"Udah."
"Bener nih, rapih gak?"
"Ye rapih."
Rezvan langsung beranjak dari duduknya, lalu menghampiri meja yang ditempati oleh gadis-gadis cantik termasuk Sania.
"Hai San," sapa Rezvan sambil menaik turunkan alisnya genit.
Melihat kedatangan Rezvan, membuat Alisha, Shila dan Kara cekikikan menggoda Sania.
"...mmm hai," balas Sania kikuk.
"Agak bau aneh gitu, kalian nyium gak sih?" Tanya Kara pada sahabat-sahabatnya, semuanya pun nampak mengendus-enduskan hidungnya. Memang tercium bau ikan asin namun mereka tak tau dari mana asal bau tersebut.
Alisha, Shila, Sania dan Kara refleks menatap ke arah Rezvan.
Rezvan yang merasa di perhatikan hanya mengerutkan keningnya.
"Lo ya Van! Rambut lo bau tuh sampe di lalerin!" Kata Shila sambil menunjuk ke arah Rezvan.
"Ah kagak, bukan gue. Gue udah gaya kayak Sehun begini masa bau sih!" Rezvan refleks memegang kepalanya, ada yang berbeda. Rambutnya terasa sangat lengket.
"ARYA!!" Teriak Rezvan kencang, wajahnya nampak memerah karena malu sekaligus marah, Rezvan menatap tajam ke arah Arya yang sudah bersiap-siap untuk lari.
Rezvan pun berlari mengejar Arya, "Awas lo ya, bagenin tubuh lo dekil, bau, dakian. Gue telen lo idup-idup!" Teriak Rezvan.
Alhasil kantin mereka jadikan aksi untuk tempat kejar-kejaran.
Alisha dan ketiga sahabatnya tertawa begitupun dengan Nathan dan temannya.
🌻🌻🌻🌻
Alisha merebahkan tubuhnya di kasur, ia merasa sangat lelah sekali karena terlalu banyak aktivitas di sekolah. Seperti hari-hari kemarin. Alisha masih suka sakit kepala ia pikir ia hanya pusing biasa karena terlalu kelelahan.
Alisha memegangi perutnya yang berbunyi, jujur saja Alisha sangat malas sekali untuk keluar dari kamarnya. Tapi perutnya terus berbunyi minta diisi. Akhirnya dengan keterpaksaan Alisha bangkit dari tidurnya, ia berjalan keluar kamar.
Alisha berjalan menuju dapur, tapi naasnya di dapur tak ada makanan. Alisha beralih pada kulkas siapa tahu masih ada sisa-sisa cemilannya, namun lagi-lagi. Di kulkas tidak ada makanan sedikit pun hanya ada beberapa botol air.
Mau tak mau Alisha harus ke supermaket yang berada tak jau dari komplek rumahnya.
Alisha berjalan dengan santainya sambil sesekali bersenandung, tiba-tiba langkah Alisha terhenti kala kedua matanya melihat seseorang tergeletak di jalanan yang begitu sepi. Alisha segera berlari menghampiri orang tersebut.
"Mas, ngapain tidur di jalanan?" Alisha mengguncang tubuh orang tersebut pelan, Alisha membalikan tubuh orang tersebut karena posisi orang tersebut tengah tengkurap. Betapa terkejutnya Alisha kala melihat wajah orang tersebut, dia, cowok yang sering Alisha lihat di sekolah, cowok yang waktu lalu pernah menabraknya.
Dan sekarang lihat, keadaan cowok tersebut terlihat mengenaskan. Wajahnya dipenuhi lembam-lembam biru belum lagi darah yang keluar dari sudut bibirnya yang robek.
"Nathan, duh kenapa tidur di sini? Ayo bangun." Alisha membantu cowok tersebut untuk bangun, beruntungnya cowok tersebut masih sadar.
"Ikut gue ya, luka lo harus di obatin," kata Alisha sambil memapah Nathan untuk berjalan, Nathan hanya diam saja karena ingin berbicara pun ia tak bisa. Bibirnya sangat perih akibat kena pukulan.
🌻🌻🌻🌻
Nathan menatap bingung ke arah rumah megah yang ada di depannya.
"Rumah gue," kata Alisha seolah-olah tahu apa yang ada di pikiran Nathan, Alisha membawa Nathan masuk ke dalam rumahnya.
Alisha mendudukan Nathan di sebuah Soffa di ruang tengah, hanya ada dirinya dan Nathan di rumah ini karena kedua orang tuanya belum pulang.
Alisha mengambil kotak P3K di dapur. Setelah itu ia kembali lagi. Alisha mengambil duduk tepat di dekat Nathan.
Alisha mengobati luka cowok itu dengan hati-hati, berbagai pertanyaan muncul di kepala Alisha, mengapa cowok itu bisa sampai tiduran di jalanan dalam keadaan wajah bonyok seperti ini?
"Sakit anjir!" Pekik Nathan.
"Eh maaf, sakit ya?" Alisha kembali mengobati luka cowok tersebut, sesekali meniupinya.
Berada sedekat ini dengan cewek, membuat Nathan merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya. Sesuatu yang telah lama tak ia rasakan kini muncul kembali. Gadis ini, kenapa Nathan bisa sampai terpesona dengan wajah teduhnya?
Setelah selesai, Alisha kembali membereskan kotak obatnya.
"Ko bisa kayak gini si?" Tanya Alisha.
"Musibah," jawab Nathan datar.
Benar kata orang-orang, cowok ini memang terlihat dingin.
"Thanks," kata Nathan pelan.
Alisha tersenyum tipis lalu mengangguk pelan.
🌻🌻🌻🌻
Pagi ini Alisha tak bersemangat untuk sekolah, matanya begitu berat ingin segera dipejamkan. Alisha berjalan menyusuri koridor dengan langkah gontai. Sesampainya di kelas, Alisha langsung mendudukan bokongnya di kursinya. Alisha menenggelamkan kepalanya di atas meja dan tanpa sadar Alisha pun tertidur.
Untung saja Alisha tahu waktu. Ia tidak sampai kebablasan tidur, Alisha terbangun kala kedua telinganya mendengar kelas yang mulai ramai. Ternyata jam sudah menunjukan pukul 07:00 pagi. Tetapi Alisha tak melihat keberadaan ketiga sahabatnya.
Alisha memilih keluar, Alisha dapat melihat sahabat-sahabatnya yang tengah berjalan di koridor.
"Tumben dateng jam segini?" Tanya Alisha.
"Kenapa?" Tanya Alisha lagi karena pertanyaannya tak kunjung dijawab oleh sahabat-sahabatnya.
"Dapet kabar, si kulkas sama temen-temennya gak masuk," jawab Kara.
"Terus urusannya sama kalian apa?" Tanya Alisha.
"Ya otomatis doi-doi juga gak masuk dong!" Kesal Shila.
"Kenalan belum lama tapi udah naruh hati aja," kata Alisha sambil terkekeh meledek sahabat-sahabatnya. Sania, Shila dan Kara menatap tajam ke arah Alisha kemudian mereka bertiga menyerang Alisha dengan cara menggelitik gadis tersebut sampai-sampai Alisha kelelahan karena tertawa.
🍁🍁🍁🍁
Revisi ulang✓ Kamis, 23 September 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Day Ever (SUDAH TERBIT)
Teen FictionCover by : @arakim_design 15+ Ada arus deras yang terus menarik kaki Nathan. Membuat Nathan semakin lama semakin tenggelam. Tubuhnya dibiarkan terkulai dan tak berdaya. Tidak memiliki keinginan untuk berenang kembali ke permukaan. Sampai akhirnya, a...