Nathan, Radit dan Rezvan kini tengah berdiam diri di pembatas koridor sambil melihat-lihat lapangan yang sangat ramai oleh siswa-siswa yang tengah bermain bola. Siswa-siswi SMA Pijar Alam hari ini dibiarkan bermain-main karena Guru-Guru pun sedang ada rapat untuk membahas kelulusan kelas dua belas nanti.
Rezvan sibuk mengigiti sedotan yang entah darimana ia dapat. Membuat Radit yang berada di sampingnya merasa jijik karena sesekali air liur Rezvan merembes keluar.
"Van buang apa ih, jorong banget!" Kata Radit menatap ke arah Rezvan jijik.
"Gantiin pakek rokok sini." Rezvan menengadahkan satu tangannya meminta benda yang berbentuk panjang untuk dihisap asapnya.
"Di sekolah bego, tau tempat dong!" Omel Radit.
Saat kedua cowok itu tengah beradu bacot, tiba-tiba datang ketua Osis yang belum lama ini terpilih. Membuat Nathan, Radit dan Rezvan menatap bingung ke arahnya.
"Eh Uji nyali, ada apa Ji?" Tanya Radit.
Cowok kelas sebelah yang bernama Uji tersebut memberikan tiga buah baju berwarna putih yang masih bersih di dalam plastik bening kepada Radit.
"Nih kak, hari ini seluruh anggota Osis lagi bagiin baju buat pensi kelulusan kelas dua belas nanti. Jangan lupa dipake ya Kak," kata Uji.
Radit menerima tiga baju tersebut, "Oke Ji makasih yo."
Kemudian Uji pun melangkah pergi untuk kembali melakukan kegiatannya yaitu membagikan baju kepada siswa-siswi yang lain.
"SMA Pijar Alam. Jadilah pelajar yang elegan tanpa harus merusak masa depan anjir keren bro kata-katanya," seru Rezvan kala ia membuka salah satu plastik yang berisi baju tersebut, Rezvan membuka lipatan baju berwarna putih tersebut kemudian membaca sebuah kalimat yang menurut Rezvan keren.
"Keren gak Nat?" Tanya Rezvan.
"Ya," jawab Nathan datar.
Ketiga cowok itu kembali melihat ke arah lapangan yang semakin ramai entah karena apa. Tiba-tiba banyak siswa-siswi yang berlarian menuju gerbang sekolah sepertinya kedatangan sesuatu yang menarik di sana.
"Ada apaan tuh?" Tanya Rezvan sambil menunjuk kerumunan yang berkumpul di depan gerbang.
"Blackpink kali, mau konser di sini ayee ayeee haha."
"Gak lucu, cepet liat," kata Nathan. Kemudian cowok itu melangkah duluan diikut dua temannya di belakang.
Ketika Nathan dan teman-temannya menuruni tangga yang mengarah pada lapangan. Tiba-tiba saja datang Bu Mala serta dua Polisi yang entah mengapa bisa berdiri di depan mereka saat ini.
Rezvan yang saat itu masih mengigiti sedotan, menatap kedua Polisi tersebut dengan mulut menganga sampai-sampai sedotan tersebut jatuh. Untung hanya sedotan tidak dengan air liurnya juga yang jatuh bisa-bisa rusak citra Rezvan di depan Polisi-Polisi gemuk itu.
"Bunda."
Bu Mala menatap ke arah Nathan dan Radit. Bu Mala menghela napasnya kasar kemudian kepalanya ia geleng-gelengkan dan hal itu berhasil mendapat tatapan bingung dari Nathan dan juga Radit.
"Ada apa?" Tanya Nathan datar.
Bu Mala menepuk pundak Nathan.
"Pertanggung jawabkan perbuatan kalian."
"Perbuatan apa sih Bunda?" Tanya Radit tak mengerti.
Salah seorang dari Polisi itu mengeluarkan sabu-sabu dan juga alat penghisap.
Nathan dan Radit terkejut melihat benda yang kemarin mereka lihat waktu di gudang. Benda yang digunakan oleh adik-adik kelasnya.
"Barang bukti sudah ada di tangan kami, sebaiknya kalian ikut kami sekarang," kata salah satu Polisi tersebut. Kedua Polisi tersebut segera manarik tangan Radit dan juga Nathan sementara Rezvan dibiarkan diam mematung saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Day Ever (SUDAH TERBIT)
Teen FictionCover by : @arakim_design 15+ Ada arus deras yang terus menarik kaki Nathan. Membuat Nathan semakin lama semakin tenggelam. Tubuhnya dibiarkan terkulai dan tak berdaya. Tidak memiliki keinginan untuk berenang kembali ke permukaan. Sampai akhirnya, a...