Part 63✓

3K 143 15
                                    

Nathan mengedarkan pandangannya melihat betapa luasnya rooftop ini yang sudah menjadi lautan darah.

Nathan dapat melihat banyaknya orang-orang yang tak sadarkan diri dalam keadaan yang sangat mengenaskan. Nathan juga dapat melihat tak sedikit dari temannya yang tumbang.

Nathan merasakan nyeri yang luar biasa di bagian tangannya karena sempat tergores samurai.

"Bangun Zel, Azel bangun!"

Nathan menghampiri David yang tengah menangis. Mencoba membangunkan Azelia yang tak kunjung membuka matanya. Saat ini mereka berada lumayan jauh dengan kerumunan yang sedang bertarung.

"Nat, bantu yang lain Nat!"

Nathan menoleh ke sumber suara dan ia mendapati Fajri dengan keadaan wajah yang dilumuri oleh banyaknya darah. Nathan meringis menatap hal itu. Teman-temannya banyak yang tumbang dengan keadaan berlumuran darah. Sementara Nathan masih saja ganteng tidak terkena bogeman sedikit pun karena Nathan hanya melawan satu orang saja demi menyelamatkan ketiga gadis itu.

"Rezvan nangis terus Nat!" Tiba-tiba saja Morgan datang. Morgan sama dengan Fajri. Wajahnya sudah babak belur dan dilumuri oleh darah namun tidak terlalu parah.

"Tuh bocah ngapa si, keadaan lagi kayak gini malah nangis!" Gerutu Radit.

"Udah Dit, kita mastiin nanti. Yang penting sekarang kita lawan pasukan Bagas," kata Nathan. Radit pun berusaha untuk tetap tenang. Kemudian ia mengangguk. Nathan, Radit, Fajri dan Morgan berlari dan ikut bergabung dengan orang-orang yang tengah bertempur itu.

"Tetep hati-hati," kata Nathan. Kemudian semuanya pun berpencar untuk mencari lawan mereka untuk mereka habisi.

Nathan melihat Bagas yang begitu tenangnya menonton pertempuran ini tanpa berniat untuk ikut bergabung.

"Kenapa lo gak ikut, takut?"

Bagas yang tengah menikmati pemandangan yang ada di depannya itu, seketika dikacaukan oleh kedatangan seseorang yang sejak tadi Bagas cari keberadaanya.

"Lo coba nyerahin nyawa lo sama gue?" Tanya Bagas sambil melangkah mendekati Nathan yang terlihat sangat tenang itu.

Nathan sama sekali tak takut kala melihat di tangan Bagas sudah ada sebuah samurai yang sangat tajam, kalaupun Nathan harus mati di tangan Bagas, tak apa, itu mungkin memang sudah jalannya. Tugasnya untuk menyelamatkan nyawa seseorang sudah selesai.

Wajah Bagas sama seperti wajah Bara, walaupun mereka bukan kakak beradik, tapi sangat mirip. Hal itu kembali membuat Nathan mengingat sosok Bara. Musuhnya yang sudah bertahun-tahun pergi.

"Sebelum lo mati, kayaknya gue harus deh nunjukin sesuatu sama lo," kata Bagas sambil tertawa devil.

Nathan menaikan satu alisnya, apa yang akan ditunjukan oleh si bajingan itu. Sampai akhirnya mata Nathan benar-benar membulat sempurna kala melihat sosok cowok remaja seumuran dengannya baru saja keluar dari sebuah bangunan yang dijadikan markas oleh Bagas, cowok itu melangkah menghampiri Nathan dan juga Bagas.

Nathan merasakan jantungnya berdetak begitu kencang, entah lah ia merasa tubuhnya melemas kala melihat pemandangan itu. Cowok itu pun sudah berdiri tepat di depan Nathan. Posisinya di samping Bagas, mata Nathan tak berpindah menatap ke arah lain selain menatap ke arah seseorang yang berhasil membuat Nathan diam tak bisa berkutik.

"Lo--lo kenapa ada di sini?" Tanya Nathan dengan suara yang terbata-bata.

Opay tersenyum miring, "Gue? Cari kesenangan aja," jawab Opay dengan santainya.

Nathan mencoba menelan salivanya, "Gue butuh jawaban yang benar."

Opay berdecih melihat tingkah Nathan yang sangat memuakan baginya, kemudian ia melangkah mendekat pada Nathan. Kemudian satu tangan Opay ia gunakan untuk memegang pundak Nathan.

Best Day Ever (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang