Kini sudah terdapat dua orang laki-laki dewasa yang tengah menunggu di ruang tunggu kantor Polisi.
Laki-laki berkulit sawo matang sedari tadi terus memutar-mutar kunci motor yang ada di tangannya, pikirannya gelisah tak menentu menanti kehadiran sosok sang adik.
"Lo ke mana aja?" Laki-laki berkulit sawo matang tersebut pun menoleh ke arah samping, tempat di mana orang yang bertanya tersebut berada.
Ia nampak menghembuskan napasnya kasar, "Gue kerja."
"Setelah lulus lo langsung kerja?"
Juliansyah mengangguk lemah, "Keluarga gue kekurangan ekonomi, gaji ayah gue gak cukup. Lo tau sendiri ntuh ade gue banyak maunya, apa-apa harus diturutin. Maka dari itu gue lebih memilih bantu keluarga gue dibandingkan kuliah."
Fajar sempat terkejut mendengarnya, yang ia tahu keluarga Juliansyah adalah keluarga kaya raya. Tapi mengapa semuanya jadi begini.
"Ayah gue bangkrut dari usahanya, sekarang ayah cuma kerja sebagai kuli bangunan," kata Juliansyah seolah menjawab keterkejutan Fajar.
Mengapa mereka berdua terlihat akrab sekarang?
Fajar dan Juliansyah adalah sahabatan, mereka berdua dulu sekolah di SMA Pijar Alam, saat masa-masa SMA, mereka selalu berdua ke mana pun itu. Fajar yang selalu menemani ke mana pun Juliansyah pergi dan Juliansyah yang selalu membantu Fajar ketika Fajar sedang kesulitan.
Pernah suatu hari Fajar tertangkap oleh Polisi karena bolos sekolah dan memilih untuk balap liar di jalanan, dan orang pertama yang ada di saat Fajar sedang kesulitan adalah Juliansyah. Juliansyah datang ke kantor Polisi untuk menebus temannya. Juliansyah dikenal sebagai murid terkaya di SMA Pijar Alam waktu itu, namun begitu dia bukan anak yang sombong yang suka menghamburkan uang orang tuanya secara percuma-cuma.
Hingga tiba di mana mereka terlepas dari yang namanya SMA. Mereka berdua lulus, ada satu janji yang mereka buat.
"Pokoknya lo harus sama gue, kita kuliah sama-sama. Kita harus kaya gini terus sampe kita bisa nemuin wanita yang bisa menjadi bidadari di hidup kita, dan buat lo, lo cari wanita yang bener-bener sayang dan dapat jagain lo. Karena kalo nanti gue nikah gue gak bisa jagain lo lagi," kata Fajar sambil merangkul bahu Juliansyah.
Namun, seolah janji itu hanyalah angin saja. Mereka berdua terpisah hingga bertahun-tahun. Fajar tidak tahu di mana keberadaan Juliansyah dan Juliansyah pun tidak tahu di mana keberadaan Fajar. Hingga akhirnya mereka kembali di pertemukan dalam sebuah keadaan yang tidak baik. Walaupun seperti itu pun mereka berdua tetap bersyukur akhirnya Tuhan mempertemukan kembali dua sahabat yang sempat terpisah ini.
"Awalnya gue mau kuliah Jar, tapi, tiba-tiba gue dapet kabar dari Bunda kalo Ayah bangkrut. Di situ gue mikir dua kali untuk melangkah kan kaki gue ke gedung universitas yang gue inginin, jadi gue memilih untuk kerja aja bantu Ayah sama Bunda."
Fajar menepuk pundak sahabatnya itu, "Kenapa lo gak hubungin gue aja?"
"Awalnya gue mau hubungin lo, tapi gue mikir. Selama ini lo selalu bantu gue dan gue gak mau buat lo susah lagi hanya karena gue."
"Lo sahabat gue sejak lama Jul, kita temenan dari pertama kita masuk SMA dan lo, lo masih aja sungkan buat minta bantuan sama gue. Apapun yang lo butuhin pasti gue bantu Jul," kata Fajar sambil menepuk pundak sahabatnya.
Juliansyah mengeluarkan senyuman tulusnya, dari dulu hingga sekarang ternyata Fajar tidak pernah berubah. Hatinya tetap baik bak malaikat, teman yang punya tingkat kesolidaritasan tinggi.
"Terima kasih Jar."
Obrolan antara Fajar dan Juliansyah pun harus terhenti ketika melihat kedatangan orang yang mereka tunggu, nampak Fajri serta Nathan keluar dari kantor Polisi dengan wajah yang sama datarnya. Juliansyah dan Fajar pun bangkit berdiri kemudian menghampiri kedua cowok tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Day Ever (SUDAH TERBIT)
Teen FictionCover by : @arakim_design 15+ Ada arus deras yang terus menarik kaki Nathan. Membuat Nathan semakin lama semakin tenggelam. Tubuhnya dibiarkan terkulai dan tak berdaya. Tidak memiliki keinginan untuk berenang kembali ke permukaan. Sampai akhirnya, a...