"NATHAN AWAS!!!"
Nathan menoleh ke arah belakang, ia membelalakan matanya ketika melihat benda tajam yang sudah melayang ke arahnya, terlalu tiba-tiba, Nathan tak sempat menghindari benda tajam tersebut, akhirnya dengan cepat benda tajam tersebut merobek pipinya.
"Arghhh!!" Nathan berteriak kesakitan. Darah segar keluar begitu banyak.
Nathan mengepalkan tangannya kuat-kuat menahan sakit yang amat terasa itu. Nathan menatap ke arah teriakan tadi. Ternyata sudah ada Radit, Radit sedang berusaha untuk menghajar musuh di depannya, Nathan menatap sekelilingnya semua musuh membawa benda tajam.
Nathan menatap ke arah musuhnya. Itu Jhon!
"Ada maksud apa kedatangan kalian ke sini, merusak acara di sekolah gue!" Tanya Nathan tajam.
Jhon nampak tertawa sinis, "Tanyakan pada salah satu anak di sini yang udah ngebunuh siswa di sekolah gue!" Balas jhon tak kalah tajam.
Nathan masih meringis sambil memegangi pipinya yang terasa sakit, bisa-bisa ia mati karena kehabisan darah.
"Maksud lo apa?" Tanya Nathan.
"Ikhsan, lo kenal kan Ikhsan? Dia udah ngebunuh salah satu siswa di sekolah gue! Dan kedatangan kami ke sini untuk membalas dendam. Nyawa harus dibayar nyawa!" Jhon mulai melayangkan bedan tajam tersebut ke arah Nathan.
Dengan sigap Nathan menangkis benda tajam tersebut hingga benda tajam itu terlempar jauh. Walaupun Nathan merasa kesakitan, tetap ia harus melawan musuhnya. Jika dibiarkan bisa-bisa sekolah hancur dan anak-anak pun akan terluka.
Nathan menendang perut Jhon sekuat tenaga, Jhon tersungkur ke tanah. Dia meringis memegangi perutnya yang terasa sakit sakit hingga dia terbatuk-batuk mengeluarkan darah, walaupun begitu, Jhon masih kuat untuk melawan Nathan.
Jhon bangkit berdiri kemudian menonjok perut Nathan berkali-kali.
Nathan menjambak rambut gondrong Jhon kemudian menghempas kan kepala Jhon ke besi panggung, kepala Jhon bocor karena benturan terlalu keras tersebut. Akhirnya Jhon jatuh ke tanah dan tak sadarkan diri. Sepertinya akan ada pertumpahan darah di sini.
Nathan menghampiri Radit, Nathan tak mengerti mengapa setelah Radit mengalahkan musuhnya dia malah menangis sambil meringkuk di tanah.
"Dit!" Nathan memegang kedua bahu Radit.
Radit mengangkat kepalanya, alangkah terkejutnya Radit melihat luka yang begitu parah di pipi Nathan, "Pipi lo Nat!" Baru saja Radit ingin menyentuh pipi Nathan, namun segera ditepis oleh Nathan.
"Lo kenapa nangis?" Tanya Nathan datar.
Radit bangkit berdiri. Kemudian ia menarik tangan Nathan untuk ikut dengannya, Nathan kebingungan karena Radit membawanya ke arah toilet.
Semakin dekat dengan toilet. Nathan dapat mendengar suara isak tangis yang begitu kencang, awalnya Nathan ingin menghentikan langkahnya. Namun Radit terus menariknya hingga sampailah ia di depan seorang gadis yang sudah tergeletak tak berdaya dengan berlumuran darah.
"Kara!" Pekik Nathan, Nathan berjongkok. Kepala Kara terluka!
Tubuh Radit seketika melemas, ia berlutut di lantai, "Kara kena bacok Fajri saat Kara ingin berlari, gue telat ngebantu Kara. Benda tajam yang di bawa Fajri terlanjur mengenai kepala Kara," kata Radit diiringi isak tangisnya.
Nathan berusaha menelan ludahnya, satu temannya kena korban dari semua ini. Kemudian Nathan menatap ke arah Shila dan Sania yang tengah menangisi keadaan Kara.
Mata Nathan berkaca-kaca, ia tak kuat melihat ini semua, "Ikhsan udah ngebunuh anak sekolah lain. Dan hal itu yang membuat Fajri dan teman-temannya datang ke sini untuk balas dendam, akan ada pertumpahan darah di sini. Gue minta, sekarang kalian bawa Kara ke rumah sakit. Kara bisa mati karena kehabisan darah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Day Ever (SUDAH TERBIT)
Fiksi RemajaCover by : @arakim_design 15+ Ada arus deras yang terus menarik kaki Nathan. Membuat Nathan semakin lama semakin tenggelam. Tubuhnya dibiarkan terkulai dan tak berdaya. Tidak memiliki keinginan untuk berenang kembali ke permukaan. Sampai akhirnya, a...