Part 64✓

3.1K 166 28
                                    

Nathan yang tengah dipapah oleh Rezvan, seketika menghentikan langkahnya, bukan hanya dirinya. Bahkan Rezvan pun sama. Teman-teman Nathan yang lain Juga sama sampai menghentikan aksi mereka, semua tatapan mengarah pada pintu rooftop yang sudah terdapat seorang gadis yang memakai sebuah hoddie dan membiarkan tudung hoddienya itu menutupi bagian kepalanya.

Di karenakan hari sudah semakin pagi, wajah gadis itu bisa terlihat jelas. Bahkan, Nathan yang melihatnya saja sampai menahan kedua kakinya yang bergetar hebat, tubuhnya yang sudah lelah karena dipukuli, semakin tambah lelah saja. Nathan seakan ingin menjatuhkan diri saja ke lantai. Ia tak kuat menompang tubuhnya.

Kedua mata bengkak Nathan berkaca-kaca melihat pemandangan di depannya, seseorang yang sudah lama ia cari-cari keberadaanya kini dengan sendirinya hadir tepat di depannya, jaraknya memang jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Namun, Nathan bisa merasakan jika sosok itu begitu dekat dengannya.

Fajar yang baru saja menumbangkan musuh terakhirnya, seketika memutar tubuhnya, Fajar mematung melihat orang yang sangat ia sayangi benar-benar ada di tempat seperti ini. Padahal Fajar tahu, jika keadaan orang tersebut tengah dalam bahaya.

"Al-Alisha.." lirih Fajar.

Sekuat mungkin Alisha menahan rasa sakit di kepalanya serta di organ tubuhnya yang lain, belum lagi perutnya bergejolak ingin muntah. Dalam keadaan seperti ini penyakitnya ini tidak bisa diajak kompromi. Alisha berusaha membuat kakinya terus berdiri tegak di saat kakinya ini sedang bergetar hebat. Dari kejauhan ia dapat melihat seseorang yang tengah dirangkul oleh temannya, keadaan orang tersebut bisa dibilang tidak baik-baik saja. Apalagi sosok itu adalah sosok yang amat sangat Alisha sayangi. Yang amat sayang Alisha rindukan kehadirannya.

Alisha meneteskan air matanya kala melihat Nathan berlari ke arahnya, seberusaha mungkin Alisha menahan dirinya agar tidak berteriak saat itu juga.

Senang? Tentu saja, namun Alisha juga sangat takut dan khawatir melihat keadaan Nathan sekarang, wajah Nathan nampak babak belur sampai-sampai susah untuk dikenali. Tapi walaupun begitu, Alisha masih sangat mengenali Nathan. Sosok laki-laki yang sampai saat ini masih mengisi relung hatinya, sampai Akhirnya.

Hap

Kedua kaki Alisha melangkah sedikit kebelakang. Kala seseorang tiba-tiba saja memeluknya erat, Alisha dapat merasakan degupan jantungnya berdetak begitu cepat, bahkan kedua kakinya seolah tak bisa lagi menahan berat tubuhnya. Hingga entah disadari atau tidak, kedua tangan Alisha terangkat membalas pelukan orang tersebut, Alisha memeluk Nathan begitu erat sangat erat.

🌻🌻🌻🌻

Tak ingin membuang waktu lagi, walaupun masih dalam keadaan terkejut dan belum meyakininya. Kedua kaki Nathan melangkah cepat menghampiri seseorang yang masih berdiam diri di pintu rooftop, bahkan Nathan tak menanggapi teriakan Rezvan yang tadi sempat ia dorong.

Walaupun dalam keadaan tengah kesakitan, Nathan dapat berlari cepat menghampiri sesuatu yang amat sangat berharga baginya, tak peduli jika orang itu akan menolaknya mentah-mentah ketika melihat wajah Nathan yang babak belur seperti ini.

Sampai akhirnya kedua tangan Nathan benar-benar mengunci tubuh mungil orang tersebut, Nathan menumpahkan rasa kerinduan yang ia pendam dalam jangka waktu yang lama ini dalam pelukan orang tersebut, ketika orang tersebut juga membalas pelukannya dengan tak kalah eratnya. Nathan merasakan kedua pipinya basah kala cairan bening berhasil lolos keluar dari pelupuk matanya.

"Gue harap gue gak mimpi...Gue harap ini bener-bener lo," lirih Nathan.

"Gue rindu.."

Best Day Ever (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang