Part 61✓

3K 139 6
                                    

"Lepasin gue!" Shila terus meronta di sebuah kursi yang saat ini ia duduki, namun kursi tersebut diikatkan pada tubuhnya sehingga Shila sulit untuk bergerak.

Di sampingnya, ada Sania dan Azelia yang belum sadar, tadi mereka sempat sadar, namun karena mereka berdua terus berisik dan berteriak, membuat mereka menjadi bahan amukan orang-orang yang menculik mereka.

Shila menyaksikan Sania ditonjok sehingga membuat Sania tak sadarkan diri, sementara Azelia. Shila menangis melihat keadaan Azelia yang begitu parah, di bagian mata Azelia mengeluarkan darah. Pipinya terluka dan terdapat darah yang sudah kering. Azelia ditampar menggunakan sebuah papan kayu yang ada pakunya. Azelia pingsan dengan keadaan wajah yang mengenaskan.

"Bisa diem gak si lo?!" Bentak seseorang yang menggunakan masker untuk menutupi wajahnya.

"Brengsek lo semua!" Maki Shila tepat di wajah orang tersebut.

Plak

Lagi-lagi Shila mendapat tamparan keras di pipi mulusnya. Entah sudah berapa banyak tamparan yang berhasil mengenai wajahnya. Shila hanya bisa menangis. Ia terus merapalkan doa berharap ada orang yang mau membantu mereka.

Shila dapat melihat rembulan yang menjadi penerangan di tempat kotor ini, Shila juga dapat melihat permukaan tanah yang begitu jauh karena ia berada di sebuah rooftop yang menjadi markas orang-orang yang menculiknya.

🌻🌻🌻🌻

Berpuluh-puluh motor sudah berjalan meninggalkan kediaman rumah Arya tepat pukul 00:00.

Banyaknya anggota yang pergi untuk menuju tempat tujuan, sebuah tempat yang sudah diberitahu sang musuh untuk segera mereka datangi demi menyelawatkan nyawa seseorang.

Nathan tidak mengendarai motor, ia menggunakan mobil Radit, mobil Radit ditumpangi oleh dirinya, Radit, David dan Fajri. Yang membawa motor di persilahkan untuk jalan duluan. Sementara yang menggunakan mobil mengikuti dari belakang.

"Gue kira Bagas udah gak ada," kata Radit yang sedang mengemudi.

Nathan menoleh ke samping tempat di mana Radit berada.

"Gue yakin, Bagas pasti mau balas dendam gara-gara kejadian beberapa tahun lalu," jawab Nathan.

"Kak Bara mati di tangan temen kita, Bagas gak akan mudah menerima semua itu," ujar Fajri.

David yang duduk di belakang bersama Fajri, hanya diam saja, karena ingin ikut nimbrung pun David bingung harus ngomong apa. Karena ia tak tahu permasalahan apa yang sebenarnya terjadi, pikirannya hanya fokus pada sosok gadis yang saat ini sangat ia khawatirkan keadaannya.

"Tenang," kata Fajri sambil menepuk pundak David.

Karena kejadian ini pula David jadi mempunyai banyak teman, walaupun ia masih sedikit canggung. Awalnya David mengira komplotan-komplotan yang didirikan oleh Nathan dan Fajri hanya sebuah geng yang tidak berfaedah yang taunya hanya mencari masalah saja. Tapi semua itu tidak semuanya benar, ternyata mereka semua baik. Mereka dengan sabarnya membantu menenangkan David yang tengah diliputi rasa takut, dan mereka juga berbaik hati mau membantu mencari keberadaan gadisnya.

"Bagas sebenernya ngincer cewek lo Nat," kata Fajri tiba-tiba.

Sontak Nathan pun menoleh ke arah Fajri.

"Maksud lo apa?" Tanya Nathan datar.

"Gue dapet info dari temen gue, kalo Bagas lagi cari cewek lo dan juga Fajar, karena yang Bagas tau Fajar adalah temennya abang gue."

Best Day Ever (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang