Part 75✓

3.4K 150 2
                                    

Semuanya mendadak panik, lagu yang semula disetel mendadak dimatikan, guru-guru yang masih berada di atas panggung seketika langsung turun menghampiri kerumunan.

Nathan memangku kepala Alisha di pahanya, kesedihannya bertambah kala melihat kondisi Alisha yang begitu mengenaskan, apalagi mulut serta hidung Alisha yang dilumuri darah sampai darahnya jatuh mengenai baju putih yang dikenakan gadis itu.

Shila dan Sania berusaha untuk menghampiri sahabat mereka itu, namun Arya dan Rezvan menahannya.

Siswa-siswi yang berkerumunan menatap sedih ke arah Alisha, topi putih yang dikenakan gadis itu terlepas sampai memperlihatkan kepalanya yang hampir botak, semuanya terkejut melihat hal tersebut.

Bu Mala sudah berjongkok di samping Nathan yang terus menyebutkan nama Alisha. Meminta gadis tersebut untuk bangun.

"Nak, cepat bawa ke rumah sakit." Bu Mala menepuk pundak Nathan.

Kedua bola mata Nathan yang memerah menatap ke arah Bu Mala kemudian ia mengangguk, segera Nathan bangkit berdiri kemudian membopong tubuh Alisha. Ia harus segera membawa gadis itu ke rumah sakit sebelum terlambat.

"Yang lain, kalian boleh bubar. Kecuali anggota Osis!" Teriak Bu Mala.

🌻🌻🌻🌻

Taksi online yang sudah dipesan Radit, sudah menunggu di gerbang sekolah.

"Nat, gue sama yang lain nyusul di belakang," kata Radit sambil membantu Nathan untuk masuk ke dalam taksi, Nathan tak menjawab karena fokusnya hanya pada Alisha yang tak sadarkan diri, sampai Akhirnya taksi pun melaju menuju rumah sakit.

Radit, Arya dan Rezvan memasuki mobil sport milik Radit. Sementara Shila san Sania memasuki mobil merah milik Sania. Kedua mobil tersebut melaju cepat membelah jalanan.

Sopir taksi yang membawa Nathan dan Alisha nampak prihatin melihat Nathan yang tengah menangisi seorang gadis yang tak kunjung bangun.

Nathan terus menerus menepuk pipi gadis itu berharap agar Alisha segera bangun, kenapa Nathan dengan bodohnya tak sadar bahwa selama acara pensi Alisha sedang kesakitan.

Dan sekarang lihat, keadaan Alisha buruk. Bajunya berlumuran darah, Nathan sudah menghapus sebagian darah yang ada di mulut serta hidung Alisha dengan tisyu yang sebelumnya diberikan oleh Sopir taksi.

Sampai akhirnya Taksi tersebut berhenti tepat di depan rumah sakit, sopir taksi tersebut membantu Nathan untuk membawa Alisha. Sampai akhirnya beberapa perawat rumah sakit datang membawa brankar kosong, Nathan membaringkan tubuh gadis itu di brankar tersebut, kemudian dengan cepat brankar didorong oleh perawat rumah sakit.

Lorong-lorong rumah sakit terdengar begitu ramai kala derap langkah kaki serta suara roda brankar terdengar begitu menggema.

Sampai akhirnya brankar tersebut berhenti berjalan kala sudah sampai di depan UGD, seperti biasa Nathan pasti selalu tak diizinkan masuk dan Nathan hanya bisa menuruti apa kata Perawat.

Tubuh Nathan merosot duduk di atas dinginnya lantai rumah sakit, padahal di sampingnya tersedia kursi yang menempel pada dinding yang memang disediakan oleh pihak rumah sakit sebagai alat untuk menunggu.

Untuk kesekian kalinya gue gagal lagi.

Nathan mengacak rambutnya frustasi, berkali-kali ia membenturkan kepalan tangannya ke tembok. Tak peduli dengan rasa sakit yang ia terima karena ini semua tidak sebanding dengan rasa sakit yang gadis itu alami saat ini.

Best Day Ever (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang