Nathan baru saja bangun dari tidurnya, ia melihat jam weker yang berada di nakas. Jam sudah menunjukan pukul 08:00, sudah siang ternyata.
Nathan segera menyibakan selimut yang menutupinya kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket karena habis bangun tidur.
Tak membutuhkan waktu lama, Nathan sudah keluar dari kamar mandi dengan wajah yang terlihat lebih segar. Air pun masih menetes dari rambutnya yang basah karena Nathan habis keramas.
"Tergoda Dede. Bang."
Nathan sontak menoleh ke sumber suara, dapat dilihat Alvin yang tengah duduk di bibir kasur sambil menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Homo lo!" Ketus Nathan sambil melempar handuk basah ke wajah Alvin.
"Dari tadi ponsel lo bunyi terus tuh," kata Alvin memberitahu Nathan, tadi memang, ketika Nathan sedang mandi. Ponsel milik Nathan berbunyi terus. Alvin ingin melihatnya namun ia takut disangka tidak sopan. Karena itu juga kan privasi Nathan jadi Alvin tidak berhak untuk tahu.
Nathan segera berjalan menuju nakas tempat di mana ponselnya berada, benar kata temannya yang sableng itu. Ketika Nathan membuka kunci ponselnya, ada beberapa panggilan dari mamahnya serta dari Radit, ada apa gerangan apa kedua orang itu menghubungi Nathan?
Nathan menekan tombol sesuatu di layar ponselnya, kemudian ponsel tersebut ia dekatkan pada telinganya.
"Hallo."
"Hallo Nat."
"Ada apa mah?" Tanya Nathan datar.
Di sebrang sana Nathan dapat mendengar suara sang adik yang berbicara tidak jelas mengingat adiknya itu semakin hari semakin bertambah umurnya. Mengingat hal itu membuat Nathan rindu akan sosok El, adik kesayanganya.
"Lagi apa Nat, udah ketemu temen kamu belum? Kamu baik-baik aja kan? Udah sarapan belum nak? Jangan lupa makan yang banyak ya. Jaga dirinya di sana baik-baik. Jaga kesehatannya juga, cepet balik lho ke Jakarta, emangnya kamu gak kangen sama mama?"
"Iya ma." Hanya itu jawaban Nathan.
"Ya udah, mama tutup dulu telefonnya ya. Dari tadi El berisik banget."
Nathan tidak menjawab hingga akhirnya panggilan pun terputus.
"Siapa Nat? Pacar baru ya?"
Nathan sontak menoleh ke sumber suara, ia dapat melihat Alvin yang tengah menatapnya dengan tatapan penuh kekepoan. Emang ya sifat keponya itu gak pernah hilang dari SMP.
"Ngapain gue cari pacar baru, kalo Alisha yang sederhana kayak gitu aja udah bisa bikin gue bahagia," jawab Nathan datar. Kemudian Nathan berjalan menuju balkon untuk melihat pemandangan di pagi hari ini.
"Terus kalo bukan pacar siapa dong?"
"Lo dari tadi ngeliatin gue telefonan tanpa ngedenger gitu gue ngomong apa?" Tanya Nathan.
"Kalo kata gue si itu mama lo."
Nathan melempar sesuatu ke arah Alvin sanking kesalnya.
"Kalo lo tau kenapa nanya setan!"
Alvin menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Ya kan hanya memastikan aja, eh Nat. Kapan lo balik ke Jakarta?"
Nathan juga tidak tahu kapan ia akan kembali ke Jakarta, sementara sampai saat ini Nathan belum berhasil menemukan di mana gadisnya itu berada, Nathan tak ingin kedatangannya ke sini berakhir sia-sia. Intinya Nathan harus bisa menemukan Alisha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Day Ever (SUDAH TERBIT)
Teen FictionCover by : @arakim_design 15+ Ada arus deras yang terus menarik kaki Nathan. Membuat Nathan semakin lama semakin tenggelam. Tubuhnya dibiarkan terkulai dan tak berdaya. Tidak memiliki keinginan untuk berenang kembali ke permukaan. Sampai akhirnya, a...