Bangunan tua bekas rumah sakit yang berada di Jakarta ini. Selalu dijadikan tempat berkumpulnya anak-anak remaja yang berandalan.
Dinding-dinding tembok dicoret-coret pakai vilox, lorong-lorong yang gelap dan kotor. Dijadikan markas untuk tempat berkumpulnya para laki-laki remaja tersebut.Di bagian rofftop bangunan terlihat begitu ramai. Dipenuhi oleh para laki-laki remaja. Asap mengepul serta bau alkohol tercium begitu menyengat ke rongga hidung.
Di sebuah sofa usang terdapat seorang laki-laki yang memakai pakaian serba hitam. Kedua matanya ditutupi kacamata hitam andalannya.
Ia membuang puntung rokok yang tinggal setengah ke lantai kemudian ia injak dengan sepatu hitamnya.
"Gimana kabar Juliansyah, Fajar, Fajri, Nathan sama antek-anteknya?" Tanya laki-laki tersebut. Sambil melepas kacamata miliknya.
"Pasukan Nathan masih segitu-gitu aja. Gue denger-denger Fajri dipenjara karena terlibat masalah. Soal Fajar dan Juliansyah gue belum dapet kabar apa-apa soal mereka," jawab seorang temannya sambil meneguk botol berisi alkohol.
Laki-laki tersebut menyeringai, "Bagus, susun rencana buat ngehancurin mereka semua. Gue minta sama lo semua. Cari keberadaan Fajar dan adiknya."
"Siap bos!" Jawab semua orang yang berada di sana.
🌻🌻🌻🌻
"Arghhhhh!!!!" Nathan membanting semua barang-barang yang ada di dalam kamarnya. Pecahan botol minuman sudah berserakan di lantai. Nathan tak peduli dengan luka-luka yang menyakiti tangan serta kakinya yang terkena pecahan beling.
"Lo di mana Alisha?!" Teriak Nathan sambil menjambak rambutnya frustasi.
Nathan terduduk di sudut tembok sambil menundukan kepalanya dalam-dalam, air mata tak bisa ia bendung lagi. Cairan bening tersebut lolos dari pelupuk mata Nathan membuat sungai kecil di pipi Nathan.
Waktu terus berjalan, hampir seminggu Nathan tak mendengar kabar Alisha. Alisha hilang bagai di telan bumi, tak ada jejak yang menandakan keberadaan Alisha.
Nathan telah berusaha mencari di mana pun itu, semua teman-temannya sudah ia kerahkan untuk mencari di mana keberadaan Alisha serta keluarganya. Namun hasilnya nihil. Ia tidak mendapatkan hasil apa-apa dari pencariannya selama ini. Nathan sempat berpikir, apakah ia punya salah? Sehingga membuat Alisha pergi begitu saja meninggalkan dirinya. Meninggalkan Nathan yang saat ini tengah berada di ambang kehancuran.
"Gue mohon kembali Sha," lirih Nathan.
Nathan tak peduli pintu kamarnya terus digedor-gedor dari luar oleh orang tuanya, yang saat ini ingin Nathan lakukan adalah melampiaskan rasa marah, kesal, sedih dan perasaan lainnya yang menghantui Nathan.
Drttt
Nathan mengangkat kepalanya, ia melihat ke arah nakas. Tempat di mana benda pipih itu berada.
Nathan bangkit berdiri dengan langkai lunglai ia meraih ponsel yang berada di atas nakas. Ada notif chat whatsapp dari Morgan.● Morgan
Dipastikan Alisha dan
Keluarganya berada di
Jogja.Nathan membulatkan kedua bola matanya, sekarang rasa gelisah yang menyiksa Nathan perlahan-lahan menghilang. Akhirnya gadisnya ketemu juga. Nathan segera melempar ponselnya asal. Kemudian ia segera berlari menuju kamar mandi yang berada di kamarnya.
Tak butuh waktu lama bagi Nathan, Nathan keluar dari dalam kamar mandi dengan pakaian ala anak remaja yang cocok dengan usianya. Wajahnya terlihat lebih segar. Nathan meraih kunci motor serta ponselnya, ia tak ada niat sedikit pun untuk membersihkan kamarnya yang sudah seperti kapal pecah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Day Ever (SUDAH TERBIT)
Teen FictionCover by : @arakim_design 15+ Ada arus deras yang terus menarik kaki Nathan. Membuat Nathan semakin lama semakin tenggelam. Tubuhnya dibiarkan terkulai dan tak berdaya. Tidak memiliki keinginan untuk berenang kembali ke permukaan. Sampai akhirnya, a...