Part 47✓

3.8K 169 0
                                    

Seharusnya ini adalah hari kedua ia berada di sekolah untuk menjalani ujian bersama teman-temannya. Namun, karena sebuah alasan, ia terpaksa melakukan ujian berbeda dengan yang lainnya.

Duduk tertunduk sambil menatap ponsel yang sudah ia mainkan selama setengah jam, terlalu fokus pada ponselnya. Ia tak memperhatikan keadaan di sekitarnya. Banyak sekali orang-orang yang berlalu lalang. Ada yang menggunakan pakaian yang khas sekali dengan petugas rumah sakit, ada yang mengenakan pakaian yang khas sekali dengan pasien rumah sakit atau orang-orang yang datang untuk sekadar berobat atau menjenguk sanak keluarga yang dirawat di rumah sakit tempat di mana sekarang Alisha berada.

"Sha."

Alisha mendongakkan kepalanya kala mendengar seseorang memanggil namanya, untung saja ia sudah selesai menyelesaikan urusannya di ponselnya. Jadi, fokusnya tidak lagi pada benda pipih yang saat ini ia genggam. Melainkan pada sosok laki-laki remaja yang berdiri di depannya.

"Jam berapa sekarang?" Tanya laki-laki tersebut karena dia tak mengenakan jam tangan.

"Jam delapan lewat tiga puluh menit," jawab Alisha.

"Udah waktunya, ayo." Laki-laki tersebut mengulurkan tangannya untuk disambut oleh Alisha. Dengan senang hati Alisha menyambut uluran tangan laki-laki itu, kemudian mereka berdua berjalan beriringan di lorong rumah sakit sambil bergandengan tangan. Menuju sebuah ruangan tempat di mana Alisha akan melakukan pengobatannya yang pertama di tempat ini.

🌻🌻🌻🌻

"Sttt...stttt, budeg. Nomer satu apaan jawabannya?" Arya yang duduk di kursi paling belakang bagian pojok kelas, sedari tadi terus bisik-bisik kepada teman-temannya agar mendapatkan jawaban dari beberapa soal yang tidak bisa ia kerjakan.

Pengawas di depan, dengan tatapan tajamnya melirik ke sana ke mari memperhatikan setiap gerak-gerik murid-murid yang sedang melaksanakan ujian.

Nathan tak fokus mengerjakan soal ulangan sedari tadi. Pikirannya entah berkelana ke mana, di dalam otaknya saat ini hanya satu hal yang membuat Nathan benar-benar tak fokus. Sosok gadis cantik yang dua hari ini tidak ada kabar sama sekali. Seolah hilang, Nathan tak dapat menemukannya di mana pun. Rumah megah milik gadis tersebut berkali-kali Nathan kunjungi berharap sang pemilik rumah dapat merespons kedatangannya.

Namun, lagi-lagi rumah gadisnya itu sepi, tidak ada orang sama sekali. Dan berkali-kali juga Nathan mengirimkan berpuluh-puluh pesan, Whatsapp, DM pada gadisnya tersebut. Namun tetap tak ada jawaban sama sekali. Panggilan Nathan via telefon pun selalu tak dijawab.

Ketika Nathan tengah melamun memikirkan gadisnya, satu gumpalan kertas berhasil mendarat di kepalanya. Nathan sempat dibuat terkejut. Kemudian Nathan memungut kertas tadi yang jatuh ke lantai. Lalu ia membuka gulungan kertas tersebut.

Gue kan udah bilang kemarin, kalo dipanggil tuh jangan pura-pura budeg. Malih! No 1,2,3 sampe sepuluh apa jawabannya?

Begitulah tulisan yang terdapat dalam gulungan kertas tersebut.

Nathan memutar tubuhnya. Kemudian ia menoleh ke belakang, dapat dilihat Arya yang tengah komat-kamit sambil menunjuk lembar soal miliknya.

Nathan tak menggubrisnya. Kemudian ia kembali pada soal lembar miliknya.

🌻🌻🌻🌻

Bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Jam pulang dipercepat karena sedang ujian. SMA Pijar Alam sudah nampak sepi. Karena siswa-siswi sudah pulang ke rumah masing-masing. Hanya tersisa orang-orang yang akan melakukan perbaikan pada sekolah.

Best Day Ever (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang