Tok..tok.
"Kak, buka!" Seorang gadis berteriak-teriak sedari tadi di luar, agar yang di dalam mau membuka pintunya, namun. Sudah beberapa menit ini tak ada tanda-tanda pemilik kamar mau membuka pintunya.
Kesabaran si gadis pun habis, ia mengedor-gedor pintu kamar Kakaknya lebih kencang lagi.
"KAK, BUKA PINTUNYA!" Teriak gadis itu untuk kesekian kali.
Klek
Munculah sosok laki-laki dengan rambut yang acak-acakan, serta mata yang sipit khas bangun tidur, dia merengangkan kedua tangannya mencoba mencari kesadarannya, setelah matanya terbuka sempurna. Dia menatap malas sang Adik yang ada di depannya ini.
"Mau apa?" Tanya laki-laki tersebut dengan suara serak.
Tanpa menjawab, gadis tersebut main nyelonong masuk kamar Kakaknya, membuat sang pemilik kamar menggerang frustasi. Sebenarnya ini sudah menjadi kebiasaan Adiknya main nyelonong masuk kamarnya begitu saja. Dia pun menanggapinya dengan santai. Namun untuk kali ini, tak bisa dianggap santai karena Adiknya sudah mengganggu tidur sorenya.
"Ngapain sih?!" Tanyanya dengan nada ketus.
"Aku mau cerita," jawab gadis itu.
"Alisha. Adikku yang manis, nanti aja deh ceritanya. Kakak ngantuk sekarang!" Fajar menghempaskan tubuhnya ke atas kasur empuknya. Kemudian menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.
"Kak, pamali tidur magrib-magrib begini, kak sebentar aja." Alisha merengek-rengek sambil menarik-narik selimut Fajar.
Fajar menghembuskan napasnya kasar, kemudian ia bangkit mendudukan tubuhnya, "Mau cerita apa, kalau gak penting mending nanti aja."
"Soal penyakit aku," kata Alisha pelan.
Fajar menggeser duduknya semakin mendekat dengan Alisha. Rasa ngantuknya mendadak hilang ketika mendengar topik yang akan dibicarakan Alisha, "Lo ngerasain sakit lagi?" Tanya Fajar khawatir.
Alisha mengangguk, "Tadi si iya pas jenguk Nathan, kepala aku sakit banget."
"Lo gak nemuin Om Hendra?" Tanya Fajar.
"Enggak, aku males buat ketemu Om. Nanti pasti pembicaraannya sama lagi."
"Kak, Nathan udah tahu soal penyakit aku," lanjut Alisha.
Fajar pun sudah tahu sejak beberapa waktu lalu, "Iya, kakak tau. Terus?"
"Tadi waktu di rumah sakit.." Alisha menceritkan kejadian di rumah sakit tadi, kejadian di mana yang membuatnya menangis atas bentakan yang dilontarkan Nathan, Alisha mencoba menceritakan kejadian tadi sedetail mungkin.
Fajar hanya mengangguk-nganggukan kepala mendengar cerita Alisha, "Ada benernya juga Nathan marah sama lo. Siapa si Sha yang gak marah kalau pacarnya tuh gak terbuka, selalu menyembunyikan sesuatu. Waktu itu Nathan tau soal penyakit lo, mukanya tuh langsung berubah. Dia tuh Khawatir sama lo Sha," ujar Fajar.
Alisha menelan ludahnya, rasanya sesak ketika mendengarnya. Sekarang ia sadar bahwa ia salah, wajar saja kalau Nathan marah sampai membentaknya. Seharusnya bukan Nathan yang meminta maaf. Melainkan dirinyalah yang meminta maaf, ia juga merasa bersalah karena sempat berlaku kasar pada Nathan. Setelah mendengar penuturan Fajar, Alisha akan mencoba memperbaiki semuanya.
"Aku sadar Kak, kalau Alisha salah," lirih Alisha.
Fajar tersenyum, lalu mengusap lembut rambut Alisha. Fajar melihat telapak tangannya, terdapat beberapa helai rambut Alisha yang rontok, sebelum Alisha mengetahuinya Fajar segera membuang rambut tersebut ke sembarang arah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Day Ever (SUDAH TERBIT)
Teen FictionCover by : @arakim_design 15+ Ada arus deras yang terus menarik kaki Nathan. Membuat Nathan semakin lama semakin tenggelam. Tubuhnya dibiarkan terkulai dan tak berdaya. Tidak memiliki keinginan untuk berenang kembali ke permukaan. Sampai akhirnya, a...