Tepat satu minggu masa perawatannya, namun Brian belum mendapat kabar baik mengenai kaki kanannya dari dokter yang menangani.
Demi Tuhan, Brian ingin sekali segera keluar dari tempat terkutuk ini, lalu menghirup udara segar di luar sana. Tapi, kakinya tidak menunjukkan perbaikan sedikit pun. Ya, itu menurutnya. Ia tentu tidak tahu menahu tentang dunia medis dan bagaimana penilaian seorang dokter terhadap kondisi kesehatannya, terkecuali jika Brian memang calon seorang dokter yang kebetulan terkena musibah tak mengenakkan seperti ini.
Mungkin, karena Brian sudah mulai terbiasa berada di atas tempat tidur, laki-laki itu juga sudah bisa memakan makan siangnya sendiri tanpa bantuan ibunya, atau ayahnya jika beliau memiliki waktu senggang dari jam kerja kantornya.
Memang perkembangan yang cukup bagus, tapi tetap saja, Brian merasa tidak puas.
"Hei, Brian," panggil Theresa dari seberang sana. Omong-omong, gadis itu juga sedang menyantap makan siangnya.
Brian lantas mengangkat wajah, menatap manik mata Theresa yang tertuju padanya. "Tidak apa-apa." Theresa tertawa ringan.
Brian menaikkan sebelah alisnya.
"Hanya saja..." Theresa terdiam sejenak, mengangkat sebelah bahunya singkat lalu melanjutkan, "aku senang melihatmu makan dengan lahap. Apa kau mulai menyukai makanan rumah sakit?"
Hening.
"Kalau aku... mm... aku benar-benar bosan dengan makanan ini."
Hening.
"Bagaimana denganmu?"
Tampilannya tidak menarik, dan rasanya hambar, batin Brian berbicara.
"Brian?"
"Jangan banyak berbicara ketika sedang makan," kata Brian kesal.
"Oh..." Theresa meringis kecil. "Maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay with Me ✔
Short Story#54 in Short Story (11-11-17) Brian Rowen terpaksa dibawa ke rumah sakit akibat patah tulang yang dialaminya. Kaki kanannya patah karena sebuah kecurangan yang dilakukan oleh lawannya dalam kompetisi sepak bola di sekolah, dan ia terpaksa harus menj...