Seperti biasa, bangunan tua bekas rumah sakit yang berada di daerah Jakarta ini selalu ramai di malam hari oleh para remaja yang nongkrong ditemani oleh berbotol-botol alkohol dan berbatang-batang rokok yang puntungnya sudah berserakan di lantai kotor.
Tak ada yang mengetahui jika tempat ini dijadikan markas oleh anak-anak remaja itu, mungkin yang orang-orang ketahui jika melihat bangunan ini adalah tempat yang angker.
Bukan hanya laki-laki remaja saja yang berada di sini, namun ada juga beberapa gadis yang berpakaian sangat minim. Bertugas untuk menghibur para laki-laki remaja di sini.
Padahal usia mereka terbilang muda mengingat sebagian dari mereka masih duduk di bangku SMA tapi sudah berani melakukan hal-hal seperti itu.
"Fajri udah bebas, dan gue denger-denger, Nathan ninggalin kota ini demi mencari ceweknya yang lemah itu," kata seorang cowok sambil menghadap ke arah laki-laki yang tengah duduk di sebuah sofa yang menjadi singgasananya.
"Percepat semuanya, agar dendam gue cepet-cepet terbayar," jawab laki-laki tersebut.
"Gak salah kita semua nyuruh lo buat gabung sama geng Nathan, gue salut sama lo Pay."
Opay hanya tersenyum bangga karena usahanya saat ini berjalan dengan mulus.
"Gak jahat kan gue, ngejebak temen gue sendiri?" Tanya Opay sambil menatap ke arah teman-temannya yang tengah berkumpul itu.
"Masih aja lo mau bersikap baik sama mereka, mengingat dulu, mereka udah buat orang yang lo sayang pergi," jawab salah satu temannya.
"Udah lama gue nyusun rencana, buat ngancurin semuanya. Dan ini saatnya, jalanin semuanya!" Kata seorang laki-laki yang menjadi pemimpin di geng yang dia buat itu. Ia menginjak puntung rokok dengan sepatu miliknya.
🌻🌻🌻🌻
Alvin tidak ada di rumah malam ini, karena dia tengah membeli sesuatu untuk keperluan sekolahnya mengingat sebentar lagi dia akan masuk sekolah setelah menjalankan skorsingnya selama seminggu.
Nathan dibiarkan berdiam diri di rumah yang terbilang cukup besar ini, cuaca malam ini terlihat sangat mendung. Benda langit yang dilihat sangat kecil namun indah yang biasanya berhamparan di atas hitamnya langit malam, namun malam ini tidak ada satupun. Bulan yang biasanya bertugas untuk menerangi bumi dengan cahayanya kini kehadirannya pun tak ada.
Bosan juga ditinggal sendirian di sini, tapi Nathan bingung harus ke mana untuk menghilangkan rasa bosannya. Nathan juga tidak terlalu mengenal daerah di sini. Nathan takut nyasar jika ia berjalan sendirian di daerah ini.
Nathan meronggoh ponselnya yang berbunyi, panggilan video berasal dari Radit. Nathan pun segera menekan tombol ikon agar panggilan pun terhubung.
"Woyyyy Nathan bro, apa kabar sob?"
Nathan dapat melihat Radit, Arya dan Rezvan tengah berkumpul. Nathan sangat mengenali tempat di mana teman-temannya berada. Itu kamar Radit yang sudah seperti kapal pecah.
Nathan tersenyum kecil melihat kebersamaan teman-temannya.
"Gue baik, gimana kabar lo semua?" Tanya Nathan.
"Gak usah ditanya, kabar gue di sini baik. Tapi gak tau deh sama tuh bocah berdua," jawab Radit di sebrang sana.
"Weh kabar gue juga baik, cuma Rezvan doang tuh yang kaga. Kurang suntikan rabies dia jadi gila haha," timpal Arya sambil tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Day Ever (SUDAH TERBIT)
Teen FictionCover by : @arakim_design 15+ Ada arus deras yang terus menarik kaki Nathan. Membuat Nathan semakin lama semakin tenggelam. Tubuhnya dibiarkan terkulai dan tak berdaya. Tidak memiliki keinginan untuk berenang kembali ke permukaan. Sampai akhirnya, a...