Part 62✓

2.9K 151 7
                                    

Taksi yang ditumpangi Alisha tak sengaja berpapasan dengan segerombolan motor dan mobil yang melaju di jalan raya yang sepi, Alisha sempat melihat sebuah mobil yang begitu familiar, Alisha merasa mengenali mobil yang terus melaju itu. Sampai akhirnya mata Alisha membulat sempurna kala mobil itu ia ketahui milik Radit, Alisha meminta Sopir taksi tersebut untuk mengikuti ke mana gerombolan remaja tersebut pergi. Alisha yakin, ia pasti bisa menemukan teman-temannya.

"Terima kasih Pak." Alisha memberi beberapa lembar uang untuk membayar taksi tersebut.

"Neng yakin mau turun di sini?" Tanya Pak Sopir taksi ketika Alisha ingin membuka pintu.

"Iya Pak, terima kasih sudah mengantar saya." Setelah itu Alisha benar-benar turun dari taksi itu. Kemudian ia mulai melangkah pergi meninggalkan taksi yang masih saja betah berada di sana.

Kedua kaki Alisha dengan entengnya melangkah mendekati gedung menyeramkan itu, walaupun gedung itu berpusat di Jakarta, ini untuk pertama kalinya Alisha melihat gedung sebesar ini. Orang-orang yang datang ke gedung ini apakah tidak takut untuk datang ke tempat ini.

Alisha mendengar suara derap langkah kaki, kemudian dengan cepat Alisha bersembunyi di balik semak-semak agar tidak diketahui keberadaannya. Alisha takut yang datang itu ternyata orang jahat.

Alisha dapat melihat dua orang laki-laki dewasa ingin memasuki gedung besar itu, Alisha menyipitkan matanya kala ia merasa mengenali salah satu laki-laki tersebut.

Ketika kedua laki-laki tersebut berhenti melangkah, baru Alisha dapat melihat jelas siapa laki-laki yang memakai jaket Levis berwarna abu-abu.

Alisha hampir saja memekik saking terkejutnya, untung mulutnya itu segera ia bekap dengan tangannya agar tidak menimbulkan suara sedikit pun.

"Kakak, ngapain dia di sini? Sejak kapan dia pulang ke Jakarta?" Gumam Alisha.


🌻🌻🌻🌻

"Lo ngapain ajak gua ke sini si Jul, gue capek Jul baru nyampe Jakarta!" Gerutu salah seorang laki-laki sambil menatap kesal ke arah temannya yang berada di depannya.

Laki-laki yang di panggil Jul itu pun menghembuskan napasnya kasar, memang, ia tidak memberitahukan tujuannya mengajak temannya ini ke tempat seperti ini, tadi ketika temannya itu memberi kabar jika dia sudah sampai di Jakarta beberapa jam yang lalu. Ia segera menyusul temannya dan membawanya ke sini. Barang-barang temannya saja belum sempat disimpan terlebih dahulu di rumah.

"Temen-temen adik lo diculik di sini Jar," jelas Juliansyah.

Fajar membulatkan kedua matanya, bagaimana bisa tubuhnya yang lelah ini ditambah semakin lelah oleh pernyataan yang dilontarkan oleh temannya itu, mendengar itu. Fajar jadi teringat dengan sosok sang adik yang beberapa hari lalu sudah pulang ke Jakarta.

"Adik gue..."

"Sepertinya adek lo selamat, yang gue denger itu temen-temen adek lo yang diculik."

Fajar menghembuskan napasnya lega, hampir saja Fajar menangis kalau sampai beneran terjadi sesuatu kepada adik tersayangnya itu.

"Kita mau nyelamatin mereka, untuk itu gue ajak lo ke sini. Ayo, kita gak punya waktu." Juliansyah dan Fajar segera melangkah untuk memasuki gedung tinggi yang menyeramkan itu. Dan tanpa mereka berdua sadari, ternyata ada seorang gadis yang mengendap-ngendap mengikuti langkah mereka.

Best Day Ever (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang