Nampak seorang gadis yang masih memakai seragam lengkapnya. Tengah melamun di balkon kamarnya, kedua matanya berkaca-kaca. Seberusaha mungkin agar cairan itu tak lolos dari pelupuk matanya. Perkataan Dokter terus terngiang-ngiang di kepalanya. Sampai akhirnya terdengar suara isakan yang berasal dari gadis itu. Dia menangis, runtuh sudah pertahanannya.
"Alisha." Alisha dapat merasakan usapan lembut tangan sang Mamah.
"Kenapa?" Tanya Irana lembut.
"Mah, Alisha harus diopersi ya?" Tanya gadis itu polos.
"Irana tersenyum kecut, "Kamu takut?"
Alisha mengangguk lemah, "Apa gak ada cara lain selain operasi?"
"Kemoterapi yang kamu jalanin, itu semua gak cukup Sha, sel kanker kamu semakin lama semakin menyebar," tutur Irana. Air matanya menetes membasahi pipinya.
Tangan Alisha terulur menghapus air mata sang Mamah, "Alisha janji, Alisha bakal sembuh buat Mamah sama Papah. Alisha sayang sama Mamah."
Irana tersenyum. Lalu ia memeluk tubuh Alisha.
Alisha sampai lupa jika malam ini ia akan pergi bersama Nathan, "Mah Alisha mandi dulu ya." Alisha segera berlari menuju kamar mandi yang ada di kamarnya.
Irana hanya menggeleng-gelengkan kepalanya lalu melenggang pergi.
Selang beberapa menit, akhirnya Alisha keluar dengan setelan celana Jeans hitam, baju lengan pendek berwarna putih dibalut jaket levis serta sepatu putih yang sudah pas di kedua kakinya. Rambutnya ia biarkan tergerai.
"Al! Ada Nathan nih!" Teriak Fajar dari lantai bawah.
"Iya sebentar!" Alisha segera meraih tas kecil dan juga ponselnya yang ia simpan di atas nakas. Dengan langkah cepat, Alisha keluar dari kamar.
Terlalu terburu-buru membuat kaki Alisha tergelincir membuat Alisha jatuh di tangga
"Aww!"
Fajar dan Nathan yang pada saat itu tengah ngobrol di ruang tengah pun menoleh ke sumber suara. Saat mengetahui Alisha terjatuh, kedua laki-laki itu segera berlari menghampiri Alisha.
"Kenapa Sha?" Tanya Fajar panik.
"Sakit Kak," lirih Alisha.
Tanpa meminta izin terlebih dahulu, Nathan membopong tubuh Alisha.
Alisha terkejut namun ia tak menolak, membiarkan aroma maskulin dari tubuh Nathan masuk ke dalam rongga hidungnya.
"Jar, ambilin minyak urut." Fajar pun segera berlari mengambil minyak urut di dapur.
"Nih." Fajar memberikannya pada Nathan.
Nathan pun berjongkok, ia segera mengurut kaki Alisha yang membiru.
"Aww sakit!" Pekik Alisha. Tangannya refleks mencengkram pundak Nathan.
"Diem."
"Masih sakit?" Tanya Nathan.
Alisha menggeleng, kakinya sudah lumayan membaik. Nathan kembali memasangkan sepatunya.
"Gak jadi pergi."
"Kenapa?" Tanya Alisha heran.
"Kaki lo aja kayak gitu, emang bisa jalan?"
"Bisa."
Fajar hanya terkikik geli melihat dua sejoli itu, "Yaelah kayak mau kondangan aja. Baju pake couple segala."
Nathan dan Alisha pun tersadar jika baju yang mereka kenakan berwarna senada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Day Ever (SUDAH TERBIT)
Teen FictionCover by : @arakim_design 15+ Ada arus deras yang terus menarik kaki Nathan. Membuat Nathan semakin lama semakin tenggelam. Tubuhnya dibiarkan terkulai dan tak berdaya. Tidak memiliki keinginan untuk berenang kembali ke permukaan. Sampai akhirnya, a...