Part 37✓

3.9K 177 3
                                    

"Lihat lah dan buka lah mata hati mu..Melihatnya lemah terluka...Namun semangatnya takan pernah pudar hingga Tuhan kan berikan jalannnn na na na." Nathan yang sedang lesehan duduk di karpet ruang tamu pun menoleh ke arah sumber suara. Terdapat tiga temannya yang sedang menyanyikan sountrack orang pinggiran.

Nathan memutar bola matanya malas, "Berisik!" Kata Nathan datar. Kemudian mata tajam itu kembali menatap layar televisi yang ada di depannya. Sekitar lima belas menit yang lalu Nathan baru saja pulang dari rumah sakit, keadaannya sudah membaik jadi ia diperbolehkan untuk pulang.

Radit, Arya dan Rezvan ikut-ikutan duduk lesehan di karpet bersama sang punya rumah.

"Mau ke mana lo?" Tanya Nathan datar sambil menatap ke arah tiga temannya. Penampilan tiga temannya sore ini ya cukup keren lah, Radit memakai kemeja putih dibalut jas berwarna putih pula. Begitu pun dengan Arya dan Rezvan.

"Akibat kepala dibungkus kelamaan nih kayanya, lo jadi pelupa gini. Lo gak lupa kan jam lima sore ini di sekolah ada acara pensi?" Tanya Rezvan sambil mengambil sebuah toples cemilan yang berada di meja kecil dekat sofa.

"Oh."

"Jangan sedih Nat karena gak bisa ikut. Nanti juga lo bisa liat ko acara demi acara di pensi nanti," kata Arya sambil menepuk-nepuk pundak temannya itu.

"Gimana caranya gue bisa liat, kan gue gak ikut!"

"Tenang, nanti gue minta bantuan anggota Osis buat videoin acara pensi dari awal sampe akhir. Nanti gue kasih liat videonya ke elo, sama aja ya gak?"

"Terah kamu wae lah," jawab Radit

"Si gendut mana Nat?" Radit mengedarkan pandangannya ke setiap sudut rumah Nathan mencari bocah kecil yang biasanya suara gak jelasnya itu kedengeran sampe ruang tamu.

"Ikut mamah belanja," jawab Nathan tanpa melihat ke arah Radit.

"Gue punya tebak-tebakan nih, Akar-akar apa yang bikin telat?" Tanya Arya sambil menatap satu-persatu temannya.

"Akar rambutan!" Jawab Rezvan.

"Salah."

"Akar rambut!" Jawab Radit.

"Salah."

"Gak mau jawab lo Nat?" Tanya Arya

"Gak."

"Oke kalo gitu, jawabannya adalahhh...Akarang mending kita pulang bego! Udah jam lima nih." Arya menjitak kepala Radit dan Rezvan kencang.

"Ohh iyaa, Ya udah bro kita balik dulu ya. Cepet sembuh lo," kata Radit sambil menepuk bahu Nathan.

"Hmm." Nathan hanya bergumam saja sebagai jawaban.

Nathan menghela napas kasar, rasa bosan mulai menghinggapi dirinya. Barusan saja ia ada teman untuk diajak ngobrol walaupun ia hanya mengeluarkan sekata dua kata.
Nathan melirik jam dinding dan benar saja jam sudah menunjukan pukul 17:05. Lebih baik sekarang ia mandi saja sambil menunggu mamah serta papahnya pulang.

Baru saja kaki Nathan menginjak satu anak tangga, suara deruman mobil yang masuk ke pekarangan rumahnya menghentikan langkahnya. Nathan tidak jadi menaiki anak tangga untuk menuju ke kamarnya. Ia memilih untuk menunggu mamah serta papahnya di sofa saja.

"Bapak pulanggg!" Teriakan Irfan menggema di setiap sudut ruangan.

Nathan memutar bola matanya malas, "Lama!" Ketus Nathan.

"Yaelah maaf mass bro, kamu tau sendiri lah ibu-ibu kalo belanja tuh kayak gimana. Tadi papah aja hampir lumutan nungguin mamah," jawab Irfan sambil menghempaskan bokongnya di sofa samping Nathan.

Best Day Ever (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang