Part 67✓

3K 150 4
                                    

"ALLAHUAKBAR!"

Seorang Satpam terkejut kala ia memasuki area mushola yang berada di dekat rumah sakit. Jam sudah menunjukan pukul 05:00 pagi.
Satpam yang umurnya sudah tak muda lagi itu telihat begitu terkejut kala melihat banyak sekali cowok-cowok remaja yang tengah tidur di lantai mushola beralaskan tikar. Posisi tidur mereka bermacam-macam. Membuat mushola yang lumayan luas ini terlihat sangat sempit.

Sekiranya 20 cowok remaja itu tidur begitu saja, tubuh mereka hanya diselimuti oleh kain sarung yang jumlahnya hanya sedikit. Entahlah mereka mendapatkan kain tersebut dari mana.

Satpam tersebut geleng-geleng kepala ketika kedua kupingnya mendengar suara yang ngorok, kentut bahkan mengigau.

"BANGUN! BANGUN UDAH PAGI! DIKIRA INI RUMAH NENEK!"

Teriak Satpam tersebut kencang.

"Duh apaan sih, terompet tanjidor berisik banget."

"Kurang kerjaan, pagi-pagi teriak-teriak dikira rumah nenek."

"Kenalpot becak bacot mulu dah."

Orang-orang yang masih tertidur itu menanggapi teriakan Satpam tadi dengan perkataan yang tidak terlalu jelas, sebab mereka belum mendapatkan kesadarannya.

"Bangun kampret! Ini mushola buat ibadah bukan buat tidur!" Teriak Satpam itu lagi.

Kali ini teriakannya berhasil membangunkan sebagian remaja itu.

"Eh anjir lo ngapain peluk-peluk gue?!"

"Lah lo yang meluk gue juga!"

"Iler tuh ke mana-mana."

"Jorok anjir! Iler dijilat."

"Ya kan ngetes beneran ada atau enggak."

"Bangke jangan dimakan bangsat, kentut lo bau banget najis!"

"Laper ey."

Setelah membuka mata, bukannya segera bangkit, malah adu bacot membuat mushola yang tadinya sepi jadi ramai.

"Gue di mana?" Tanya David. Ia mengedarkan pandangannya melihat sekelilingnya, banyak sekali teman-temannya yang tepar.

"Anjir, bangun bangsat! Kudu sekolah ini kita!" Teriak David kala ia melihat jam yang melingkar di lengan kekarnya.

Hari ini, mereka semua harus kembali sekolah setelah libur selama satu hari karena kejadian itu. Sebagian teman-temannya memang ada yang masih kelas sebelas bahkan sepuluh. Tapi tetap saja sekolah harus tetap mereka jalani. Apalagi yang sudah kelas dua belas yang harus rajin-rajin berangkat ke sekolah karena sebentar lagi ujian nasional akan datang.

"Arghh luka gue jangan disenggol!" Omel Bayu pada Rezvan yang baru saja menyenggol mata Bayu yang belum sepenuhnya sembuh.

"Mangap," jawab Rezvan.

Drtttt

Rezvan menggeliat geli kala merasakan ponsel yang ia simpan di sakunya bergetar, ia segera meronggoh saku celananya. Mata Rezvan membulat sempurna kala melihat nama Sania tertera di layar ponselnya. Segera Rezvan mengangkat panggilan tersebut.

"Hallo San? Lo udah bangun? Gimana keadaan lo? Udah baikan belum? Udah makan San?" Tanya Rezvan beruntun pada orang di sebrang sana.

"Ko lo bawel ya, gue udah sadar dari semalem juga. Eh temen-temen gue pada di mana?" Tanya orang di sebrang sana.

Rezvan menghembuskan napasnya lega.

"Alhamdulillah, sumpah ya San gue tuh takut lo koit tau gak. Padahal gue belum ada kesempatan ngelamar lo hehe. Temen-temen lo ada, mereka baik-baik aja ko."

