Setelah mengantarkan Alisha pulang, Nathan tak langsung pulang ke rumahnya, melainkan ia pergi ke sebuah TPU.
Nathan melangkahkan kakinya di jalanan setapak dengan tangan kanan yang membawa sebuah plastik hitam, Nathan Ingin mengunjungi makam seseorang.
Kaki Nathan berhenti di sebuah gundukan tanah yang dipenuhi oleh rumut hijau. Dan terdapat sebuah nisan yang sudah tertera nama Adelia.
Nathan mengambil sebotol air yang berada di dalam plastik hitam yang ia bawa untuk membersihkan nisan yang nampak kotor. Sepertinya makam ini jarang sekali dikunjungi.
Lalu nathan menaburkan bunga di atas gundukan tanah tersebut."Apa kabar lo di sana? Maaf gue baru datang ke sini lagi," ujar Nathan Sambil mengusap nisan tersebut.
Nathan pun segera beranjak berdiri untuk pulang karna hari sudah mulai gelap, "Gua pulang Del." Nathan segera melangkahkan kakinya meninggalkan gundukan tanah tersebut. Berlama-lama di tempat itu malah semakin membuat Nathan teringat kejadian beberapa tahun yang lalu. Kejadian yang berhasil merenggut nyawa orang yang ia sayangi.
🌻🌻🌻🌻
Pagi ini, seluruh siswa-siswi SMA Pijar Alam ulangan. Banyak dari mereka yang mengeluh.
"Gak kerasa ya sebentar lagi kita naik kelas dua belas," ujar Kara.
"Gak kerasa juga udah enam bulan lebih gua deket sama Nathan," batin Alisha.
Bel masuk pun berbunyi. Pengawas segera memasuki kelas XI ips1.
"Deg-degan gue," lirih Kara Dengan raut wajah yang sudah pucat pasi. Semalaman ia belajar sampai bergadang tapi kalau nyatanya soal-soal yang ia pelajari tidak keluar bagaimana?
Alisha hanya tertawa kecil melihat expresi wajah Kara yang menurutnya lucu sekali, "Santai aja, Kar."
Alisha menengok kebelakang kursinya, sudah ada Sania dan Shila yang duduk tidak tenangnya sama dengan Kara
"Al, nanti gue nyontek ya," kata Sania dengan suara yang sangat pelan.
"Ngapain ke Alisha kan masih ada gue," celetuk Shila.
"Ah lo kan sama gue sama-sama bego Shil. Nanti gue dapet apa kalau nyontek sama lo?" Kata Sania sambil tertawa kecil.
Shila menatap ke arah Sania tajam. sebenarnya Sania dan Shila tidak terlalu bego dalam soal pelajaran. Tapi mereka hanya kurang pintar saja.
Alisha membuang napas lega setelah beberapa jam berkutik dengan kertas kertas Soal-soal yang membuat kepalanya terasa sedikit pusing.
Bel istirahat pun berbunyi Alisha dan teman-temannya segera menuju ke kantin.
Sesampainya di kantin Alisha dan teman-temannya langsung duduk di bangku yang masih kosong, "Kalian mau pesen apa?" Tanya Kara pada teman-temannya.
"Gue pesen nasi goreng Pak Bejo," jawab Alisha dan diangguki oleh Shila dan Sania
"Minumnya es tes manis, es batunya banyakin," sambung Shila.
Lalu Kara berjalan ke stand makanan untuk memesan makanan. Dan untung saat Kara datang stand makanan sedang sepi. Jadi ia tidak perlu menunggu lama-lama sampai pesanan datang.
Setelah semuanya siap. Kara segera menghampiri meja yang di tempati oleh sahabat-sahabatnya. Satu nampan besar berisi empat piring nasi goreng. Sementara minumannya dibawakan oleh Pak Bejo.
Setelah makanan sampai. Semuanya pun makan dengan khidmat, tidak ada yang berbicara saat makan.
Drttt.
Ponsel Alisha berbunyi, semua teman-temannya mengarahkan pandangannya menuju ponsel Alisha yang berada di atas meja.
● Manusia kulkas
Rooftop sekarang
Alisha mengerutkan dahinya bingung saat membaca sebuah Chat masuk dari Nathan. Untuk apa cowok itu memintanya untuk pergi ke Rooftop?
Daripada terus bertanya dalam hati. Alisha segera menghabiskan makanannya, "Gue ke belakang sebentar." Dan hanya diangguki oleh sahabat-sahabatnya.Sesampainya di rooftop, Alisha dapat melihat sosok laki-laki yang tengah duduk membelakanginya. Alisha pun segera menghampirinya.
"Nathan," panggil Alisha, Nathan pun mendongakan kepalanya menoleh ke arah Alisha. Betapa terkejutnya Alisha ketika melihat wajah Nathan yang terlihat sangat berbeda, penampilan cowok itu terlihat sangat berantakan, belum lagi dengan kedua mata cowok itu yang nampak menghitam seperti kurang tidur.
Alisha segera duduk tepat di samping Nathan, "Nat, lo gak apa-apa?"
"Pinjem paha lo bentar, gue ngantuk," kata Nathan.
Alisha hanya menganggukan kepalanya pelan. Ia membiarkan Nathan meletakan kepalanya di atas pahanya. Cowok itu ternyata sangat tampan apalagi jika ditatap sedekat ini. Tangan Alisha terulur untuk merapikan rambut Nathan yang terlihat sangat berantakan, cowok itu nampaknya sangat nyaman saat berada di posisi seperti ini terlihat dia sama sekali tidak terganggu. Sampai akhirnya
Bel masuk pun berbunyi bersamaan dengan bangunnya Nathan."Nat udah bel, masuk yuk," ajak Alisha
Nathan hanya mengangguk saja, mereka segera melangkahkan kaki mereka meninggalkan area Rooftop.
"Semangat ulangannya," kata Nathan saat ia sudah sampai di depan kelas Alisha. lalu Nathan mengacak pelan rambut Alisha. Dan segera melangkah kan kakinya pergi menuju kelasnya sebelum pengawas masuk.
🌻🌻🌻🌻
Bel pulang pun berbunyi, semua siswa siswi SMA Pijar Alam berhamburan keluar kelas.
"Al, kita duluan ya," kata Sania
"Eh, ko gue ditinggal si!" Alisha mendengus kesal. Alisha segera mengaitkan tasnya ke pundak. Alisha berjalan keluar, saat di ambang pintu ternyata sudah ada Nathan yang berdiri tegak di depannya. Kedua tangan cowok itu sengaja dimasukan ke dalam saku celananya.
"Lho Nat, ngapain?"
"Nunggu lo."
"Lho ko-"
"Kita pulang bareng," kata Nathan menyela perkataan Alisha. Tiba-tiba tangan Nathan terulur menggandeng tangan Alisha. Alisha tentu terkejut, namun Alisha hanya diam saja mengikuti langkah lebar kaki Nathan.
🌻🌻🌻🌻
"Thanks Nat," kata Alisha ketika ia dan Nathan sudah sampai di depan rumah Alisha.
"Gue pulang."
"Gak mampir dulu?" Tanya Alisha.
"Lain kali."
"Oh Ya udah hati-hati ya."
Setelah itu Nathan melajukan motor besarnya meninggalkan Alisha yang masih diam di depan gerbang rumahnya. Menatap punggung Nathan yang semakin hilang di belokan.
Alisha tidak menyadari jika sedari tadi ada seseorang yang memperhatikannya dari jauh.
"Kita tunggu tanggal mainnya cantik," kata seseorang sambil tersenyum devil.
🍁🍁🍁🍁
Revisi ulang✓ Jumat, 24 September 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Day Ever (SUDAH TERBIT)
Teen FictionCover by : @arakim_design 15+ Ada arus deras yang terus menarik kaki Nathan. Membuat Nathan semakin lama semakin tenggelam. Tubuhnya dibiarkan terkulai dan tak berdaya. Tidak memiliki keinginan untuk berenang kembali ke permukaan. Sampai akhirnya, a...