama kalinya Brian mendekati ranjang rawat Theresa. Gadis itu masih memejamkan matanya di sana. Keningnya mengerut dalam, sementara bulir keringat berlomba keluar membasahi seluruh permukaan wajah dan lehernya.
Brian tahu, Theresa tidak sedang dalam keadaan yang baik. Tetapi, ketika gadis itu membuka matanya perlahan dan mendapati Brian duduk di kursi roda, di hadapannya, ia mengembangkan senyuman lebar, seperti biasa.
Namun, Brian tidak bisa mengartikan senyuman lebar itu sebagai senyuman keceriaan.
"Brian? Apa yang sedang kaulakukan di sini?" bisik Theresa lemah. Sebelah tangannya bergerak ingin menyentuh sesuatu, namun Theresa seolah tak ingin Brian mengetahuinya.
"Apa yang terjadi?" tanya Brian, sedikit khawatir. Tapi, Theresa tidak bisa mendengar nada khawatir itu. Yang ia dengar hanyalah pertanyaan bernada setengah enggan, setengah datar. Entahlah.
"Hanya sedikit tidak enak badan."
"Jangan berbohong."
"Aku tidak berbohong," bisik Theresa lagi.
"Aku tahu kau..."
"Aku janji, setelah semua ini kulewati, aku akan menjadi orang pertama yang mengajakmu pergi keluar, ke taman yang sering kukunjungi selama berada di sini." Theresa memotong perkataan Brian, dan lagi-lagi mengulas senyuman lebar di antara keringat yang bercucuran di pelipis serta keningnya. "Aku janji. Percaya padaku, ini tidak akan lama. Aku janji. Aku janji..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay with Me ✔
Short Story#54 in Short Story (11-11-17) Brian Rowen terpaksa dibawa ke rumah sakit akibat patah tulang yang dialaminya. Kaki kanannya patah karena sebuah kecurangan yang dilakukan oleh lawannya dalam kompetisi sepak bola di sekolah, dan ia terpaksa harus menj...