"Oke makasi"

Tut

Rezvan menatap layar ponselnya, panggilan tiba-tiba di putus oleh Sania.

"YA AMPUN DAVID! KE MANA AJA LO TONG. MAMA SAMA ABAH NYARIIN LO. HAMPIR AJA ABAH LAPOR KE POLISI TAKUT LO ILANG TONG!"

Semua orang yang sedang sibuk dengan bacotannya masing-masing. Mendadak terdiam, semua mata mengarah pada David yang tengah menghela napas kasar. Baru saja David mengangkat panggilan dari mamahnya. Tiba-tiba saja David merasakan kedua kupingnya berdengung mendengar teriakan mamahnya yang super cetar membahana di sebrang sana.

"Ema lo?" Tanya salah seorang temannya dengan tatapan cengo.

David mengangguk lemah."Gue balik. Udah di cariin Ema," kata David dengan raut wajah lemasnya. David bangkit berdiri. Ia kemudian melangkahkan kedua kakinya yang terasa begitu lemas. Setelah sampai di pintu keluar mushola, David membalikan badannya melihat teman-temannya ada yang tidur kembali, ada yang adu bacot karena merasa telah diperkosa karena bangun-bangun sudah dipeluk-peluk, ada yang diam saja dan segala macamnya.

"WOY UDAH SIANG KAMPRET! KAGA PADA SEKOLAH LO. BURUAN. OTW SEKOLAH DIEM-DIEM BAE CEPIRIT LO YA!" Teriak David.

Seketika semuanya langsung bangkit berdiri, merapikan baju-baju mereka yang terlihat berantakan. Mencari-cari ponsel mereka yang ditaruh asal. Kemudian dua puluh remaja tersebut keluar dari mushola.

Satpam tadi menatap cengo remaja-remaja yang sudah keluar dari mushola itu.

"Ya allah ada-ada aja."

🌻🌻🌻🌻

Nathan tak pernah bosan menatap wajah seorang gadis yang ada di depannya ini, Nathan menelisik setiap inci wajah Alisha. Memang karena sakit, membuat wajah gadis tersebut sedikit pucat, kelopak mata yang menghitam serta pipi yang semakin tirus. Tapi di mata Nathan, gadis itu tetaplah gadis cantik tidak ada yang yang dapat merubah kecantikan gadis itu apapun yang terjadi.

Nathan menatap sebuah topi yang setahun lalu ia berikan untuk gadis itu ketika Nathan dan gadis itu berjalan-jalan ke Dufan.

Tangan Nathan tak pernah diam, tangannya terus mengelus pipi Alisha, menggenggam tangan Alisha erat-erat seolah-olah takut Alisha pergi lagi.

"Sini Sha." Nathan menyuruh Alisha untuk mendekat.

Meskipun kebingungan, Alisha tetap mendekat. Alisha merasakan hangat di tubuhnya kala Nathan memeluknya.

"Jangan pergi.." lirih Nathan.

"Gue gak mau Sha kejadian waktu lalu terulang kembali, waktu di mana gue ngerasa kehilangan lo. Dan gue gak mau kehilangan lo untuk yang kedua kalinya."

Bahkan wajah Nathan yang biasanya terlihat datar kini terlihat berbeda di mata Alisha. Alisha melihat ada ketulusan di mata Nathan.

"Udara pagi bagus lho Nat, mau jalan-jalan gak? Biar aku temenin," kata Alisha.

Nathan menggeleng, "Gue gak mau liat lo kecapean gara-gara nemenin gue. Berdiam diri di di tempat kayak gini juga gak masalah asalkan ada lo."

"Nat, dulu kalau aku sakit kan kamu yang jagain aku, sekarang giliran aku yang jagain kamu sampe kamu sembuh. Oke. Inget Nat sebentar lagi kita lulus," kata Alisha.

Nathan mengedarkan pandangannya, di ruangan ini hanya ada dirinya dan Alisha.

"Alisha," panggil Nathan.

✓Revisi ulang, 28 November 2021

Best Day Ever (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang