Sudah seminggu lebih dia berada di Daerah Istimewah Yogyakarta, hari pertama berada di sini, awalnya dia merasa tidak betah. Mungkin karena suasananya terbilang baru untuk dirinya. Namun setelah beberapa hari berada di sini. Dia sudah bisa merasakan kenyamanan di tempat ini, tempat yang terasa asri dan sejuk.
Seorang gadis tengah duduk di sebuah kursi roda. Sambil menatap jalanan di pagi hari dari balkon kamarnya, jalanan nampak tenang dengan lancarnya arus perjalanan para pengendara.
Dia memutar kursi rodanya untuk masuk ke dalam kamarnya, dia berhenti di depan sebuah meja rias yang ada di kamarnya. Senyuman yang sulit diartikan oleh gadis tersebut ketika melihat pantulan dirinya di cermin.
Bibir pucat, pipi tirus, kelopak mata menghitam. Serta tubuh yang semakin hari semakin mengurus, belum terbiasa mungkin."Ini tuh diri aku atau bukan si?" Tanya gadis tersebut pada dirinya sendiri.
Dia mengelus kepalanya dengan lembut, "Habis sudah," katanya sambil tersenyum.
"Pagi Alisha."
Gadis tersebut memutar kursi rodanya ketika mendengar pintu kamarnya terbuka, gadis tersebut menatap malas orang tersebut.
"Ngapain kamu ke sini?" Tanyanya.
Sosok laki-laki melangkah mendekati gadis tersebut, kemudian dia berjongkok, satu tangannya terulur mencubit pipi tirus gadis tersebut.
"Alisha si gadis cengeng. Ko pagi-pagi mukanya udah ditekuk gitu? Kenapa si?" Tanya laki-laki tersebut.
"Gilang ih jangan cubitin pipi aku terus! Pipi aku tuh tirus gak tembem kayak dulu lagi!" Kesal Alisha.
Gilang memegang kedua bahu Alisha, "Mau pipi kamu tirus atau tembem pun, kamu tetep terlihat cantik di mata aku."
"Jangan gombalin aku terus! Nanti pacar aku marah lho," kesal Alisha.
"Punya pacar kok ditinggal-tinggal, pacarnya diambil orang tau rasa lho," kata Gilang sambil bangkit berdiri kemudian Gilang memutari tubuh Alisha.
"Lets go, kita sarapan. Yang lain untuk nunggu!" Seru Gilang sambil mendorong kursi roda yang diduduki Alisha.
🌻🌻🌻🌻
Di meja makan semua sudah berkumpul, Alisha duduk di samping Fajar saling berhadapan dengan Gilang yang hanya dibatasi oleh meja.
Alisha sama sekali tak minat menyentuh makanannya, pikirannya sekarang sedang berkelana entah ke mana. Nathan, hanya sosok itu yang terus Alisha pikirkan. Cowok yang statusnya masih pacar Alisha terpaksa harus Alisha tinggalkan. Bagaimana sekarang keadaan dia di sana? Apakah dia baik-baik saja? Alisha yakin keadaan Nathan di sana tidak mungkin bisa dibilang baik-baik saja. Bagaimana bisa Nathan tetap baik-baik saja di saat dia tengah kebingung mencari keberadaan kekasihnya yang pergi tanpa memberi penjelasan padanya.
Alisha yakin, pasti di sana Nathan tengah mencari-cari keberadaannya sekarang. Hari ini sejujurnya Alisha akan pulang ke Jakarta, kepulangannya ke sana hanya untuk mengunjungi sahabat-sahabatnya. Tapi tidak untuk mengunjungi Nathan, Alisha belum siap bertemu dengannya. Alisha hanya takut Nathan marah besar ketika bertemu dengannya nanti.
"Al."
Alisha tersadar dari lamunannya ketika ada seseorang yang menepuk bahunya, ia menoleh ke samping tempat di mana Fajar berada.
"Eh kenapa Kak?" Tanya Alisha.
"Kenapa gak makan? Ayo sarapan. Atau mau disuapin?" Baru saja Fajar menyentuh piring Alisha. Piring tersebut sudah ditarik duluan oleh Alisha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Day Ever (SUDAH TERBIT)
Teen FictionCover by : @arakim_design 15+ Ada arus deras yang terus menarik kaki Nathan. Membuat Nathan semakin lama semakin tenggelam. Tubuhnya dibiarkan terkulai dan tak berdaya. Tidak memiliki keinginan untuk berenang kembali ke permukaan. Sampai akhirnya, a...