Alisha akhirnya bisa bernapas lega, setelah lima hari berkutat dengan kertas-kertas yang membuat kepalanya pening.
Hari ini semua siswa siswi SMA Pijar Alam diberi kebebasan, karena habis ulangan tak ada lagi pembelajaran. Sementara guru-guru pun sedang mengadakan rapat.
Kini Nathan, Alisha dan teman-temannya sedang berkumpul di rooftop, mereka tidak memilih berkumpul di kantin atau di taman belakang sekolah, karena kedua tempat itu selalu ramai ketika siswa-siswi diberik kebebasan seperti sekarang. Mereka lebih memilih rooftop untuk berkumpul karna tempat nya yang nyaman dan jauh dari keramaian. Jarang juga siswa-siswi yang ke tempat ini terkecuali Nathan dan teman-temannya.
"Woy, diem-diem bae ngopi lah!" Teriak Arya dan Rezvan, yang baru saja datang dengan membawa dua kantung plastik berisikan makanan ringan dan minuman untuk teman-temannya.
"Berisik lo!" Omel Radit.
"Westt, santai dong," jawab Arya sambil nyengir.
"Wih Gak berasa Ya Bentar lagi kita naik kelas Dua belas. Udah mau lulus aja," kata Arya, yang mengambil duduk di samping Radit.
"Gak berasa juga udah lama banget gue deket sama Alisha." Entah ada angin apa yang membuat Nathan tiba-tiba saja mengatakan hal itu. Semua mata pun tertuju pada Nathan, Nathan yang mendapat tatapan seperti itu dari teman-temannya, hanya memasang wajah datar seolah-olah tak terjadi apa-apa.
Alisha hanya diam, menundukan kepalanya. Alisha tak berani untuk menatap Nathan.
"Ngapain nunduk gitu?" Tanya Nathan. Alisha mendongakan kepalanya melihat ke arah Nathan dan hanya menggeleng.
Mereka pun mengobrol ria, hingga sesekali tertawa karena candaan garing yang dilontarkan oleh Arya dan Rezvan.
Nathan hanya menggelengkan kepalanya, melihat tingkah kedua temannya itu. Di antara ke tiga temannya itu yang tidak aneh hanya Radit.
"Pensi diadainnya kapan?" Tanya Sania.
"Nanti kalau kita udah kelas dua belas," jawab Radit.
"Mau nunjukin bakat apa nih?" Tanya Shila.
"Gue si rencananya mau nyumbang suara bareng Sania," jawab Rezvan dan hanya diangguki oleh Sania.
Semua mata pun tertuju pada Rezvan dan Sania."Kalian berdua jadian?" Tanya Kara.
Sania membulatkan kedua bola matanya. Bagaimana bisa Kara melontarkan pertanyaan seperti itu.
"Belum," jawab Rezvan.
"Kalo belum, berarti mau dong?" Pekik Shila.
"Liat aja nanti." Jawab Rezvan dengan gaya so coolnya.
Nathan dan Alisha hanya menyimak pembicaraan teman-temannya, karena ingin ikut nimbrung pun mereka bingung harus berbicara apa.
"Ya, biji mana kalau kita duet?" Usul Rezvan pada Arya sahabatnya itu.
"Njir. Ide bagong tuh, eh bagus maksug gue. Tapi gue kurang yakin si," jawab Arya.
"Gak yakin kenapa?" Tanya Rezvan.
"Gue gak yakin kalau acara bakalan sukses kalau gue duet sama lo. Secara gue adik Niall Horan otomatis suara gue bagus dong, lah coba lo Van, suara aja kayak kambing kejepit lehernya. Bisa-bisa acara ancur nanti," ujar Arya yang membuat semuanya tertawa. Kecuali Rezvan. Rezvan menatap tajam ke arah sahabatnya itu ia kesal dengan perkataan Arya yang meledekanya barusan.
"Najis. Gak jadi gue duet sama lo!" Kesal Rezvan.
"Kalau lo berdua duet, cem-ceman lo mau di kemanain pea!" Radit menoyor kencang kepala Arya dan Rezvan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Day Ever (SUDAH TERBIT)
Teen FictionCover by : @arakim_design 15+ Ada arus deras yang terus menarik kaki Nathan. Membuat Nathan semakin lama semakin tenggelam. Tubuhnya dibiarkan terkulai dan tak berdaya. Tidak memiliki keinginan untuk berenang kembali ke permukaan. Sampai akhirnya, a...