Nathan baru saja sampai di rumahnya, jam sudah menunjukan pukul 20:00 malam dan ia baru sampai rumah.
Sebelumnya Nathan mengantar Radit pulang dulu, karena Radit masih merasakan sakit di kepalanya, Radit tak mungkin membawa motor sendiri yang ada bisa-bisa dia celaka.
Akhirnya Nathan memutuskan untuk mengantar Radit pulang, setelah itu ia langsung pulang ke rumahnya.Saat sudah berada di ruang tamu, langkah Nathan terhenti ketika mendengar suara nyaring memanggilnya.
"Nathan!" Panggil Irfan
Nathan menggerakan tubuhnya menghadap sang papah.
"Sini kamu, Papah mau bicara!" Suara Irfan terdengar tegas.
Dengan malas-malasan Nathan menghampiri sang Papah yang sedang duduk di soffa bersama dengan sang Mamah dan juga El adik kecilnya.
Nathan duduk saling berhadap-hadapan dengan sang Papah.
"Kenapa tadi gak sekolah?!" Tanya Irfan dengan suara tegasnya.
Nathan mengernyitkan dahinya bingung, bagaimana papahnya bisa tahu jika ia membolos sekolah.
"Ada urusan!" Jawab Nathan datar
"Kamu tawuran lagi?!" Tanya Irfan namun nada bicaranya seperti membentak.
"Papah tau dari mana?"
"Gak penting papah tau dari mana, papah kan sudah bilang jangan tawuran lagi Nathan!" Tegas Irfan.
Dira hanya bisa mengelus punggung Irfan agar Irfan bisa meredamkan emosinya.
"Maaf." Hanya kata itu yang bisa Nathan ucapkan, sebenarnya Nathan Ingin memberitahu Irfan alasan ia berbuat hal senakal itu, namun ia urungkan niatnya.
"Papah kecewa sama kamu! Kamu buat papah malu tau gak!" Irfan benar-benar emosi menghadapi anaknya ini.
"Pah, udah." Dira mencoba menenangkan Irfan.
"Nathan, mau sampai kapan kamu seperti ini? Jangan hidup di jalan yang salah. Papah heran sama anak zaman sekarang, kenakalan aja dibanggain. Kamu tuh sudah kelas dua belas Nat, seharusnya kamu belajar yang rajin. Biar peringkat kamu tetap bertahan! Bukan malah ikut-ikutan tawuran!" Ujar Irfan.
"Nathan capek!" Nathan beranjak berdiri, namun sebelum melangkah menuju lantai 2 tempat kamarnya berada. Nathan mencium sekilas kening El sang adik yang berada di gendongan mamahnya.
Kemudian Nathan melangkah menaiki tangga menuju Kamarnya."Heran ya sama anak jaman sekarang, dasar Kidz zaman now." Irfan menggeleng-gelengkan kepalanya.
Nathan sudah siap dengan baju santainya, sekarang ia tengah menghisap sebatang rokok di balkon kamarnya.
Matanya menerawang menatap langit-langit yang ditaburi oleh bintang.
Nathan meronggoh ponselnya kemudian
Ia segera menghubungi gadisnya"Hallo." Suara itu membuat Nathan tenang, dengan cara seperti ini rasa kangennya akan terobati.
"Lagi apa? Gimana? Udah baikan?"
"Lagi di rumah sakit, alhamdulillah keadaan aku udah membaik."
"Ngapain di rumah sakit? Lo sakit?" Nada bicara Nathan mulai terdengar khawatir.
"Hehe aku lagi nemuin om aku, aku kan udah bilang keadaan aku udah membaik Nat." Terdengar suara tertawa kecil dari sebrang sana.
"Gue kangen"
"Aku lebih kangen."
"Natt...mm aku minta penjelasan soal--"
"Yang diomongin Fajri?" Potong Nathan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Day Ever (SUDAH TERBIT)
Teen FictionCover by : @arakim_design 15+ Ada arus deras yang terus menarik kaki Nathan. Membuat Nathan semakin lama semakin tenggelam. Tubuhnya dibiarkan terkulai dan tak berdaya. Tidak memiliki keinginan untuk berenang kembali ke permukaan. Sampai akhirnya, a...