Waktu terus berjalan, gedung besar itu sudah diberi garis Polisi, berjam-jam dan berpuluh-puluh Polisi serta petugas rumah sakit menunggu di bawah gedung sampai pertempuran berakhir. Hingga tepat jam sembilan pagi. Polisi dan petugas rumah sakit datang.
Berpuluh-puluh mayat berserakan di lantai rooftop, tidak sedikit yang tewas akibat kejadian ini. Sebagian dari Polisi mengamankan para tersangka yaitu komplotan Bagas dan sebagian teman-temannya Nathan. Bagas yang saat itu masih sadar, ditarik paksa oleh dua orang Polisi, wajah Bagas sudah babak belur bahkan berdarah-darah. Goresan benda tajam terlihat di mana-mana di seluruh tubuhnya.
Bagas menangis kala melihat semua orang begitu tenangnya memejamkan mata. Tak berniat sama sekali untuk bangun. Tidur yang panjang di alami oleh sebagian teman-temannya.
Nathan, Morgan, Fajri, Arya, Shila, Sania dan Azelia dibawa oleh beberapa petugas rumah sakit untuk segera di bawa ke rumah sakit.
Berpuluh-puluh mobil ambulans berjejer di tepi jalan raya menunggu para korban datang, tak sedikit yang terluka. Ada yang mendapatkan luka ringan ada yang mendapatkan luka parah akibat kejadian ini, di dekat gedung juga ramai oleh para wartawan yang ingin melihat para korban yang satu-persatu dimasukan ke dalam mobil ambulans. Suara sirine mobil ambulans terdengar di mana-mana.
Alisha ditemani Fajar masuk kedalam salah satu ambulans yang membawa Nathan. Alisha yang berada di samping Nathan terus menerus menangis. Bagimana takdir bisa begitu kejam. Di saat Alisha sudah berhasil bertemu dengan orang-orang yang ia sayangi, tapi malah seperti ini kejadiannya.
Fajar hanya bisa menenangkan adiknya yang terus menangis itu dengan memeluknya. Membiarkan Alisha menangis dalam dekapannya, Fajar menatap ke arah belakang lewat jendela mobil ambulans, di belakang juga sudah banyak mobil Ambulans yang mengangkut para korban menuju rumah sakit.
Sampai akhirnya, getaran yang berasal dari ponsel Fajar menghancurkan suasana, Fajar meronggoh benda pipih yang berada di saku jaketnya. Kemudian ia melihat nama sang mamah yang tertera di layar ponselnya.
"Hallo Mah."
"Mamah sudah dapet kabar tentang kejadian di sana, mamah sama papah akan segera pulang. Jaga adik kamu!"
Tut
Sambungan tiba-tiba terputus, Fajar menatap nanar layar ponselnya. Pasti setelah kedua orang tuanya sampai di Jakarta, ia akan dimarahi habis-habisan karena tak bisa menjaga sang adik.
Alisha masih belum bisa menghentikan air matanya. Di depannya sudah ada Nathan yang tertidur. Sebagian wajah Nathan ditutupi oleh masker oksigen, Keadaan Nathan terlihat sangat buruk. Wajah yang sudah babak belur serta bercak darah yang terlihat di mana-mana. Kenapa? Kenapa Nathan harus ikut aksi berbahaya seperti itu. Hal di mana semua orang benar-benar mempertaruhkan nyawanya. Ia mengerti, yang mereka lakukan terutama teman-teman Nathan, hanya untuk membantu ketiga temannya yang hilang karena diculik. Tapi apa tidak bisa mereka semua melindungi diri agar kejadian seperti ini tidak terjadi.
Lihat, sekarang Nathan dan teman-temannya yang lain terluka akibat kejadian mengenaskan itu. Alisha menyeka air matanya. Ia tidak boleh menangis. Kasihan Nathan jika tahu ia menangis.
Tangan Alisha terangkat menyentuh kepalanya yang kembali berdenyut nyeri, bukan hanya kepala, seluruh organ tubuhnya terasa ngilu, Alisha dapat merasakan cairan berwarna merah pekat keluar dari celah hidungnya. Seluruh tubuhnya bergetar hebat, rasa dingin tiba-tiba saja datang menerpa menusuk setiap pori-pori kulitnya.
"Ka.." lirih Alisha.
Fajar melirik ke arah Alisha. Ia terkejut melihat tubuh Alisha sudah limbung jatuh ke dekapannya, Alisha tak sadarkan diri. Fajar berusaha menghapus bercak darah di hidung Alisha. Ia menepuk-nepuk pipi Alisha berkali-kali meminta agar gadis itu tetap sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Day Ever (SUDAH TERBIT)
Teen FictionCover by : @arakim_design 15+ Ada arus deras yang terus menarik kaki Nathan. Membuat Nathan semakin lama semakin tenggelam. Tubuhnya dibiarkan terkulai dan tak berdaya. Tidak memiliki keinginan untuk berenang kembali ke permukaan. Sampai akhirnya, a...